Tips membangun Portofolio diri
Ditulis oleh : Eko Irawan
Apakah semua lulusan perguruan tinggi akan terserap di dunia kerja? Dalam beberapa forum reuni lulusan sekolah atau kampus baik offline atau online melalui grup chat medsos, ada beberapa person yang sengaja tidak menampakan diri. Kenapa? Reuni sebenarnya ajang silaturahmi, saling bercerita kemana pasca lulus.Â
Cerita ini bagi sebagian orang justru bikin tersinggung, karena setelah lulus tersebut belum sukses seperti teman lainnya. Bagi yang belum sukses, di forum reuni serasa isinya hanya pamer harta, kekayaan dan karier. Minder bisa terjadi saat ada patungan biaya untuk bayar kegiatan reuni harus bayar sejumlah uang dan kenyataannya tidak mampu.Â
Capaian sukses tiap orang memang berbeda dan tidak bisa dianggap sama. Lulus sekolah atau kuliah bukan tiket hidup bahagia, kecukupan harta dan bisa membeli apapun yang disuka. Lulus adalah Medan pertempuran penuh persaingan dan perjuangan. Ada kalah menang. Ada juara dan ada yang tersingkir hingga untuk biaya hidup paling dasar pun tidak tercukupi.Â
Paradigma lama, lulus kerja ikut orang atau instansi sehingga pasca lulus hanya sibuk melamar kerja kesana kemari dan waktu habis hanya menunggu panggilan kerja. Seseorang secara finansial memang ada dalam dua taraf kondisi.Â
Pertama sebagai pewaris, dari jalur orang tuanya sudah kaya sehingga soal uang dan kebutuhan tidak ada masalah signifikan bahkan dengan nganggur ibaratnya sampai 7 turunan tetap digdaya financial karena beruntung menguasai kekayaan karena keturunan.Â
Sementara yang kedua adalah perintis. Dalam status perintis ini ada dua kondisi, mereka yang sukses dan jadi pemenang, tapi ada juga perintis yang kurang beruntung dan gagal. Untuk bangkit lagi sangat susah karena terjebak hutang menumpuk untuk biaya hidup sehari hari. Apa yang harus dilakukan para fresh graduate agar waktu yang dimilikinya tidak sia sia, artikel berikut mencoba menginspirasi agar yang muda bukan sibuk mencari tapi ciptakan lapangan kerja sendiri. Mari sama sama berjuang meraih sukses sesuai impian masing masing.
Muda punya Porto polio Mempesona
Muda nyantai, tua kaya raya bukanlah prinsip visioner yang menjamin seseorang pasti hidup enak dimasa tua. Siapa yang menjamin anak muda hobby nongkrong, ngopi dan terus menuntut orang tuanya untuk mencukupi life stylenya yang hedonisme, saat tuanya nanti bisa nyaman sejahtera. Mereka akan tersadar setelah tua karena tidak punya ketrampilan yang bisa dijual dan dibutuhkan. Apakah akan berebut warisan atau jadi pecundang yang kesana kemari cari hutangan yang tidak bisa dibayarkan kapan pengembaliannya. Iya jika makin tua makin sehat perkasa, tambah usia bukan tambah kuat digdaya. Kita bisa lihat bapak dan ibu berusia lanjut masih mengais rejeki dijalanan. Jangan salahkan nasib atau takdir. Itu alasan paling bodoh yang ditertawakan langit bumi. Hakikat diberi usia muda, sehat, kuat dan punya otak jernih adalah untuk tangguh jadi pejuang yang mampu merebut peluang. Â
Bisa apa, mulai sekarang. Selagi muda. Muda punya porto polio mempesona. Tunjukan itu. Jangan hanya diam dikamar main game atau hp melulu, kalau paketan pulsa handphone habis marah marah pada ortu minta paketan. Dikira ortumu punya gudang uang apa?
Porto polio harus dibangun sejak muda. Itu potret dirimu agar dihargai dan punya nilai lebih. Semakin hebat porto poliomu, kamu tak perlu cari kerja, tapi kamulah pencipta lapangan kerjamu sendiri. Lebih asyik punya sendiri, dari pada diatur atur ikut orang atau instansi. Coba tanya mereka yang terlanjur terikat disebuah instansi. Gaji terjamin, tapi kebebasanmu sirna. Ada banyak larangan dan aturan yang membuat kamu terlena. Bahkan saat melamar kerja, disana ada persyaratan sanggup bekerja dalam tekanan.
Porto polio beda dengan pengalaman. Dalam lamaran kerja atau CV yang tercantum adalah riwayat pendidikan dan pengalaman kerja yang pernah dijalani, sementara porto polio adalah capaian hasil kerja dan kemampuan kreatif seseorang. Porto polio menunjukan bisa apa kamu sehingga keahlian spesialmu itu layak diapresiasi dengan sebaik mungkin. Saya punya kenalan seorang anak muda yang mampu bikin video dengan ciamik. Selepas lulus dia tak pernah melamar kerja kemanapun. Karya porto polio dialah yang mengundang sebuah perusahaan untuk merekrut dia agar bergabung dengan fasilitas terbaik.
Lawan Rasa Malas, awali Sejak dini
Jangan bilang tidak bisa, belum saatnya, nunggu lulus dan sejuta alasan bodoh yang intinya malas memulai sejak dini. Jangan ngikuti teman sebaya yang malas, karena masa depan itu milikmu sendiri. Jangan pakai alasan masih kecil kok berjuang dan kerja keras. Sekolah atau kuliah adalah proses belajar. Dalam proses belajar ini harus ada upaya meningkatkan kapasitas pribadi. Lulus hanya urusan selembar ijazah, tapi yang terpenting sebelum lulus ini kamu bisa apa? Tunjukan sederet porto polio yang memikat hingga semua pihak berlomba merekrutmu, mengajakmu kerja sama bahkan memberi kamu modal.
Belajar itu nanti tidak hanya sampai lulus, faktanya belajar itu berlaku seumur hidup. Coba buktikan, malaslah melakukan apapun selagi muda. Beli kebutuhan sendiri ke warung sebelah saja malas. Apapun malas. Dan jangan menyesal jika tua nanti tidak bisa apa apa. Pisau tidak diasah, akan berkarat dan saat digunakan patah.
Temukan, asah dan konsisten
Tak ada yang gratis di dunia ini, semua butuh proses berjuang, menunggu dan berdoa. Tidak mungkin kamu tiba tiba diundang jadi narasumber suatu seminar jika portofolio mu adalah tukang tidur dan jago mimpi. Tidur dibutuhkan badan agar tetap sehat dan kembali segar setelah kelelahan fisik. Mimpipun dibutuhkan sebagai motivasi diri meraih cita cita. Namun mana ada orang malas bisa punya porto folio ciamik?
Temukan apa yang kamu bisa. Jaman sekarang memungkinkan siapapun punya inovasi. Jangan anggap remeh profesi petani atau peternak itu pekerjaan sepele. Para muda di dusun Slilir RW.3 kelurahan Bakalan Krajan kota Malang mampu membuktikan budidaya ikan nila bisa jadi inovasi di tingkat nasional. Dengan kampung Nila Slilir mereka bukan sekedar mencukupi kebutuhan pangan dan kecukupan gizi, tapi juga memberi peluang memperoleh penghasilan dan membuka peluang usaha baru. Bahkan untuk meningkatkan kapasitasnya dalam budidaya Nila ini, mereka telah berubah menjadi sebuah usaha mandiri yang terus berkembang bernama Redtis.
Hal ini bukan sekedar contoh. Karena proses itu butuh diasah dan berkelanjutan secara konsisten. Porto folio tidak tersusun dengan baik jika apa yang kamu bangun itu tidak diasah dan tidak konsisten. Berbagai kendala memang mungkin terjadi, tapi kamu akan menyerah dengan sekali gagal. Banyak para muda belum tahu dan paham, sudah memastikan hal ini itu pasti demikian menurut prasangka sepihak. Kadang karena bukan passion dirinya, ikut trend, malas, takut dan kurang percaya diri. Hal hal negatif ini pasti pernah dialami dan memang bisa terjadi.
Tentu butuh pelatih atau orang yang dianggap mumpuni sebagai sarana curhat dan konsultasi. Oleh sebab itu, bangunlah circle hidupmu itu luas, terpercaya dan visioner. Banyak circle unfaedah lebih baik ditinggalkan saja. Coba bertemu dengan orang baru dan buka komunikasi dengannya. Jangan mudah suudzon pada orang lain. Siapa tahu dia utusan Tuhan yang akan memberi perubahan pada hidupmu. Kita itu seperti ikan yang ada didalam air. Ikan hanya paham keberadaan air dan segala sesuatunya, tapi tetap didalam air. Yang mampu melihat secara luas perubahan terhadap suatu komunitas adalah pihak luar. Jadi Sekali waktu keluarlah dari circle yang membuat kamu bilang tidak bisa, dengan circle yang lebih luas. Namun hati hati jangan terlalu banyak circle yang kamu ada didalamnya. Energi kamu akan habis. Temukan fokusmu, asah dengan terus konsisten dan biasakan diri menulis apa yang kamu capai sebagai bahan evaluasi. Kemampuan mengingat manusia itu ada batasnya.
Kesimpulan, hasil tidak ada mengingkari usaha. Terus belajarlah secara konsisten hingga kamu ahli. Jangan tutup diri dengan pernyataan negatif dan seorang pejuang itu wajib pantang menyerah. Porto folio diri adalah asset yang kamu rintis dalam waktu perjuangan yang tidak bisa instan. Itu jadi potret capaian untuk meraih sukses sejati. Jangan berkecil hati kamu bukan pejabat atau berkarier di bank, mereka masih bisa pensiun. Setelah pensiun mereka tak akan mampu buka kantornya dirumah, kecuali dokter atau perawat yang bekerja berbasis keahlian. Nasehat ini semoga bermanfaat untuk diri saya sendiri dan bila berguna untuk orang lain, saya sangat bersyukur. Terima kasih sudah menyempatkan waktu membaca artikel ini, semoga menginspirasi.
Malang, 14 Agustus 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H