Pada festival Samhain, dipercaya bahwa jiwa-jiwa mereka yang telah meninggal kembali ke bumi dan mengunjungi rumah serta keluarga mereka.
Demi menyambut perayaan tersebut, orang Celtic biasanya membakar api unggun di atas bukit untuk mengusir roh jahat.
Mereka juga terkadang mengenakan topeng dan menyamar agar tidak dikenali oleh para roh jahat yang datang ke bumi.
Itulah mengapa pada perayaan Halloween modern, anak-anak dan orang dewasa berkeliling kota dengan mengenakan kostum mengerikan seperti manusia serigala, hantu serta penyihir.
Pada abad ke-8, Paus Bonifasius IV dari Gereja Katolik Roma menetapkan All Saints Day atau Hari Raya Orang-orang Kudus.
Hari raya ini pada awalnya dirayakan pada 13 Mei namun dipindahkan ke tanggal 1 November, mendekati budaya pagan festival Samhain.
Itulah mengapa sejak saat itu, Halloween selalu jatuh pada 31 Oktober dan diikuti dengan perayaan Hari Raya Orang-orang Kudus dan Hari Arwan (All Souls Day) yang jatuh pada hari selanjutnya yakni tanggal 1 November.
Namun Halloween tak selamanya berjaya.
Pada tahun 1800an, perayaan ini sempat dilarang di antara para kolonis Amerika.
Kejadian itu tak berlangsung lama lantaran pada pertengahan abad ke-19, Halloween berkembang di AS ketika para imigran membawa budaya tersebut ke Negeri Paman Sam.