Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dering Telepon dari Petinggi

23 Oktober 2024   15:30 Diperbarui: 23 Oktober 2024   15:33 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dering Telepon dari Petinggi
Ditulis oleh : eko irawan

Sudah hampir tengah malam. Kopi yang semula panas, mulai dingin. Mata sudah mulai kabur saat diajak membaca buku, tanda kantuk datang. Tiba tiba handphone berdering. 

Kuraih gawai dan kulihat siapa yang menghubungiku tengah malam. Tak biasanya teman teman telepon tengah malam. Itupun nomer telepon nya kusimpan dengan nama masing masing. Terus ini siapa ? nomer asing yang tidak tergabung di dalam satu grup wa manapun. Pikirku jika penting, dia pasti mau nulis chat.

Dan akhirnya Ku tinggal saja berbaring di kamar. Gawai ku letakkan diatas dipan. Anganku melambung. Teringat berita televisi sore tadi, tentang telepon dari ajudan presiden yang memanggil beberapa tokoh penting untuk menghadap ke Jalan Kertanegara IV.

"Aku tokoh penting, ah masak?"
Iya yang di telepon tadi siang tokoh tokoh penting negeri ini. Lha aku ini siapa, seberapa penting diri ini. Lha bukan siapa siapa. Apa urgensinya ?

Akupun bangkit lagi meraih gawai yang sedari tadi ku letakkan. Perangkat itu sengaja aku silent agar tidak berisik. Bunyi ringtone nya bisa mengganggu seisi rumah.

Ternyata ada telepon masuk hingga 5 kali. Dua kali nomer yang tadi dan sisanya nomer yang beda lagi. Siapa sih mereka? Kantukku tiba tiba pergi. Akhirnya jadi meneliti profil dari telepon telepon barusan. "Kok ada Potret profil foto petugas ya?" gumamku.

Akupun bangkit dari peraduan dan kembali duduk di meja kerjaku. Dirumah, aku selalu menata ruang untuk kerja yang berisi buku buku. Sambil nunggu jika siapa tahu ada yang telepon lagi, aku buka buku agenda giat ku. Memang banyak banget tulisan yang tak pernah usai, berjubel di mejaku. Ide lewat begitu saja namun untuk ditulis butuh mood untuk fokus menulisnya. Juga butuh bahan sumber referensi yang mendukungnya. Aku bukan wartawan, bukan pekerja media tapi aku hobby menulis, itu saja.

" Jangan jangan ada tulisan yang telah tayang berurusan dengan petugas!" Tulisan yang telah tayang memang bisa menyebar ke mana mana. Bisa dibaca siapapun. Apa ada yang tidak beres tulisanku ya.....

Kembali kulihat gawaiku dan sudah tak ada lagi yang menghubungiku. Aku jadi bertanya tanya sendiri. Jadi mikir siapa yang barusan telepon itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun