Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cek Tone Deaf (Seri Puisi Epigram #31)

28 Agustus 2024   21:47 Diperbarui: 28 Agustus 2024   21:51 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri Eko Irawan untuk Seri Puisi Epigram #31 foto diolah dengan lumii dan snapsheed

Puisi : Cek Tone Deaf
(Seri Puisi Epigram #31)
Ditulis oleh : eko irawan

Semau gue, tak butuh tak peduli. Sekedar suka saja tidak, apalagi mau peduli, mau menghargai. Semua diukur dari kebutuhan pribadi. Itulah Cek Tone Deaf Sejati.

Puisi ini khusus untukmu. Bilang langsung, dikira nantang duel dirimu. Memang tak merasa, seolah terbaik selalu. Peka itu nomor dua puluh tujuh dalam kamus mu.

Acuan keakuan, standar mati anti tawar. Prinsip pokok merasa benar. Saat butuh bersikap bak pacar. Saat tak butuh, cuek pasang pagar.

Menghadapi mu harus Sabar. Tapi rugi berteman orang tak bernalar. Semakin diakrabi semakin barbar. Mau benar merasa besar minta menang tapi menolak sejajar.

Cek tone Deaf, santai saja. Manusia bukan hanya dia. Menanam tak peduli, bisa panen apa. Hidup sekali terlalu mahal mikir teman palsu bak boneka.

De Huize Sustaination, 28 Agustus 2024
Ditulis untuk Seri Puisi Epigram 31

Catatan Kaki

Sebuah perenungan.....

Bersikap Tone Deaf memang tidak dirasa, Karana standar baik dan benar itu harus tunduk dari sudut pandang dia, sehingga jangan berharap ada kepekaan walaupun sedikit sekedar suka atau gambar jempol di medsos. Harus dia yang prioritas, minta dihargai, dilayani dan dipuja puji. Prinsipnya saat dia butuh diri kita, maka bisa jadi lengket bak pacar tak terpisahkan. Namun saat dia tidak butuh kita, jangan berharap dia mau peduli pada diri kita, sekalipun kita sudah jujur meminta tolong.

Bersahabat dengan tone Deaf? Apa tidak ada orang lain diluar sana yang bukan tone Deaf ? Apa hidup sekali hanya sibuk dengan tone Deaf? Dia menanam sikap acuh, cuek, tak peduli, semua diukur untuk kepentingan dia sendiri. Siapa menanam, pasti menuai. Saat menanam sikap tak peduli, apa kelak akan menuai kepedulian yang sebenarnya untuk kita? Sungguh akan berat dan menyusahkan saat membuka diri dengan tone Deaf, tidak bisa diajak berbagi dan kerja sama. Maunya menang sendiri. Kesimpulannya, Karena hidup adalah pilihan, maka semua berhak bersikap memilih apa dan bagaimana. Semua ini akan kembali pada tujuan hidup masing masing dan sikap apa yang dipilih untuk mencapai tujuan dimaksud.

Selamat mengeksplore cek tone Deaf. Semesta punya cara berupa seleksi alam yang adil. Siapa menanam, pasti menuai !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun