Siapa yang tak kenal dengan jalinan cerita Frozen II? Ya, kisah epik dari Disney ini kembali ke layar lebar Indonesia. Tayang sejak 20 November 2019 lalu, Frozen II memberikan gambaran tentang kehidupan Anna, Elsa, Kristoff dan Olaf usai peristiwa pertama di film Frozen, 6 tahun silam.
Kisah dimulai dengan flashback ke masa lalu Elsa dan Anna saat keduanya masih kecil dan orang tua mereka masih hidup. Ayah dan ibu Elsa serta Anna kemudian menceritakan tentang sebuah legenda dari desa Northuldra. Di dalam desa itu, ada sebuah hutan magis yang dihuni 4 roh.Â
Sejak saat itu pula, hutan itu tertutup kabut. Para roh air, tanah, api dan angin yang menghuni desa itu pun tertidur dari amarah mereka. Konon, para roh itu suatu saat nanti akan bangun dan memporakporandakan semua yang ada di hadapannya.
Scene kembali ke masa kini. Kita pun diajak untuk menyelami kehidupan kerajaan Arendelle yang kini tenang dan dipimpin oleh sang ratu, Elsa. Didampingi sang adik, Anna, Elsa menikmati kehidupannya sampai pada suatu malam, ia mendengar sebuah suara nyanyian.Â
Elsa pun pergi mencari sumber suara itu, namun ternyata para roh terbangun dan menghancurkan Arendelle. Sadar bahwa rakyatnya berada dalam bahaya, Elsa, Anna, Kristoff dan Olaf pergi mencari hutan magis.Â
Di sana, mereka menemukan bahwa ibunda mereka, Iduna ternyata adalah warga desa Northuldra yang menyelamatkan ayahnya dulu. Mereka juga berkenalan dengan para warga desa yang terkungkung selama bertahun-tahun karena kabut magis.
Sekilas, plot Frozen II memang jauh lebih rumit daripada film prekuelnya. Plot yang kurang fokus dan terpecah membuat film ini mengajak penonton untuk berpikir dan memecahkan banyak teka-teki bahkan sampai akhirnya ada plot twist menjelang akhir cerita.
Namun dari segi visual effects, saya akui bahwa teknik yang disuguhkan dalam film kartun ini sungguh luar biasa. Extraordinary! Gaun Anna saat tidur di samping Olaf terasa begitu nyata. Mulai dari lipatannya sampai motif bordiran bunga kecil-kecil yang indah.Â
Pun dengan gambaran ombak lautan yang menerjang Elsa, tak nampak seperti kartun-kartun lainnya. Wujud es dan salju raksasa yang dibuat Elsa juga makin nampak nyata.
Dari segi OST, harus diakui belum ada lagu yang bisa mengalahkan Let It Go yang bikin saya merinding sejak tahun 2013 lalu. Meskipun begitu, harus diakui bahwa lagu-lagu di Frozen II ini masih tak kehilangan sentuhan magisnya.
Sementara dari kedua orang tua Elsa dan Anna, kita bisa belajar tentang kasih sayang ayah dan ibu yang tak lekang oleh waktu hingga mereka rela berkorban demi anak-anaknya. Belum lagi ada sosok Kristoff yang tak gentar dan terus berusaha mendampingi dan melamar Anna meskipun kadang sang kekasih bersikap keras kepala demi kakaknya, Elsa.
Sisi feminisme pun tak lekang ditunjukkan lewat film ini. Harus saya akui, kemampuan Elsa untuk menyelamatkan dirinya sendiri dan melindungi banyak orang tanpa menunggu sosok penolong yakni sang pangeran tampan, tak henti-hentinya membuat saya kagum.
Kesimpulannya, Frozen II masih sukses jadi perhatian masyarakat. Animonya tak lewat begitu saja dan masih memberikan warna baru dalam dunia perfilman animasi Hollywood. (CYN)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H