Mohon tunggu...
Irene Cynthia Hadi
Irene Cynthia Hadi Mohon Tunggu... Editor - Editor

Just an ordinary girl from Surakarta, who writes perfect moments at the perfect time...

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Content Writer, Profesi Kekinian yang Kerap Mengundang Pertanyaan

26 Februari 2020   09:58 Diperbarui: 26 Februari 2020   15:08 3591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi content writer (Sumber: Unsplash/ Icons8)

"Pekerjaanmu itu kira-kira ngapain sih?"

"Oh..nulis doang.."

"Nulis terus dipublish gitu aja yah?"

Sederet pertanyaan tersebut seringkali menderet ke telinga saya saat harus menjelaskan tentang pekerjaan saya sebagai content writer. Ya, selama hampir 3 tahun ini saya memang bekerja di bidang penulisan dunia entertainment dan lifestyle di salah satu media besar di Indonesia.

Awalnya, saat saya pertama kali bekerja, saya pun tak tahu apa yang dimaksud dengan content writer itu. Apalagi saya lulus dari jurusan Ilmu Komunikasi dengan konsentrasi studi jurnalistik yang lebih banyak membahas tentang media cetak.

Bagi saya yang waktu itu lulus di tahun 2016 akhir, istilah content writer adalah hal baru. Saya pun harus belajar dari awal demi mendalami pekerjaan yang mulai ngetrend ini.

Lalu, apa sih sebenarnya content writer itu?

Content writer adalah orang yang menuangkan ide kreatif dalam bentuk tulisan di media online. Ide yang dituangkan bisa bermacam-macam, sesuai dengan bidang penulisan mereka masing-masing.

Semisal, ada content writer di bidang kuliner yang mengulik soal apa saja makanan yang ngetrend di tahun 2020 serta deretan kafe kopi yang Instagrammable dan murah meriah.

Lalu ada juga content writer di bidang fashion and beauty yang merujuk kepada berbagai trend makeup, rekomendasi makeup murah dan tahan lama serta mix and match baju untuk wanita karir.

Di bidang entertainment, cakupan pembahasan content writer jauh lebih luas lagi. Mulai dari rumah artis, baju dan tas yang dikenakan mereka hingga arti nama anak, gaya liburan serta kemewahan yang mereka tampilkan.

Intinya, dalam pekerjaan content writer, yang dibutuhkan adalah ide dan kreativitas kita sebagai penulis.

Jika reporter atau wartawan mencari berita di lapangan, maka kita para content writer mengembangkan tulisan tersebut sekreatif  mungkin untuk para pembaca.

Oleh karena itulah, content writer hampir tidak pernah berjibaku di lapangan.

Mereka bekerja dari depan komputer, melakukan riset, mencari data sekunder serta berdiskusi tentang trend dan angle terbaru yang bisa disajikan di media online masing-masing.

Ilustrasi diskusi antar para content writer (Sumber: Unsplash/ Brookcagle)
Ilustrasi diskusi antar para content writer (Sumber: Unsplash/ Brookcagle)
Dalam pengalaman saya sebagai content writer, saya pun melakukan hal yang sama yakni mengembangkan ide kreatif dari fakta yang sudah ada untuk menulis konten yang sesuai dengan usia pembaca.

Apa yang saya lakukan ini sebenarnya sama dengan content creator di Youtube karena kami juga harus melakukan riset akan apa yang akan kami tuliskan.

Namun perbedaannya ialah, para content creator menuangkan kreativitasnya dalam bentuk video sementara kami dalam bentuk tulisan di media online.

Nah, pada dasarnya, tidak semua orang bisa menjadi content writer.

Mereka yang ingin menjadi content writer harus memiliki dasar penulisan yang baik.

Sebagai contohnya adalah menguasai SPOK, EYD atau ejaan yang disempurnakan, kontinuitas atau kebersinambungan antar kalimat, teliti supaya nggak gampang typo dan juga dasar-dasar jurnalistik.

Loh, katanya content writer bukan jurnalis? Kok butuh dasar-dasar penulisan kayak begitu?

Dasar-dasar penulisan tetap dibutuhkan karena kita ingin menyampaikan isi pikiran kita supaya sampai kepada pembaca. Bayangkan saja kalau dalam penulisan itu kita banyak typo, apakah pesan dalam artikel dan konten kita akan sampai kepada mereka?

Content writer pun juga harus berpegang pada fakta dan data karena banyak pembaca akan menjadikan artikel kita sebagai rujukan.

Contoh: 5 kafe paling Instagrammable di Surakarta.

Ide di atas bisa jadi rujukan yang baik apabila kita mencantumkan 5W plus 1H, sesuai dengan prinsip jurnalistik yang baik. Dengan menerapkan prinsip ini, pembaca akan tahu kapan kafe itu buka, di mana letaknya, apa saja yang disajikan dan seperti apa tempatnya.

Content writer juga harus terus melatih dirinya untuk menulis sehingga bisa mengenali apa yang diinginkan pembaca serta mengikuti trend terbaru setiap harinya.

Nah, itu tadi cerita singkat saya soal pekerjaan content writer yang masih kerap dipertanyakan.

Semoga bermanfaat yah! (Cyn)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun