Betapa kagetnya kami lantaran selesai berfoto, keduanya ingin ikut bersama kami untuk menginap di Kuta karena kami terlanjur bercerita bahwa kami menginap di Kuta dan naik motor ke Ulun Danu Beratan. Kami sempat mengobrol sebentar tentang persiapan hari Nyepi sebelum akhirnya kami pamit pulang karena langit mulai menggelap dan gerimis mulai turun. Kami beralasan bahwa kami harus segera turun ke Kuta dan pulang. Untungnya, para bule itu mengerti dan tidak jadi ikut pulang bersama kami.
Menikmati santapan khas Bali di tengah hujanÂ
[caption caption="Nasi Campur Ayam Betutu khas Bali, murah meriah (Sumber: dokumentasi pribadi)"]
Desain interior rumah makan ini begitu sederhana namun cukup unik karena kursi dan mejanya terbuat dari kayu utuh. Sebentar kami masuk ke warung ini, hujan deras turun disertai angin kencang. Kami pun segera membuka menu dan memesan nasi campur ayam betutu seharga Rp 20.000,00 saja. Tentu kami sedikit kaget dengan harga yang kami temukan. Baru kali ini kami menemukan rumah makan yang menyajikan makanan khas Bali dengan harga semurah ini.
Tak berapa lama, nasi campur kami pun datang. Ya, di dalam santapan kami ini terdapat nasi putih, suwiran ayam betutu, kacang goreng, sayur dan jerohan ayam yang digoreng serta kuah. Satu lagi yang spesial adalah sajian sambal matah khas Bali yang dibuat dari bawang merah dan cabai dengan sedikit minyak dan perasan jeruk nipis. Kami pun segera menyantap hidangan nasi campur ayam betutu ini.
Rasanya sungguh campur aduk. Gurih dan pedasnya ayam betutu bercampur menjadi satu dengan renyahnya kacang dan hangatnya nasi. Belum lagi hangatnya kuah serta rasa sayur daun singkong yang begitu gurih namun tetap terasa segar, menjadi pelengkap sempurna santapan kami kali ini. Tak menunggu lama, nasi campur kami pun habis dan kami menutup hidangan dengan segelas teh manis panas. Benar-benar pas rasanya hidangan dan minuman kami kali ini di tengah hujan deras yang begitu dingin.
Nasi Tempong dan Cita Rasa Italia di Pulau Dewata
Seusai menyantap nasi campur ayam betutu, kami pun segera kembali ke Sunset Garden untuk beristirahat dan mandi. Sayangnya, perjalanan kami tak semulus yang kami bayangkan. Hujan deras memaksa kami berempat yang tak modal jas hujan untuk berhenti dua kali di depan toko-toko kecil, untuk membeli jas hujan plastik seharga Rp 10.000,00. Di perhentian pertama kami hanya mendapatkan dua jas hujan. Ketika hujan mulai deras kembali, kami lalu berhenti lagi di sebuah minimarket sebelum akhirnya kami bisa pulang dengan selamat karena hujan sudah berhenti.
Tak terasa malam pun tiba. Kami segera beranjak dan menuju ke warung nasi tempong. Apabila Anda mencari warung makan dengan harga bersahabat, tidak ada salahnya untuk singgah di warung makan ini. Terdapat beberapa jenis nasi tempong yang ditawarkan di sini. Yang termurah adalah nasi tempong tempe penyet yang dibanderol dengan harga Rp 15.000,00 per porsinya. Nasi tempong ini terdiri atas nasi putih, sayuran berupa labu, bayam dan kacang panjangrebus, ikan asin dan tempe penyet serta dilengkapi dengan sambal bawang. Lain lauknya lain pula harganya. Nasi tempong ayam, nasi tempong rempela ati dan nasi tempong babat dibanderol dengan harga Rp 25.000,00.
Perut kenyang setelah diisi namun kami masih penasaran dengan pawai Ogoh-Ogoh yang akan dilaksanakan malam ini juga.Kami pun kembali melaju dan memutuskan untuk berkeliling Kuta. Benar saja sesampainya kami di Grandma’s Hotel di jalan Sriwijaya No. 368, Legian, kami menemukan wisatawan-wisatawan yang berjalan kaki sambil membawa senter dan mengenakan bando telinga kucing dengan lampu berwarna warni.
Tepat di bawah Grandma’s Hotel itulah kami menemukan sebuah restoran yang begitu ramai. Uniknya, semua pengunjung restoran bernama Bella Italia tersebut merupakan orang asing alias bule. Karena jalan semakin ramai dipadati wisatawan, kami pun memutuskan untuk berhenti dan mencoba kuliner yang tersaji di Bella Italia.