Percaya Diri
Tulisan ini bukan menyuruh bahwa kita jangan percaya diri. Saya ingin menjelaskan sebuah sikap "percaya diri" dalam konteks tertentu yang justru membuat diri sendiri perlahan hancur.
Di dunia ini, sepertinya orang yang memiliki kepercayaan diri lebih sedikit dibanding yang tidak memiliki kepercayaan diri. Misalnya saja dalam satu kelas, hanya dua tiga orang yang berani bertanya atau berbicara di depan.Â
Saya juga pernah merasakan ketidakpercayaan seperti orang lain, begitu pun teman-teman saya. Kenapa? Karena takut orang akan pandangan orang lain. Itu alasan paling sering dimiliki orang yang tidak percaya diri.
Orang yang nggak pede itu orang yang terlalu pede.
Kenapa bisa ada kalimat seperti itu? Dalam beberapa kasus seseorang yang tidak percaya diri justru menunjukkan bahwa dirinya sangat percaya diri.
Contohnya, banyak orang yang langsung merasa takut dan tidak pecaya diri hanya karena memakai pakaian yang mencolok. Tentu karena takut orang-orang memperhatikannya. Padahal, sebenarnya dia yang terlalu percaya diri bahwa orang lain akan memperhatikannya.
Pecayalah, kesalahanmu, tindakanmu, atau hal-hal kecil dan remeh lainnya yang kamu pikirkan hingga tidak bisa tidur tidak akan diingat oleh orang lain.
Orang Tidak Peduli
Saya pernah mengikuti sebuah diskusi buku di kota saya. Jadi kami membaca dalam hati buku yang sedang kita baca masing-masing, lalu setelah satu jam kita diharuskan menerangkan apa yang kita dapat.
Pada saat giliran saya, saya merasa blank untuk sesaat yang akhirnya membuat saya terbata-bata. Setelahnya hingga sampai di rumah, saya terus memikirkan hal itu, takut kalau orang lain menganggap saya tidak bisa berbicara di depan umum.
Itu, kan, hal yang remeh yang sebenarnya tidak perlu saya pikirkan, tetapi begitu bisa mencuri pikiran saya selama beberapa jam. Lalu karena muak memikirkannya, saya lalu mengontruksi lagi kejadian di sana. Saya mencoba memerhatikan hal-hal lain selain tindakan saya itu.Â
Setelah saya ingat-ingat, ternyata orang lain juga melakukan hal yang sama. Mereka tidak lancar berbicara, mereka bingung apa yang ingin dikatakan, mereka juga terbata-bata. Pertanyaannya, kenapa saya tidak ingat itu semua? Karena memikirkan diri sendiri, begitu pun orang lain.
Mungkin orang lain yang ada dalam diskusi itu juga tidak ingat saya terbata-bata saat berbicara karena mereka sibuk memikirkan diri mereka sendiri.
Pemikiran itu membuat saya terdasar bahwa tidak ada yang perlu saya khawatirkan tentang segala sesuatu dalam diri saya dalam pikiran orang lain.
Tidak Bisa Dikontrol
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa beberapa kesalahan dan tindakan kita ternyata diingat oleh orang lain dan tidak jarang menjadi bahan pembicaraan.
Namun, satu hal yang harus kita tahu tentang hal itu adalah bahwa kita tidak bisa mengontrol orang lain. Tetapi, kita bisa mengontrol bagaimana sikap kita terhadap semua itu.
Ingat, mengontrol sikap kita terhadap hal tidak bisa kita kontrol, bukan mengontrol itu tidak terjadi. Mengapa? Karena jika kita mengontrol itu tidak terjadi, artinya kita tidak melakukan apa-apa, masih takut untuk bertindak dan berpikir yang tidak-tidak sebelum terjadi. Pada akhirnya kita tidak akan berkembang.
Sementara itu, mengontrol sikap kita terhadap hal yang tidak bisa kita kontrol justru akan membuat kita merefleksikan diri agar diri kita menjadi orang yang lebih baik.Â
Kepercayaan diri adalah sebuah sikap yang diperlukan setiap orang untuk dapat berkembang. Namun, jangan sampai kita tidak sadar bahwa kepercayan diri yang tumbuh adalah yang membuat kita tidak percaya diri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H