Mohon tunggu...
Irene MargarethSaragih
Irene MargarethSaragih Mohon Tunggu... Freelancer - Psikolog I/O

Hobi mencoba makanan baru yang menarik, memahami perasaan dan perilaku individu atau kelompok. Selain itu saya suka menulis pengalaman yang berkaitan dengan behavioral cognitive.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Langkah yang Hilang

20 November 2024   13:41 Diperbarui: 20 November 2024   13:47 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Irma duduk di sudut ruang tamu yang sunyi dan gelap, tv menyala tanpa suara, ia menatap kosong keluar jendela. Hujan turun perlahan, suara tetesan air menambah kesunyian yang semakin mendalam. Sudah berbulan-bulan sejak ia merasa kehilangan. Kehilangan suaminya, Andi, yang meninggal dalam kecelakaan lalu lintas. Kehilangan masa depan yang selama ini ia bayangkan bersama. Kini, hidup Irma seperti berjalan tanpa arah.

Meskipun teman-temannya mencoba menghiburnya, Irma merasa hampa. Segala sesuatu yang dulu berarti baginya, kini terasa kosong. Ia tidak lagi menemukan kegembiraan dalam hidupnya saat bekerja, saat berkumpul dengan teman-temannya, bahkan saat sedang merawat dirinya sendiri. Setiap pagi, ia bangun dengan perasaan yang sama---tak ada alasan yang cukup kuat untuk melangkah maju.

"Untuk apa semua ini?" pikir Irma saat memandangi foto-foto keluarga yang tersusun rapi di meja. "Apa gunanya hidup kalau Andi tidak ada di sini lagi?"

Hari demi hari, perasaan itu semakin mendalam. Suatu malam, setelah kembali dari pekerjaan yang terasa semakin membosankan, Irma duduk di atas ranjangnya. Ia mengingat Andi---senyum, tawa, dan semua kenangan indah yang mereka bagi. "Kenapa aku masih di sini?" gumamnya, hampir tak percaya. Rasa kehilangan itu begitu dalam, begitu kuat, hingga ia merasa dirinya tak memiliki tujuan lagi.

Namun, malam itu, ada WA datang dari sahabat lama Irma, yaitu Rina. Chat yang menggugah rasa dan seolah memecah kesunyian Irma saat itu.  Rina mengundangnya untuk bergabung dalam sebuah acara amal yang sedang mereka adakan di panti asuhan.

Chat Rina:

"Irma ikut acara amal di panti asuhan Pintar Bahagia yuk hari Sabtu ini jam 10 pagi".

"Ayo, Ir. Mungkin ini bisa membantu, kita bisa memberi sedikit kebahagiaan bagi orang lain. Kamu nggak sendirian, kamu selalu punya kami."

Chat Irma:

(Irma sempat merasa ragu. Ia merasa tidak ada yang bisa memberinya kebahagiaan. Namun, entah mengapa, hatinya sedikit tergerak. Ia memutuskan untuk pergi, meskipun rencananya hanya untuk sesaat.)

"Ok, Sampai ketemu disana sesuai jadwalnya"

Pada saat di panti asuhan itu, Irma melihat anak-anak yang penuh semangat, meskipun hidup mereka penuh keterbatasan. Mereka tertawa, bermain, dan terlihat begitu tulus dalam menjalani hari-hari mereka. Ketika Ia duduk bersama mereka, seorang anak perempuan bernama Siti mendekat dan menggenggam tangannya.

"Mbak, kamu cantik," kata Siti dengan senyum lebar. "Mau main sama kita?"

Irma tersenyum melihat keberanian dan senyum si Siti, meskipun hatinya masih terasa berat. Tapi, saat ia bermain dengan anak-anak, untuk pertama kalinya sejak lama, ia merasakan sesuatu yang berbeda. Ada kehangatan, ada kebahagiaan kecil yang muncul dari dalam dirinya. Siti dan teman-temannya tidak tahu betapa besar dampak yang mereka beri pada Irma. Mereka tidak tahu bahwa dalam aura kebahagian diwajah dan suara tawa mereka, Irma mulai merasakan kilau kebahagiaan yang lama hilang.

Beberapa hari setelah acara itu, Irma mulai berpikir. Ia ingat apa yang dikatakan Rina, bahwa memberi kebahagiaan kepada orang lain bisa memberi makna pada hidup. Ia merasa terinspirasi oleh anak-anak itu, walaupun mereka memiliki hidup yang penuh dengan tantangan, masih bisa merasa bahagia dan memberi cinta kepada orang lain. Masa depan yang belum jelas tidak membuat anak-anak itu murung, galau apalagi berhenti melangkah

Irma memutuskan untuk melangkah lagi. Ia mulai kembali beraktivitas dengan mengawali pekerjaanya dibidang sosial di panti asuhan, menghabiskan waktu dengan anak-anak yang membutuhkan perhatian. Setiap kali ia merasa kelelahan, atau rasa kehilangan datang menghantui, ia mengingat senyum mereka, tawa mereka yang tulus. Setiap langkah kecil yang ia ambil untuk membantu orang lain, memberikan sedikit makna dalam hidupnya.

Bukan berarti Irma telah melupakan Andi. Setiap kenangan indah bersama suaminya tetap ada di dalam hatinya, tetapi ia mulai memahami bahwa hidup terus berjalan, dan ada cara untuk menemukan makna baru. Tidak ada yang bisa menggantikan Andi, tetapi ada banyak cara untuk mengisi hidup dengan tujuan yang lebih besar.

Hari demi hari, Irma mulai merasa lebih hidup lagi. Tidak dengan cara yang sama seperti dulu, tetapi dengan cara yang baru---dengan memberi, dengan berbagi kebahagiaan, dan dengan menemukan arti dalam setiap langkah yang diambil.

Sambil tersenyum sekarang ia paham, meskipun kadang hidup terasa sulit, selalu ada alasan untuk terus melangkah.

---

Analisis psikologis:

Cerita ini menggambarkan perjalanan seseorang yang merasa kehilangan makna hidup setelah tragedi, namun menemukan kembali motivasi dan tujuan melalui tindakan positif untuk orang lain. Irma menemukan bahwa melalui memberi dan berbagi kebahagiaan, ia bisa menemukan kembali makna hidup yang lebih besar.

Ada beberapa faktor yang dapat membuat seseorang kehilangan makna hidup, melalui pengalaman yang berbeda. Namun, secara umum, beberapa faktor utama yang dapat berkontribusi pada perasaan kehilangan makna hidup antara lain:

  • Kehilangan atau Perubahan Besar dalam Hidup: Peristiwa seperti kehilangan orang yang disayangi, perceraian, atau perubahan besar lainnya dapat membuat seseorang merasa kehilangan arah dan makna hidup. Kehilangan ini seringkali menciptakan rasa kesepian, kebingungan, dan kesulitan untuk menemukan tujuan yang baru.
  • Krisis Eksistensial: Ada individu yang mengalami periode krisis eksistensial, di mana mereka meragukan tujuan hidup mereka,     makna dari keberadaan mereka, dan merasa terasing dari dunia. Ini bisa muncul akibat pertanyaan-pertanyaan mendalam tentang hidup dan mati, atau ketidakpastian tentang arah hidup yang ingin ditempuh.
  • Keterasingan Sosial: Isolasi sosial atau perasaan terasing dari orang lain dapat menyebabkan seseorang merasa bahwa hidup tidak memiliki arti. Ketika seseorang merasa tidak ada hubungan yang bermakna atau tidak mampu mengatasi tantangan emosional, mereka bisa merasa kehilangan makna hidup.
  • Kegagalan atau Kekecewaan dalam Pencapaian Tujuan: Ketika seseorang merasa bahwa usaha atau tujuan yang mereka kejar tidak membuahkan hasil atau mengalami kegagalan besar, ini bisa menyebabkan perasaan bahwa hidup mereka tidak memiliki tujuan. Kekecewaan ini seringkali mengarah pada rasa tidak berharga atau keputusasaan, depresi hingga gangguan kesehatan mental.
  • Kehilangan Kepercayaan atau Spiritualitas: Banyak orang menemukan makna hidup dalam agama atau spiritualitas. Kehilangan keyakinan atau rasa jarak dengan Tuhan atau agama dapat mempengaruhi pandangan hidup seseorang dan menyebabkan kebingungan tentang makna hidup mereka.
  • Kehidupan yang Terlalu Terfokus pada Materialisme: Kehidupan yang terlalu terfokus pada pencapaian materi dan kesuksesan luar bisa membuat seseorang merasa hampa atau tidak puas setelah mencapai tujuan-tujuan tersebut. Ketika pencapaian eksternal tidak lagi memberi kepuasan batin, individu bisa merasa hidupnya kehilangan makna yang lebih dalam.
  • Kurangnya Koneksi dengan Diri Sendiri: Ketika seseorang tidak merasa terhubung dengan diri mereka sendiri, misalnya karena tidak bisa mengenali kebutuhan emosional atau spiritual mereka, mereka mungkin merasa bingung dan kehilangan makna hidup. Pemahaman yang kurang tentang diri sendiri dapat mengarah pada perasaan kosong.

Penting untuk diingat bahwa perasaan kehilangan makna hidup adalah sesuatu yang bisa terjadi pada siapa saja, hal tersebut sewajarnya bukan hal yang permanen. Ada beberapa cara individu menemukan kembali makna hidupnya, ada yang melakukan eksplorasi tujuan baru, mencari dukungan dari orang lain, melalui proses penyembuhan dan refleksi diri, atau cara lain yang sesuai dengan sifat, situasi dan kondisi individu tersebut. Jika seseorang merasa sangat tertekan atau kesulitan menemukan makna hidup, anda dapat berkonsultasi dengan seorang profesional dalam bidangnya seperti psikolog, konselor, atau ahli agama sesuaikan dengan situasi dan kondisi anda.

Salam Sehat Sejahtera dan Bahagia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun