Sekarang, di usia  40 tahun ini mengingat kenangan sederhana itu memberi arti tersendiri bagi hidup saya. Terlebih karena hidup jauh dari keluarga. Di mana semuanya saya tanggung sendirian. Mandiri, tidak bergantung kepada siapapun. Teorinya gampang, tapi kenyataannya sering membuat saya nangis bombay.
Sekarang, di kala hidup begitu menekan, keluarga, sahabat, guru dan  handai taulan jauh di mata dan hanya bisa dijangkau di hape, maka kenangan digendong Bapak selalu terbersit dalam pikiran saya. Ada rasa tenteram tersendiri membayangkan ada sepasang tangan yang menggendong kita ketika hidup terlihat abu-abu. Tidak bisa dibilang hitam,  putih juga tidak. Alias butek.
Sekarang saya memang bukan anak perempuan kecil yang digendong di punggung bapak supaya roknya tidak kotor karena becek.. Namun tetap ada sepasang tangan yang menopang saya ketika beban hidup begitu berat, bahkan Dia berjanji menggendong saya sekalipun rambut di kepala ini sudah memutih ..dan saya  tetap memanggilNya .. Bapa..
Selamat Natal semuanya....!!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H