Mohon tunggu...
Iren Aprilia
Iren Aprilia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya suka berenang, jalan ke wisata alam, suka masak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kurangnya Pemahaman Tentang Pernikahan Pada Anak di Bawah Umur

6 Desember 2024   22:34 Diperbarui: 6 Desember 2024   22:53 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                                      Abstrak 

Pernikahan anak di bawah umur masih sering terjadi, terutama di daerah tertentu. Banyak yang menganggap pernikahan dini sebagai solusi masalah keluarga, misalnya karena faktor ekonomi atau tradisi. Padahal, praktik ini bisa berdampak buruk bagi anak-anak. Sayangnya, banyak orang yang belum memahami bahayanya pernikahan anak.

Mengapa Pemahaman tentang Pernikahan Anak Masih Rendah?

1. Kurangnya Pendidikan

Tidak semua anak mendapatkan pendidikan yang cukup. Banyak anak perempuan, terutama di daerah terpencil, tidak tahu apa saja risiko dari pernikahan dini karena minimnya akses informasi.

2. Tekanan Budaya dan Tradisi

Di beberapa tempat, menikahkan anak perempuan dianggap wajar. Orang tua sering merasa itu adalah cara terbaik untuk menjaga kehormatan keluarga atau memperbaiki ekonomi, tanpa tahu dampak buruknya.

3. Tidak Tahu Hukum

Undang-undang di Indonesia sebenarnya sudah mengatur usia minimal menikah, yaitu 19 tahun. Namun, masih banyak yang tidak tahu aturan ini atau mencari jalan untuk melanggarnya.

Dampak Buruk Pernikahan Anak dibawah umur?

1. Masalah Kesehatan

Anak perempuan yang hamil di usia muda lebih berisiko mengalami komplikasi kehamilan atau melahirkan. Ini bisa membahayakan nyawa mereka.

2. Pendidikan Terhenti

Anak yang menikah muda biasanya berhenti sekolah. Akibatnya, mereka sulit mendapatkan pekerjaan yang baik di masa depan.

3. Beban Psikologis

Anak-anak yang menikah dini sering merasa stres atau tidak siap menghadapi tanggung jawab sebagai pasangan atau orang tua.

4. Kemiskinan

Pernikahan dini sering kali membuat anak-anak sulit keluar dari lingkaran kemiskinan karena kurangnya pendidikan dan keterampilan kerja.


Cara mengurangi pernikahan dibawah umur?

1. Pendidikan Yang Lebih Baik

Anak-anak perlu mendapatkan pendidikan yang cukup, termasuk informasi tentang kesehatan reproduksi dan pentingnya menunda pernikahan sampai dewasa.

2. Kampanye Kesadaran

Pemerintah dan masyarakat perlu mengedukasi keluarga tentang bahaya pernikahan dini melalui acara, seminar, atau media sosial.

3. Menegakkan Aturan

Pemerintah harus memperketat aturan tentang usia menikah dan memastikan tidak ada pelanggaran.

4. Dukung Ekonomi Keluarga

Meningkatkan kesejahteraan keluarga, misalnya dengan memberikan pelatihan kerja, bisa membantu orang tua mengurangi tekanan untuk menikahkan anak mereka.

Kesimpulan

Kurangnya pemahaman tentang pernikahan anak adalah masalah yang harus kita atasi bersama. Dengan edukasi yang tepat dan dukungan dari berbagai pihak, kita bisa melindungi anak-anak dari risiko pernikahan dini. Ini adalah langkah penting untuk menciptakan masa depan yang lebih

 baik bagi mereka dan masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun