Lili Lelet adalah seekor ulat mungil yang tinggal dalam sebuah rumah berbentuk bunga kembang sepatu bersama Ibu Linca, Ibunya. Ibu Linca terkenal gesit dan selalu tepat waktu, bila menghadiri semua kegiatan di Taman Bunga Merona.Â
Semua penghuni Taman Bunga Merona sangat menghormati Ibu Linca, karena beliau selalu sigap apabila diminta unuk membantu warga Taman Bunga Merona yang membutuhkan bantuannya.Â
Berbeda dengan Ibunya, LIli Lelet terkenal suka mengulur-ngulur waktu. Berulang kali Ibunya mengingatkan agar ia mengubah sifatnya yang suka mengulur-ngulur waktu, tapi tetap saja Lili Lelet begitu.Â
Suatu hari, Lili Lelet sedang asyik jalan mengitari batang bunga kembang sepatu, ketika Ibu LInca datang menghampiri, dan berkata, "Lili, dua hari lagi akan ada ujian untuk semua anak ulat di Taman Bunga Merona. Hanya mereka yang dapat membedakan mana daun Puteri Malu dan mana daun Petai Cina-lah yang boleh memasuki istana Bunga Matahari."Â
Masuk ke dalam Istana Bunga Matahari adalah impian semua ulat kecil yang ada di Taman Bunga Merona, karena di sana mereka akan diberitahukan sebuah rahasia untuk mereka satu per satu, tentang bagaimana menjalani hari-hari kepompong dengan sukses dan bahagia. Tiap ulat, punya rahasianya sendiri. Hanya mereka yang mendapatkan rahasia di Istana Bunga Matahari-lah yang akan mampu melewati masa kepompongnya dengan baik, untuk kemudian menjalani hidup baru sebagai kupu-kupu yang bahagia.Â
Lili Lelet hanya mendelikkan matanya, sambil berkata, "Tenaaang, Ibuku sayang ... aku pasti bisa membedakan keduanya." "Lagipula, kalau ujiannya hanya membedakan daun-daunan saja, tentu saja mudah bagiku."
Ibu Linca mngernyitkan dahinya sambil berujar, "Bagaimana kamu bisa membedakan keduanya, kalau kamu tidak mulai berlatih untuk melihat perbedaannya?" lanjut Ibunya lagi, "Bagaimana kamu bisa membedakan keduanya, kalau kamu hanya bermain di batang bunga kembang sepatu ini?"
Sambil terus mengitari batang bunga kembang sepatu, Lili Lelet menyahut lagi, "Lima menit lagi, aku akan turun, mengamati daun-daun itu."
Ibu Linca berlalu dari batang bunga kembang sepatu, karena hari itu ia harus menghadiri acara penting di rumah Nona Kaki Seribu.
Kira-kira tiga jam telah berlalu, sejak Ibu Linca pergi ke rumah Nona Kaki Seribu. Tapi, herannya, Lili Lelet masih saja ada di sekitar batang bunga kembang sepatu. Entah apa yang dikerjakannya.Â
Ketika hari sudah mulai terik, Ibu Linca mendapati Lili Lelet masih asyik berjalan di batang bunga kembang sepatu. Â "Lili, apakah kamu tidak menginginkan masuk istana Bunga Matahari?" "Kesempatan ini hanya terjadi satu kali dalam kesempatan hidup semua bangsa ulat, dan kalau kau gagal, tidak akan ada kesempatan untukmu lagi."
Lagi-lagi Lili Lelet hanya mendelik sambil berkata, "Lima menit lagi aku akan turun dan mengamati daun-daun ujian itu ... aneh benar, ujian harus membedakan daun-daunan ..." katanya lagi sambil bergumam.
"Baiklah, Ibu hanya akan mengingatkanmu sekali saja, selanjutnya terserah kaulah, Lili!" ibu Linca masuk ke dalam rumah dan mulai mengerjakan pekerjaannya hari itu.
Tak terasa, hari sudah malam, dan Lili masih saja asyik berada di batang bunga kembang sepatu, kali ini dia malah jatuh tertidur!
Karena Ibu Linca sudah memberikan peringatan kepada Lili Lelet, maka ibunya pun hanya membangunkannya dan menyuruh Lili Lelet untuk pulang ke rumah.Â
Keesokannya, Lili Lelet terlihat bergegas pergi menuju padang daun-daunan, untuk mengamati perbedaan daun-daun yang ada di sana. Dia bertekad dapat membedakan dengan mudah daun puteri malu dan daun petai cina. Â Namun, di tengah perjalanan, dia melihat bunga mangkok. Karena, penasaran akan bentuknya yang lucu, Lili Lelet mampir bermain di atas kelopak bunga mangkok.Â
"Lili, apa yang kau lakukan di sini?" "Bukankah hari ini kamu seharusnya pergi ke padang daun-daunan untuk mengamati perbedaan daun puteri malu dan daun petai cina di sana?" tiba-tiba terdengar suara Ibu Linca dengan nada tinggi.Â
"Ya, ampun ibuuuu ... bikin kaget saja, sih ... " "Lima menit lagi, pasti aku sudah ada di padang daun-daunan, ibuku sayaaaang ..." ujar Lili Lelet berusaha mengambil hati Ibunya.
"Baiklah, Lili, terserah kau sajalah," ujar Ibu Linca sambil berlalu menuju kediaman Ibu Kepik, untuk menolongnya, karena bayinya sakit.
Tanpa terasa, Lili Lelet sudah seharian berada di atas bunga mangkok. Â Iapun teringat akan niatnya memperhatikan daun-daun yang ada di padang daun-daunan. Namun, karena hari sudah malam, ia agak kesulitan untuk melihat mana daun puteri malu, dan mana daun petai cina. Setelah susah payah Lili Lelet mencoba melihat perbedaan daun-daun itu dalam gelap, iapun pulang ke rumah.
Dan hari besar itupun tibalah. Setiap anak ulat datang di pelataran Istana Bunga Matahari untuk menantikan ujian membedakan daun puteri malu dan daun petai cina.Â
Tiap tahun, ujian di Istana Bunga Matahari selalu berbeda. Begitu pula dengan rahasia buat tiap ulat. Tidak pernah ada yang sama. Bahkan rahasia ibu dan anak pun berbeda. Itu sebabnya, Ibu Linca selalu mewanti-wanti Lili Lelet untuk melatih diri melihat dan mengamati daun-daunan untuk dapat membedakan daun puteri malu dan daun petai cina.
Tibalah waktu untuk Lili Lelet untuk menjawab perbedaan daun puteri malu dan daun petai cina. Bapak petugas ujian memberikan Lili Lelet empat daun di hadapan Lili. Lili hanya punya satu kali kesempatan untuk menunjukkan mana dari keempat daun itu yang adalah daun puteri malu dan daun petai cina.Â
Lili Lelet bingung bukan kepalang. Dia tidak tahu bagaimana caranya membedakan daun-daun itu. Tidak ada waktu untuk berlatih. Tidak ada pula IBu di sisinya. Lili Lelet harus menjalani ujian ini seekor diri.Â
Ketika waktunya habis bagi Lili Lelet untuk menjalankan ujiannya, dengan lesu ia menerima pengumuman bahwa ia gagal dalam ujian tersebut.Â
Ia pulang ke rumah, dan mendapati ibunya yang sedang menanti dengan cemas.  Ibu Linca tentu saja sudah menyiapkan hatinya  untuk semua hasil yang Lili dapatkan. Ibu Linca adalah ibu yang sabar, bijaksana, sekaligus tegas.Â
Lili Lelet berkata pada Ibunya, "Maafkan aku, Ibu ... aku tidak dapat membedakan daun puteri malu dan daun petai cina ... aku tidak lulus ujian .." katanya lesu.Â
Sambil menghela nafas panjang, Ibu Linca berkata, "Lili, Ibu sudah memperingatkan kamu berulang kali, pentingnya melatih diri. Tapi, kamu tetap saja menganggap enteng. Kamu mengulur-ngulur waktu ... sampai akhirnya, waktumu habis terbuang percuma ..."
Lili Lelet menangis dalam pelukan ibunya, karena sejak saat itu, ia harus siap menghadapi apapun juga sendirian. Karena, rahasia yang ada dalam Istana Bunga Matahari berbeda untuk tiap ulat. Â
Sambil terus terisak, Lili Lelet berkata dengan sedih, "Ibu, aku menyesal, karena telah membuang begitu banyak waktu ..."Â
"Lili, sekarang kamu sadar ... bahwa waktu tidak dapat didaur ulang, sebab itu Ibu berkali-kali mengingatkanmu ..." hibur Ibu Linca berusaha menguatkan Lili Lelet yang menyesali perbuatannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H