Mohon tunggu...
Ircham Nurfansyah
Ircham Nurfansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pengeksplor

Tidak banyak hal dijadikan perhatian tetapi segalanya butuh perhatian.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Anak SD Bunuh Diri, Allah Melanggar JanjiNya?

6 Maret 2023   21:00 Diperbarui: 4 September 2023   10:07 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terdapat kejadian yang begitu mengenaskan dimana anak SD berumur 11 tahun ditemukan gantung diri lantaran depresi dikarenakan pembullyan yang dia dapatkan dari teman-temannya. Kita dihadapkan dengan banyak pertanyaan dengan kejadian seperti itu. 

Apakah sang ibu tau dengan kondisi anaknya? Bagaimana anak 11 tahun dapat berpikir dengan mengakhiri hidupnya dengan gantung diri?Dari mana dia mendapatkan pemikiran seperti itu? Apa masalah yang benar-benar membuat dirinya sampai mengakhiri hidupnya?

Pertanyaan seperti itu pasti terbesit dipikiran kita karena sangatlah tidak lazim jika anak SD mempunyai pemikiran untuk bunuh diri sampai gantung diri hanya dikarenakan pembullyan yang di dapatkan karena ada jutaan kasus pembullyan tetapi yang sampai mengakibatkan kepada mengakhiri kehidupannya begitu jarang ditemukan. 

Mengapa demikian dapat terjadi? Bahwasannya menurut beberapa sumber bahwa anak itu putus asa dengan kehidupannya dikarenakan tidak memiliki seorang ayah sebagai support sistemnya,bagitu mengenaskan. 

Memang kita tidak dapat langsung merasakan apa yang dirasakan dia,tetapi beberapa kita pasti setuju jika pembullyan membuat orang merasa tertekan dan depresi dibuatnya tetapi dari jutaan kasus pembullyan tidakkah kita terbesit bahwa permasalahan itu tidak begitu besar jika harus diselesaikan dengan mengakhiri hidupnya.

Dapat kita berpikir sekarang bahwa anak SD tersebut pasti sudah lama ingin mengakhiri hidupnya,dan dia tahu tentang pembunuhan diri juga sudah lama karena dia juga berpikir akibat yang akan di terimanya jika dia melakukannya. 

Fenomena dimana kita tidak bisa lepas dari gadget juga dapat menjadi perhatian, yang kita dapat berspekulasi bahwa anak SD tersebut mendapatkan info mengenai bunuh diri dari gadgetnya memang masih banyak faktor lain seperti media sosial sudah sangat masif dalam pemberian informasi dan tidak ada batasan didalamnya. 

Semua informasi dari A sampai Z dapat kita telusuri didalamnya, tidak sedikit saya pribadi melihat konten yang sensitif terkait putus asa,depresi,mental health yang bahkan sampai dibuat trend sama mereka dan memang itu hanya sebagian kecil dan lainnya memang benar merasakannya. 

Memang penting bagi kita pribadi,lingkungan,keluarga untuk terus dipantau dalam kehidupannya dimulai dari kehidupan ditempat kerja,sekolah,taman bermain,dirumah dan dimana pun. Dan membatasi apapun itu yang memang belum layak dikonsumsi sebelum waktu/umurnya.

Itu hanyalah faktor kecil dari sudut pandang yang tidak begitu luas, dan jika kita lihat kasus tersebut secara komprehensif dan mendalam dapat dipastikan bahwa terlalu banyak faktor yang mengakibatkan anak tersebut memilih untuk mengakhiri hidupnya.

Uniknya dari kasus ini kita yang beragama Islam khususnya bertanya-tanya apakah hal tersebut menjadi contoh bahwa Allah melanggar janjinya yang dimana Allah sendiri yang menyatakan bahwa Allah tidak menguji melebihi kapasitasnya di surah Al-Baqarah ayat 286. Dan ini terbukti dengan kasus anak SD yang bunuh diri, mari kita bedah. 

Jika kita lihat dari keseluruhan bahwa kasus pembullyan itu ada banyak bahkan setiap kelas dari masing-masing sekolah juga terdapat pembullyan mengapa dari jutaan kasus hanya dia saja yang bunuh diri bukan? 

Lalu jika kita lihat bahwa berapa anak yang kehidupannya lebih menyakitkan dari dirinya dapat bertahan hingga sekarang dan mungkin mereka sedang makan menikmati hidupnya dan melupakan masa lalunya. Tapi dalam kasus ini anak itu tidak kuat dengan ujian yang dia terima maka wajar dong jika dia tidak kuat dan itu diluar kapasitasnya. 

Baik kalau begitu kita juga harus bernalar sedikit, dari semua orang didunia kita sepakat bahwa semua pasti pernah bahkan sedang merasakah masalah,lalu apakah masalah diluar kemampuannya atau dalam kadar kemampuannya? Pasti masalah selalu diluar kapasitas kita bukan? jika ujian itu selalu didalam kadar kapasitas kita maka itu jadi bukanlah masalah. 

Contoh konkretnya si A memiliki gaji 100 juta perbulan dari pekerjaan IT nya dan si B pengangguran dan dapat uang dari orang tuanya 500 rb perbulan dari orang tuanya, dan mereka berdua sama-sama mempunyai hutang 1 juta dan harus dibayar dalam kurun waktu seminggu. Jika kita dapat analisis dari kasus tersebut maka si A tidak ada masalah dengan itu dong dan sebaliknya bagi si B itu adalah sebuah masalah yang besar karena diluar kemampuannya.

Jika kita kulik lagi bahwa pernyataan Allah bahwa Dia tidak akan menguji hambanya diluar kemampuannya tidak bisa kita artikan ayat tersebut secara mentah-mentah,mengapa? Karena Allah menggunakan kata “menguji” dan bukan kata ”masalah” jadi Allah tidak mungkin menguji hambanya dengan begitu mudah saja, jika begitu untuk apa Allah memberikan ujian bukan? 

Dapat diartikan bahwa Allah memberikan ujian sesuai dengan kemampuan kita sampai kita ikhtiar/berusaha,optimis,berdoa,penuh harapan,penuh dengan kesabaran,keikhlasan dan lain sebagainya. Jadi bukan berarti jika Allah menyatakan “diluar kemampuan” maka Allah tidak akan membuat suatu masalah kepada manusi karena arti itu luas bukan hanya disaat kita sebelum mendapatkan ujian itu tetapi disaat mendapatkan ujian itu dan setelahnya.

Tidak mungkin kita bermain game dengan rintangan untuk level 5 disaat kita sudah mencapai level 10 pasti rintangannya sangat mudah untuk dilakukan maka untuk kita dapat naik level rintangannya pun juga semakin sulit dan terus seperti itu. Dan Allah pun juga memberikan kita solusi lain dengan menyatakan bahwa Allah selalu bersama dengan orang yang sabar (Al-Baqarah:153) lalu Surah Az-zumar:53 yang dimana Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah SWT selanjutnya surah an-Najm dari ayat 39 sampai 42 dan masih banyak lainnya.Dan untuk apa Allah menurunkan ayat tersebut jika kita hanya terpaku terhadap ayat “Allah tidak menguji hambanya diluar kemampuannya” karena pasti ada hubungan antara surat-surat tersebut.

Kesimpulannya adalah Allah memberikan segala ujian pada dasarnya untuk kita bertambah kuat kedepannya dengan menguji kita dengan diluar kapasitas kita dalam konteks bahwa kita harus berusaha,semangat,optimis,ikhlas,sabar dalam menghadapinya sampai ujian tersebut dapat kita atasi. Jadi itulah konteks dan arti sebenarnya dari ayat “Allah tidak menguji hambanya diluar kemampuannya” dan untuk apa Allah menguji kita yang dapat kita selesaikan dengan mudah dan itu tidak bisa juga disebut ujian.

Dari maka itu kita sebagai manusia secara keseluruhan siapa pun itu untuk tetap sabar,ikhlas,sadar akan potensi kita untuk menyelesaikan masalah apapun yang ada dalam hidup kita,hanya dengan itulah kita dapat berkehendak jika kita memilih untuk bunuh diri percayalah bahwa itu ada dalam kuasa kita dan pilihan kita dan Allah tidak mengintervensi pilihan kita atas itu dan itu dijelaskan dalam surat An-Nisa ayat 29 karena Allah pun juga mempunyai perhitungan sampai mana kita benar-banar kuat ataupun tidak, Allah lebih mengetahui apa yang kita tidak ketahui.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun