Allah berfirman :Â
 Ya Muhammad, katakanlah: Sesungguhnya aku seorang manusia seumpama kamu. Di wahyukan kepadaku bahw Tuhan kamu Tuhan yang Esa. -Barangsiapa mengharap akan menemui Tuhan nya "hendaklah ia beramal dengan amalan yang saleh. Dan janganlah ia mempersekutukan di dalam menyembah Tuhan nya dengan suatu apapun.
[(Barangsiapa mengharap akan mememui Tuhan nya . . . ) Â Dalam susunan kata dalam ayat tersebut, "pengertiannya: Allah Swt, tidak memerintah kepada seseorang untuk menyembah kepada Nya, tetapi diserahakan kepada orang itu sendiri : Apa ada niat atau tidak ?
NIAT ada dua sifat : 1 Niat dalam posisi sifat kejahatan (syetan) yang lepas kontrol perasaan hati- (getaran jiwa)- nya dari akal pikiran yang sehat / bersih dan ke 2. Niat dalam sifat kebaikan yang terpimpin oleh akal pikiran bersih yang menjadikan niat ini berada dalam posisi ikhlas dan murni / sifat malaikat (Jibril). Tetapi yang mengetahuinya tentang masalah (ikhlas nan murni) hanyalah Allah Swt Tuhan Yang Mahatahu.Â
(. . . , hendaklah beramal dengan amalan saleh. Dan janganlah ia mempersekutukan dalam menyembah Tuhan nya dengan suatu apapun )]Â
Berarti kita menemui Tuhan dengan perasaan hati ikhlas nan murni yang berada dalam  dada kita dan disamakan dengan  sifat frekuensi/getaran kehidupan tersebut dengan malaikat (Jibril).
Dengan demikian Nurman setelah memepelajari sedikit dari ayat-ayat suci Al Qur'an dengan maknanya dia memohon kepada Nya setelah shalat magrib 3 hari berurutan : Ya Allah kami mohon kepada Mu, seandainya ia benar mengganggu keluargku, tolonglah dipetingatkan tetapi seandainya aku salah sangka dan duga, maafkalah diri saya. Setelah 3 bulan kemudian orang itu sakit dan satu tahun kemudian dia meninggal. (Proses kejadian ini hanya Tuhan lah Yang Mahatahu). Dan Nurman sudah memaafkan ia sejak lama dari awal mengganggu keluarganya yang tercinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H