Intinya, dalam pekerjaan content writer, yang dibutuhkan adalah ide dan kreativitas kita sebagai penulis.
Jika reporter atau wartawan mencari berita di lapangan, maka kita para content writer mengembangkan tulisan tersebut sekreatif  mungkin untuk para pembaca.
Oleh karena itulah, content writer hampir tidak pernah berjibaku di lapangan.
Mereka bekerja dari depan komputer, melakukan riset, mencari data sekunder serta berdiskusi tentang trend dan angle terbaru yang bisa disajikan di media online masing-masing.
Apa yang saya lakukan ini sebenarnya sama dengan content creator di Youtube karena kami juga harus melakukan riset akan apa yang akan kami tuliskan.
Namun perbedaannya ialah, para content creator menuangkan kreativitasnya dalam bentuk video sementara kami dalam bentuk tulisan di media online.
Nah, pada dasarnya, tidak semua orang bisa menjadi content writer.
Mereka yang ingin menjadi content writer harus memiliki dasar penulisan yang baik.
Sebagai contohnya adalah menguasai SPOK, EYD atau ejaan yang disempurnakan, kontinuitas atau kebersinambungan antar kalimat, teliti supaya nggak gampang typo dan juga dasar-dasar jurnalistik.
Loh, katanya content writer bukan jurnalis? Kok butuh dasar-dasar penulisan kayak begitu?