Mohon tunggu...
Ira Wulandari
Ira Wulandari Mohon Tunggu... Lainnya - Freelancer

Karena sudah muak memendam pikiran-pikiran ini, jadi saya putuskan menyebarkannya di sini. Selamat membaca.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Orang Lain Bisa, Tetapi Saya Tidak Bisa

13 Agustus 2024   11:00 Diperbarui: 13 Agustus 2024   11:04 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hanya tinggal berdua yang ada di atas tebing. Waktu terus berjalan. Saya merasa tidak enak juga pada panitia yang panas-panasan sambil mendokumentasikan peserta. Saya hanya membuat lama. Beberapa kali saya berdiri di ujung tebing, tetapi lagi-lagi saya tidak bisa untuk melompat. Sejujurnya saya sudah berpikir tidak akan melompat sakit takutnya. Mungkin karena itu juga saya tidak bisa menggerakkan kaki saya untuk terjun dari tebing itu.

Lalu, ada satu orang yang berkata pada saya bahwa jika saya tidak melompat, saya akan menyesal. Kata-kata itu tidak bisa memengatuhi saya, tetapi sangat melekat pada saya nantinya. Saya benar-benar takut untuk melompat. Ketinggian bukan hal yang bisa saya hadapi pada saat itu.

Setelah mencoba meyakinkan diri, ternyata diri saya tidak teryakinkan. Saya pun turun dari tebing dan berenang bersama peserta lain. Rasanya segar sekali akhirnya saya berenang juga. Saya juga sempat melompat dari ketinggian 2 meter, dan itu tidak menakutkan karena tidak tinggi. Saya bersyukur tidak melompat dari ketinggian 8 meter itu karena mungkin akan membuat saya semakin takut ketinggian karena saya pun takut ketinggian karena mencoba hal-hal ekstrem di ketinggian.

Saya melihat peserta yang terakhir bersama saya di atas tebing pun tidak jadi melompat, entah punya pemikiran yang sama dengan saya atua terpengaruh oleh tindakan saya.

Waktu berenang saya ternyata sangat sebentar. Tentu saja karena saya telalu lama di atas tebing. Rasanya sangat tidak puas. saya menyesal. Bukan, saya bukan menyesal karena tidak melompat secepatnya. Namun, saya menyesal tidak menyerah dari awal yang membuat saya tidak bisa mempunyai waktu berenang yang lebih lama.

Meskipun saya tidak menyesal, tetapi saya merasa berbeda dari yang lain dan seperti seorang pecundang. Namun, saya memang tidak berani dan tidak mau melakukan hal yang orang lain bisa tersebut. Saya menceritakan hal ini pada orang tua saya. Respons orang tua saya sangat menenangkan. Mereka berkata, "Kita tidak perlu bisa yang orang lain bisa. Kita mampu melakukan hal yang orang lain tidak bisa."

Saya setuju. Memang, sebenarnya saya bisa dan berani melakukan hal yang orang lain mungkin tidak bisa. Saya berani pergi ke hutan sendirian, saya berani berada di tempat gelap sendirian, dan mungkin ada hal lagi yang bisa dan berani saya lakukan. Artinya, kita tidak perlu memaksakan diri untuk berada di tempat yang bukan untuk kita. Kita pasti akan menemukan tempat yang sesuai dengan kita. Hal ini berlaku untuk hal lain dalam kehidupan ini.

Setelah menyadari itu, saya menjadi tidak terlalu memedulikan tuntutan-tuntutan orang lain terhadap hal yang tidak mampu saya lakukan. Saya memiliki kemampuan tersendiri terhadap hal yang dituntutkan orang lain. Dan saya memiliki hal lain yang mampu saya lakukan yang bisa saya kembangkan. Saya hanya perlu menemukan tempat saya sehingga kemampuan saya bisa dilihat dan dihargai. Begitupun dengan kalian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun