Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tulis Saja (Seri Hari Hari Puisiku #90)

25 Juni 2023   10:00 Diperbarui: 25 Juni 2023   10:01 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri Eko Irawan untuk Seri Hari Hari Puisiku #90 gambar diolah dengan Lumii

Pertama, pelajari waktu tayang yang tepat, yaitu kapan banyak pembaca online. Puisi Aku dan Rindu ditayangkan tengah malam, sehingga pembaca lain sudah tidur. Keesokan harinya, puisi tersebut tertindih karya karya penulis lain sehingga terlalu dalam tertumpuk di beranda para pembaca. Jadi, pertimbangkan waktu tepat kapan karya kita harus tayang, jika ingin dapat sambutan yang layak.

Kedua, label dari admin terhadap puisi kita. Menurut kita pribadi sudah baik, tapi admin menilai puisi kita tidak layak memperoleh label pilihan, jadi daya saing puisi kita tampil lebih baik agar dibaca orang jadi sangat minim, karena tidak memperoleh dukungan label dimaksud. Label dari admin ini sangat membantu pergerakan puisi kita jadi populer dan dibaca oleh audience, karena label ini tiket kepercayaan. Memang tak semua artikel, dalam hal ini puisi bisa memperoleh label pilihan di Kompasiana dikarenakan banyak faktor. Kesimpulannya, tingkatkan kualitas puisimu hingga admin mau tidak mau wajib memberikan label pilihan dan terdorong untuk menshare puisi dimaksud ke medsos atau media utama dari Kompasiana.

Ketiga, sudahkah artikel khususnya puisi kita itu dishare di medsos kita sendiri? Ibaratnya, kita punya dagangan. Jika ingin ada yang tahu dan membelinya, kita harus pasarkan secara terbuka dietalase di depan rumah atau toko kita. Siapa akan tahu, jika dagangan kita itu disembunyikan di kamar tertutup dan tidak ada upaya memperkenalkannya pada publik? Jelas itu jadi product rahasia yang tidak menarik minat siapapun untuk membelinya. Dengan gambaran seperti tersebut diatas, maka jangan harap puisimu memperoleh apresiasi yang luas,  karena kamu sendiri saja tidak ada upaya share karyamu di etalase milik kamu sendiri. 

Keempat, sudahkah karyamu up to date, judulnya menarik dengan tema kekinian yang dibutuhkan pembaca? Coba tengok karya puisi saya sbb :

https://www.kompasiana.com/irawanoke1803/647c77af822199162e01a3b3/padhang-mbulan-ring-jajaghu-seri-puisi-epigram-1

Puisi ini puisi bertema sejarah. Tayang juga diwaktu banyak pembaca online. Namun judul, isi dan tema memang tidak up to date. Admin juga tidak tertarik memberikan label pilihan dan judulnya kurang diminati audience. Padahal menulis puisi ini, perlu riset sejarah dan waktu menyusunnya juga butuh waktu lumayan lama. Berikut saya tampilkan kembali isi puisi tersebut sbb :

Tersebutlah Jajaghu. Pupuh 41 gatra ke-4 Kitab Negarakertagama. Bermakna Keagungan. Bangunan berundak, pendharmaan Wisnuwardhana.

Selepas Panen, Sri Rajasanagara berkeliling. Dari Singhasari, Kagenengan, Kidal, dan Jajaghu. Alur Napak tilas menuju keagungan.

Padhang mbulan Ring Jajaghu. Merenung dibawah Cahya rembulan. Cara untuk tidak melupakan sejarah. Asal usul, ada pucuk pohon berawal dari akar.

Dibangun tahun 1268 M sampai dengan tahun 1280 M. Sehebat ini leluhur membangun peradaban. Mpu Prapanca menuliskannya. Turut serta Hayam Wuruk, Napak tilas Keagungan Majapahit dari Singhasari.

Petiklah makna Napak tilas. Bagaimana cara nguri nguri sejarah. Bagaimana menulis jadi cara merekam keabadian. Agar sampai pada anak cucu, dimasa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun