Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjawab Solusi atasi Pengangguran, Bagaimana Caranya ? (Seri Diskusi Mblarah #4)

30 November 2024   19:49 Diperbarui: 30 November 2024   19:49 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri Eko Irawan untuk Seri Diskusi Mblarah #4 foto diolah dengan lumii dan snapsheed

Menjawab Solusi Atasi Pengangguran, bagaimana caranya ?
(Seri Diskusi Mblarah #4)
Ditulis oleh Eko Irawan

Atasi Masalah tanpa Masalah. Sebuah slogan unik yang digunakan di Pegadaian. Sebuah solusi sudah seharusnya memberikan jalan keluar yang bukan sekedar menginspirasi, bukan sekedar pencerahan,  bukan pula sekedar omong omong motivasi tapi nyata membantu memberikan langkah langkah penyelesaian. Mampukah Diskusi Mblarah menjawab Solusi atasi Pengangguran ? Bagaimana caranya ?

Nongkrong cari Solusi pengangguran

Pagi itu dingin berpadu intipan terang sang Surya bergelayut di awan. Hujan semalam memberi pengantar untuk harapan baru pagi ini. Awali hari ini dengan Bismillah dan pesanlah segelas kopi.

Pagi pagi kok sudah ngopi, apa Ndak ada kerjaan ? Ini dilakukan dalam rangka Nongkrong cari Solusi Pengangguran. Saya pingin tahu apa yang ada dibenak khalayak umum. Iya jika saya menteri atau anggota dewan, tentu untuk tugas menyerap aspirasi masyarakat. Saya ini perlu memotret sudut pandang berbeda dari masyarakat itu sendiri.

Saya sengaja datang ditempat yang baru, dimana kita tak saling kenal. Agar soal pengangguran ini saya punya perspektif lain.

Setelah 5 menit, datang pengunjung pertama yang menemani saya ngopi. Seorang lelaki berusia 40 tahunan. Tampak kusut dengan baju yang belum ganti sejak dipakai tidur semalam.
"Nganggur pak, kerjaan Kulo jadi badut di lampu merah." Jawabnya ketika dia tak tanya pekerjaan.
" Kolo wingi jawah pak, baju badut satu satunya basah. Semoga hari ini panas." Harapnya. Iya, saya bisa rasakan, tampilan dia saat manggung badut lampu merah tentu lucu. Joget joget seolah tiada beban hidup. Dia tentu menghibur orang yang lewat. Yang jadi kendala, pertama soal cuaca, semisal hujan seperti kemarin dan tentu operasi petugas satpol PP yang sewaktu waktu melakukan penggerebekan.
"Saya sarjana pak. Jurusan pendidikan. Sebagai guru bantu tak nutut pak penghasilan saya nyukupi satu istri dengan dua anak yang butuh biaya sekolah. Dengan jadi badut, lumayanlah bisa membantu. Saya bisa enjoy kerja jadi badut, karena bertopeng. Tak ada yang kenal dan tahu saya siapa. Malu mas siapa tahu ada yang kenal saya." Curhatnya tentang dirinya sambil meminum kopi. " Solusi atasi Pengangguran itu menurut mas bagaimana ?" Tanya saya.
"Ya untuk orang yang sudah berumur 42 tahun seumuran saya, mana ada lowongan yang mau menerima ? Bapak bisa lihat, kriteria sekarang soal umur, ijasah, penampilan dan punya kendaraan sendiri. Lha persyaratan harus berpenampilan menarik ini, apa nanti mau jadi foto model apa bintang sinetron ? "

"Kebutuhan hidup terus, jadi solusi keluar dari pengangguran itu harus kreatif. Pintar baca peluang. Jangan cukupi hidup dengan hutang. Apalagi nunggu pertolongan. Ya seperti saya, jika jadi guru bantu tugasnya full time, PR nya banyak, tapi jangan tanya gajinya berapa. Ya, saya disuruh berharap siapa tahu diangkat. Tapi kenyataannya hanya menunggu dan menunggu mimpi yang tak pasti. Sementara kebutuhan terus. Dari mana dicukupi nya. Jawaban untuk solusi pengganguran ya pandai pandai lah melihat dan membaca peluang yang ada. Kerjakan. Tak perlu di batin, apalagi diomongkan saja. " Itu jawaban dia sungguh sangat mengena.

Orang ke dua yang saya temui menjawab :
"Ya terpaksa ngojek gini pak, sambil cari peluang yang lain. Saya berharap dengan adanya aplikasi berbasis ojek ini nasib para pengganguran, oleh pemerintah jangan dianggap tuntas. Dianggap sudah terentas semua."

Orang ketiga menjawab :
"Pesen pak, karena sekarang banyak lowongan palsu. Hoax. Tujuannya hanya cari identitas pelamar untuk tujuan penipuan, judi online atau pinjaman online. Mereka pakai identitas orang lain untuk kejahatan. Ada lagi yang kerjakan orang, tapi dibayar murah. Ada yang tidak dibayar, alasannya training, dikontrak 3 bulan. Ada yang 6 bulan. Tapi kerja kayak romusha. Saatnya gajian di pecat sepihak dengan berbagai alasan. Macem macem sekarang. Ada yang disuruh keliling kayak sales, tapi baru dibayar jika laku sejumlah barang, jika tidak laku ya jangan harap dibayar. Padahal keliling pakai motor sendiri. Beli bensin sendiri. Seragamnya disuruh beli."

Orang ke empat malah diam saja ditanya. Cuma senyum kecut. Dia bosan ditanya, didata, diberi janji janji. Pesimis banget tampaknya. Sepertinya dia  telah menemui banyak kisah dijadikan korban untuk urusan job job yang ujung ujungnya tak jelas. Orang orang seperti beliau sangat banyak di masyarakat, sulit diajak kerja sama karena maklum saja untuk urusan makan saja dia kesulitan.

Job Fair apakah jawaban ?

Dari orang orang yang saya temui pagi itu, ternyata lebih senang ada job fair yang diadakan rutin, misal seminggu sekali atau berkala. Kenapa? Para pelamar bisa tatap muka langsung dengan pihak manajemen. Lowongan lowongan online memang banyak tersedia, namun harus tetap hati hati mengikuti lowongan yang disebar di medsos, apalagi yang memberi iming iming yang tidak masuk akal.

Job Fair tetap solusi terpercaya karena ada sesi tatap muka langsung antara perusahaan dan pencari kerja. Semoga job fair tetap bisa memberi kesempatan dan ruang bagi siapapun dengan persyaratan yang tidak aneh aneh. Bagaimana yang mengalami disabilitas? Juga bagaimana nasib bapak ibu yang dari segi usia sudah sepuh ? Jujur diusia tua orang orang juga tetap butuh kesempatan kerja dan memperoleh penghasilan. Saya masih menyaksikan bapak bapak tua yang narik becak. Ada ibu ibu yang jualan jalan kaki keliling kampung sembari membawa dagangan berupa pakaian, kue atau masakan. Ada yang jualan sayur. Dari segi usia mereka sudah tak layak bekerja, tapi kebutuhan hidup tetap harus dipenuhi.

Diskusi Mblarah tentang solusi pengangguran ini tetap Mblarah. Penulis hanya mampu merekam dan menuliskannya di laman beranda Kompasiana miliknya. Mungkin ada kajian yang dianggap ngawur dalam tulisan ini. Tak masalah, karena diskusi Mblarah hanya pemantik. Semoga tulisan ini mampu membawa perubahan ke arah lebih baik. Bagaimana menurut anda ?

De Huize Mblarah, 30 November 2024
Ditulis untuk Seri Diskusi Mblarah 4

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun