Mohon tunggu...
Irena DwiFebriani
Irena DwiFebriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pendidikan Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Etika Ekonomi Islam, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam

6 April 2021   00:35 Diperbarui: 6 April 2021   00:57 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama : Irena Dwi Febriani

NIM : 2004043

Etika secara etimologis berasal dari bahsa Yunani yaitu "Ethos" yang berarti sifat, watak, adat dan kebiasaan dan "Ethikos"yang berarti susila, keadaban atau perbuatan yang baik. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Etika kerap dikaitkan dengan moral dan akhlak. Istilah moral sendiri berasal dari dari bahasa latin yaitu mores yang artinya adat istiadat atau kebiasaan watak, kelakuan, tabiat, dan cara hidup.

Sedangkan "akhlaq" berasal dari bahasa Arab yang merupakan bentuk jamak dari kata "khulqu" yang berarti perangai, budi, tabiat serta adab. Sebagai agama samawi islam telah mengajarkan kepada manusia untuk berpedoman kepada Al-Qur'an dan Hadits. Al-Qur'an dan Hadits sebagai pedoman umat Islam memberikan tuntunan untuk bertaqwa kepada Allah SWT yaitu dengan cara menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya.  

Di dalam Al-Qur'an dan Hadits terdapat semua sistem tata cara perilaku manusia yang baik agar mendapatkan kebahagiaan baik di dunia dan di akhirat secara rinci. Di dalam Al-Qur'an dan Hadits pun terkandung dalil-dalil yang berkaitan dengan mumalah, hukum, sosial, budaya, ekonomi dan aspek-aspek lain nya.

Salah satu aspek yang sangat penting dan ditegaskan oleh Al-Qur'an adalah masalah etika dan moral dalam berekonomi. Di dalam Al-Qur'an sendiri terdapat beberapa ayat yang membahas tentang etika dalam berekonomi salah satu nya adalah tidak diperbolehkannya riba, larangan bagi para pedagang untuk memanipulasi berat timbangan barang dagangannya, pedagang harus  jujur kepada para pelanggan seperti memberitahu bila ada kecacatan pada barang dagangan nya seperti Rasulullah SAW pada zaman dahulu beliau saat berdagang meletakkan barang dagangannya yang cacat di paling atas agar terlihat oleh pelanggan nya.

Seperti yang dapat kita lihat pada saat ini banyak permasalahan yang terjadi mengenai etika bisnis menurut perspektif ekonomi islam. Salah satu contohnya adalah

  • Penipuan dalam jual beli terlebih dalam jual beli online. Banyak ditemukan penjual yang memajang foto dagangan nya bukan dengan foto produk aslinya.
  • Penimbunan barang seperti yang baru-baru ini terjadi yaitu penimbunan masker medis hingga masker sulit didapatkan dan harga melonjak naik.
  • Memanipulasi timbangan yang digunakan untuk menimbang barang dagangannya.
  • Membungkus buah yang busuk di dalam buah buah yang segar dan lain sebagainya.

Hal-hal tersebut sangat melanggar etika bisnis ekonomi islam. Pentingnya etika ekonomi tersebut dijalankan adalah agar hak-hak para pembeli dapat terpenuhi.

Di dalam islam berbisnis sangat di anjurkan, bahkan bisa dikatakan sebagai sunnah Rasulullah SAW karena Rasulullah sendiri sudah berdagang pada saat remaja. Etika bisnis islam juga dapat di definisikan sebagai segala aktifitas menyangkut bisnis yang sesuai dengan pedoman (Al-Qur'an dan As-Sunnah) dan dibatasi dengan cara memperoleh harta dan pendayagunaan harta tersebut oleh aturan halal dan haram.

Nilai utama dalam pelaksanaan bisnis harus tetap berpegang pada syariat yang ada. Karena target bisnis dalam islam sendiri adalah  bertujuan untuk mencapai empat hal yang utama yaitu

  • Target hasil ; profit materi dan benefit nonmateri.
  • Pertumbuhan
  • Keberlangsungan
  • Keberkahan.

Para wirausaha muslim harus selalu bertanggung jawab dan percaya kepada Allah. Setiap wirausaha muslim harus menjalankan etika karena kehidupan manusia tidak hanya sendiri, melainkan membutuhkan orang lain dan dirinya pula harus bertanggung jawab kepada Allah SWT tentang apa yang telah ia lakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun