Mohon tunggu...
Irene Ariani
Irene Ariani Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

MAU, HARUS, dan AKAN menjadi orang yang berguna bagi Tuhan, keluarga, sahabat, teman, rekan, masyarakat, serta nusa dan bangsa.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mati Rasa

3 Januari 2013   15:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:33 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hilang rasa.
Tiada kepekaan.
Kemana perginya ekspresi?
Dimana letak emosi yang dulu membakar gairah?
Separuh diriku hilang, namun ku baik-baik saja.
Ada apa denganku?

Tiada lagi serpihan dirimu dalam hatiku.
Tak tersisa.
Semua terlahap angin yang pergi bersama dirimu.
Jauh... Jauh terbang dan takkan pernah kembali.

Bahagia dalam kalbu.
Menemukan setitik cahaya didalam hampa.
Ditemani hijaunya dedaunan dan warna warni bunga.
Sungguh tenang hati ini tanpamu.

Dimana perasaanku?
Aku tak dapat merasakan apa-apa.
Aku tak dapat menemukannya.
Sudah mati hasratku.
Dimana aku dapat menemukannya?
Ataukah ada yg sudah menyimpannya?

Ku terdiam dalam bingar.
Ku berteriak dalam pekat.
Enyahlah kamu!
Penatku tak pernah mampir dalam duniamu.

Tak perlu ku menangis lagi didepanmu.
Layaknya seorang binatang tak berperasaan yang memohon kesediaanmu untuk memberikan makanan.

Kau sempat mnjadi segalanya bagiku.
Namun, sekarang kau layaknya ilalang yg mnghancurkan padi.
Mngapa tak kau biarkan aku tersenyum menyapa dunia?

Cukup...!
Sudah cukup kau menipuku.
Bermain dibelakangku.
Sudah cukup kokoh hati ini.
Besi baja pun kalah dgn kerasnya hati ini.

Sejuta memori terindah tentang dirimu, tak mampu membuatku menangis dan tersenyum.
Aku hanya mampu bercerita, tak ada ekspresi, tak ada emosi.

Pelukanmu bagaikan es batu salju yang membunuhku.
Ciuman pipimu bagaikan bisa ular yang menakutkanku.
Kata-katamu bagaikan pisau yang menusukku.

Ku jadikan kau hanya satu-satunya seorang pria dihatiku.
Kau jadikanku kedua dan ketiga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun