Mohon tunggu...
Irene Cynthia Hadi
Irene Cynthia Hadi Mohon Tunggu... Editor - Editor

Just an ordinary girl from Surakarta, who writes perfect moments at the perfect time...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Asal Usul Perayaan Halloween, Ketika Jiwa-jiwa Orang Mati Kembali ke Bumi

29 Oktober 2022   11:14 Diperbarui: 29 Oktober 2022   11:19 840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jack O' Lantern, salah satu simbol perayaan Halloween (Sumber: Unsplash/ Robert Linder)

Akhir Oktober akan segera tiba. 

Di Indonesia, kita mungkin tidak merayakan apa-apa. 

Kita hanya menyambut akhir bulan ini sebagai awal mula bulan yang baru. 

Berbeda dengan di tanah air, masyarakat negara Barat seperti Eropa dan Amerika menyambut akhir Oktober dengan perayaan Halloween yang jatuh setiap tanggal 31 Oktober.

Perayaan itu dirayakan secara meriah. 

Anak-anak mengenakan kostum monster hingga penyihir dan berkeliling kota untuk mencari permen.

Sementara itu, orang dewasa biasa menghias rumah dan halaman mereka dengan ornamen-ornamen seram seperti vampir, hantu dan monster.

Dekorasi Halloween (Sumber: Unsplash/ Kenny Eliason)
Dekorasi Halloween (Sumber: Unsplash/ Kenny Eliason)

Sebelum Halloween menjadi budaya, perayaan ini ternyata sudah lama dirayakan oleh masyarakat Celtic dari Irlandia dan Inggris.

Melansir dari Britannica.com, masyarakat Celtic percaya bahwa tahun baru dimulai pada tanggal 1 November.

Pada festival Samhain, dipercaya bahwa jiwa-jiwa mereka yang telah meninggal kembali ke bumi dan mengunjungi rumah serta keluarga mereka.

Demi menyambut perayaan tersebut, orang Celtic biasanya membakar api unggun di atas bukit untuk mengusir roh jahat.

Mereka juga terkadang mengenakan topeng dan menyamar agar tidak dikenali oleh para roh jahat yang datang ke bumi.

Itulah mengapa pada perayaan Halloween modern, anak-anak dan orang dewasa berkeliling kota dengan mengenakan kostum mengerikan seperti manusia serigala, hantu serta penyihir.

Anak-anak mengenakan kostum di malam Halloween (Sumber: Helena Lopes)
Anak-anak mengenakan kostum di malam Halloween (Sumber: Helena Lopes)

Pada abad ke-8, Paus Bonifasius IV dari Gereja Katolik Roma menetapkan All Saints Day atau Hari Raya Orang-orang Kudus.

Hari raya ini pada awalnya dirayakan pada 13 Mei namun dipindahkan ke tanggal 1 November, mendekati budaya pagan festival Samhain.

Itulah mengapa sejak saat itu, Halloween selalu jatuh pada 31 Oktober dan diikuti dengan perayaan Hari Raya Orang-orang Kudus dan Hari Arwan (All Souls Day) yang jatuh pada hari selanjutnya yakni tanggal 1 November.

Namun Halloween tak selamanya berjaya.

Pada tahun 1800an, perayaan ini sempat dilarang di antara para kolonis Amerika.

Kejadian itu tak berlangsung lama lantaran pada pertengahan abad ke-19, Halloween berkembang di AS ketika para imigran membawa budaya tersebut ke Negeri Paman Sam.

Sejak saat itulah, Halloween menjadi salah satu hari libur terpenting di AS dan juga tersebar ke berbagai benua lain seperti Asia dan Australia.

(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun