Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Book

Belanda, Kidal dan Pararaton (Seri Bedah koleksi Bukuku #2)

4 September 2023   12:43 Diperbarui: 4 September 2023   13:08 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri Eko Irawan foto 26 Agustus 2023 di Candi kidal

Agar orang Indonesia sibuk bertengkar dengan bangsa sendiri dan para penjajah bisa leluasa merampok kekayaan alam bumi Pertiwi untuk kesejahteraan Bangsa Penjajah. Hingga hari ini saya masih merasakan intrik ruwet seolah olah serat Pararaton itu buatan Belanda yang berisi hoax, pengkaburan sejarah dan merendahkan martabat nenek moyang bangsa ini. Beberapa grup wa dan FB masih saja bahas itu. Yang anggap fiksi, dongeng palsu dan memotivasi adu domba penuh permusuhan. Karena inilah saya harus banyak membaca Pararaton Karya Mpu Heri Purwanto.

Dalam buku karya Mpu Heri Purwanto ini dijelaskan sbb :

Nama Tohjaya ada di Pararaton, tetapi tidak ada di Ngaraktgama. Mereka yang meyakini Pararaton naskah baru buatan Belanda mungkin menyimpulkan Tohjaya adalah tokoh fiktif karena menyimpang dari Ngaraktgama. Mereka mungkin menuduh Belanda mengarang nama Tohjaya dan mengisahkannya sebagai raja jahat yang memimpin Tumapl, membunuh Anusapati, dan merencanakan pembunuhan terhadap Ranggawuni dan Mahia Campaka.

Tetapi, pada 1975 ditemukan Prasasti Mula Malurung di Kediri, yang dikeluarkan raja Tumapl bernama Narrya Sminingrt pada 1255. Jika kita kroscek datanya dengan Prasasti Maribong 1248, Sminingrt adalah nama lain Wiuwardhana. Uniknya, Tohjaya jelas tertulis di prasasti ini, yaitu raja yang memerintah sebelum Sminingrt. Itu artinya, Tohjaya bukan tokoh fiktif yang hanya ada di Pararaton, tapi tokoh sejarah yang tercatat dalam prasasti.

Pararaton juga menyebut pembantu Tohjaya, yaitu Praaraja, serta pendukung Wiuwardhana, yaitu Paji Pati-Pati. Ternyata dua nama itu pun tertulis di Prasasti Mula Malurung. Jika benar Pararaton karangan Belanda, dari mana Belanda mendapat ide menciptakan nama Tohjaya, Praaraja, dan Paji Pati-Pati, sedangkan Prasasti Mula Malurung baru ditemukan di tahun 1975?

Itulah kajian yang menarik yang sekaligus menjawab keragu raguan terhadap Pararaton. Boleh memang berasumsi meragukan Pararaton sebagai upaya pengkaburan sejarah demi kepentingan penjajah Belanda, namun dengan di ketemukannya prasasti Mula Manurung terdapat data baru yang memberi pencerahan sekaligus jawaban. Tentu masih banyak lagi kajian yang menarik yang dibahas di buku Pararaton karya Mpu Heri Purwanto ini. Sampai jumpa ditulisan berikutnya yang akan membahas sejarah Tumapel dan hal hal unik tentang sejarah malang raya.

Terima kasih sudah berkenan membaca artikel ini.

Malang, 31 Agustus 2023
Ditulis untuk Seri Bedah Koleksi Bukuku
2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun