Memotret Heritage di Kota Malang
Ditulis oleh : eko irawan
Pegiat Sejarah Museum Reenactor Ngalam
Kota Malang, sedang giat mengangkat tema heritage dengan mengawalinya dari Kayutangan. Seolah merasakan nuansa Malioboro Jogja hadir di Kota Malang. Dari Senin hingga Minggu, tiap malam serasa tiada matinya. Jalan Kayutangan begitu semarak dan jadi pusat nongkrong tidak hanya anak muda, tapi semua kalangan turut menyemarakan kayutangan heritage.
Cafe cafe mulai tumbuh dan berkembang memanfaat bangunan bangunan eks kolonial. Mari sejenak kita lihat liputan Nikko Channel sbb :
https://youtu.be/6dz-XOC_BtQ?si=eh8OHExj-8KIkYg9
Salah satu bangunan heritage yang ada di Kayutangan adalah Kedai Namsun yang dikelola oleh Anak Muda bernama Yehezkiel Jeffersen Halim. Bangunan kedai Namsun tergolong masih sangat terawat. Dia mulai aktif mengulik sejarah rumahnya sendiri dan juga sejarah malang, sehingga sekarang dia sangat expert menjelaskan sejarah malang saat mengantar tamu untuk jalan jalan di Kayutangan. Inilah potret anak muda yang turut mempromosikan konsep heritage kota Malang. Monggo jika berkesempatan hadir di Kayutangan Heritage jangan lupa mampir di Kedai Namsun.
Perkembangan Pariwisata di Kota Malang
Kota Malang Di Provinsi Jawa Timur di dirikan pada tahun 1914 oleh Pemerintah Hindia Belanda. Kota Malang di bidang sektor pariwisata menjadi Kota Transit para turis, untuk singgah sejenak sebelum melanjutkan wisata ke Kota Batu dan Kabupaten Malang yang memang memiliki destinasi wisata alam yang eksotis diantaranya ke Gunung Bromo.
Bagaimanakah cara pemerintah Kota Malang meningkatkan geliat pariwisata, agar kunjungan sektor wisata bisa memberikan kontribusi pada Kota Malang adalah menggelar lomba Kampung Tematik pada tahun 2017 yang di ikuti oleh 57 Kelurahan yang ada di Kota Malang. Dari sinilah lahir ide Kajoetangan Heritage sebagai pemantik awal bagaimana mengelola potensi bangunan eks kolonial yang tersisa di kota Malang menjadi destinasi wisata Kota Malang. Sehingga kota Malang tidak sekedar area transit wisatawan, tapi menjadi destinasi wisata kota.
Di Kota Malang bangunan eks Kolonial ini mulai menjadi daya tarik wisata, karena setiap gedung pasti memiliki keistimewaan dan sejarahnya masing masing. Tentu bukan pekerjaan mudah dan tidak mungkin tiba tiba bisa dikelola. Ide Kreatif ini terhitung sudah sejak 5 tahun lalu mulai dikulik oleh para pegiat lintas komunitas dan Pemerintah setempat. Konsep heritage Malang tempo dulu menjadi bahan diskusi sejak masa tersebut. Upaya sosialisasi dan berbagai gelar event berkonsep heritage mulai diadakan, sehingga di Kota Malang tidak hanya gedung pergedung yang coba dihidupkan lagi, tapi meliputi seluruh kawasan Kota Malang yang terus dikelola dan dikembangkan, sehingga nuansa heritage kembali terasa secara terintegrasi. Tentu inovasi ini terjadi pro kontra karena mau dibawa kemana sebenarnya konsep malang heritage ini. Tapi minimal gedung gedung yang sudah ditetapkan statusnya sebagai cagar budaya tidak dirobohkan dan diganti gedung baru. Disinilah dibutuhan peran serta masyarakat dan pemerintah hingga konsep malang heritage punya ruh tersendiri dan tidak sekedar jadi destinasi copy paste dari Malioboro Jogja.
Peran Arsitek Belanda Bernama Thomas Karsten terasa begitu kental sejak kota malang diresmikan jadi Gemente Kota Malang sejak 1 April 1914. Berikut liputannya :