Kesan pertama saya saat masuk ke restoran ini adalah seperti dibawa ke Eropa atau Amerika. Ya, Bella Italia memang didesain seperti layaknya restoran-restoran di barat. Pagar yang dibangun mengelilingi restoran hanya menutupi separuh restoran. Taplak meja kotak-kotak berwarna merah dan putih serta cahaya lampu termaram, membuat saya seakan sedang bersantap di kafe yang muncul di film-film Hollywood.
Kedatangan kami langsung disambut oleh seorang pria berkebangsaan asing yang ternyata merupakan pemilik restoran Bella Italia. Ia tersenyum kepada kami yang sedang kebingungan mencari meja lalu berkata, “Wait for a minute. I will give you a table.” Benar saja, setelah kami menunggu sebentar, ia langsung memberikan meja yang baru saja kosong. Nampak pelanggan-pelanggan lain yang semuanya juga orang asing, berdiri di depan pintu sambil melongok ke dalam restoran, mencari mejayang kosong. Tak lama, pramusaji datang untuk menawarkan menu kepada kami berempat.
Kami memesan Prosciutto pizza seharga Rp 79.000,00 dan es krim gelato vanilla dengan harga Rp 25.000,00. Sembari menunggu, kami mengabadikan momen di jejaring sosial dan mengamati bule-bule di sekitar kami. Kami sedikit terkejut saat menyadari bahwa satu orang menyantap satu pizza. Wow! Padahal, pizza yang disajikan restoran ini berukuran besar dan biasanya disantap oleh dua sampai tiga orang.
Setelah menunggu cukup lama (karena antriannya banyak), pizza kami pun datang! Yey! Prosciutto pizza yang kami pesan berisi pepperoni dan keju mozarella. Homemade pizza ini tipis dan renyah. Rasanya? Gurih dan nikmat! Perpaduan keju mozarella dan pepperoni yang gurih, membuat kami langsung menghabiskan pizza ini hanya dalam beberapa menit. Hehehe... Tak berapa lama, gelato vanilla yang kami pesan pun datang. Gelato ini memiliki tekstur yang begitu lembut, dilengkapi dengan saus coklat dan meses di atasnya. Meskipun agak terlalu manis namun gelato ini menjadi makanan penutup yang pas setelah menyantap pizza tadi.
Selesai bersantap, kami berjalan kaki di sekitar Grandma’s Hotel. Terbersit di pikiran kami untuk kembali melanjutkan perjalanan ke Potato Head Beach Club. Kami berhenti dan bertanya pada beberapa ibu yang duduk di depan sebuah rumah. Sayangnya, mereka tidak mengetahui Potato Head Beach Club yang hendak kami tuju. Kami justru disuruh pulang sebelum gelap karena semua lampu jalan akan segera dimatikan untuk menyambut Hari Nyepi. “Sudah pulang saja, soalnya jalanan macet. Terus nanti tengah malem lampu sudah dimatikan semua,” kata salah satu ibu. Ibu-ibu yang lain mengangguk-angguk. Mengikuti saran para ibu itu, kami pun mengurungkan niat untuk pergi ke Potato Head Beach Club.
Perempatan Grandma’s Hotel dan Bella Italia semakin dipadati wisatawan yang hendak melihat pawai Ogoh-Ogoh secara langsung. Kami berdiri diantara kerumunan wisatawan yang menunggu Ogoh-Ogoh lewat. Hampir 15 menit kami menunggu, tapi tidak ada tanda-tanda Ogoh-Ogoh akan lewat untuk diarak. Kami pun menyerah. Udara yang begitu panas dan kondisi jalan yang ramai dan penuh sesak, akhirnya memaksa kami untuk pulang dan beristirahat, meninggalkan Legian.
Rangkaian perjalanan:
1. Ogoh-Ogoh
2. Pura Ulun Danu Beratan, Bedugul
3. Nasi Campur Ayam Betutu