Belakangan saya punya tradisi ngopi di Huize Jon. Membangun sebuah circle baru dengan bertemu orang orang baru untuk berbagi Ilmu, saling menginspirasi dan membangun silaturahmi baru dengan beberapa pihak.
Filosofi Ngopi Pada dasarnya mencairkan suasana dalam membangun relasi dalam situasi informal. Jika duduk dalam suasana formal disebuah event resmi, tentu suasana diskusi akan kurang los. Ada aturan unggah ungguh yang harus ditaati sebagai wujud budaya ketimuran. Ada pula rasa sungkan dan hal lain yang harus dijaga. Dari pada seusai rapat terus muncul ghibah bisik bisik tidak puas, lebih baik diskusi kolaborasi ini dibangun dalam suasana informal yang disebut Ngopi. Baru setelah ditemukan titik temu signifikan, silahkan saja dibahas dalam rapat resmi yang membutuhkan legitimasi kedinasan yang berkekuatan hukum mengikat.
Bagi mereka yang tak suka ngopi, tentu moment sinergi ini tetap penting dibangun tapi dengan menu minuman sesuai kesukaan masing masing.
Sejarah kopi di Indonesia dimulai pada tahun 1696. Masa dimana Belanda membawa kopi dari Malabar, India, kemudian menuju ke Jawa. Mereka lalu membudidayakan tanaman kopi tersebut di Kedawung, sebuah perkebunan yang berada di dekat Batavia.
Kopi mulai dikenal di Indonesia pada tahun 1696 pada saat Walikota Amsterdam, Nicholas Witsen, memerintahkan komandan pasukan Belanda di Pantai Malabar, Adrian Van Ommen untuk membawa biji kopi ke Batavia. Kopi Arabika pertama tama ditanam dan dikembangkan di daerah timur Jatinegara yang kini lebih dikenal dengan nama Pondok Kopi. Tak lama setelah itu kopi menjadi komoditi dagang utama VOC.Kopi Jawa pada saat itu sangat terkenal di Eropa sehingga orang Eropa menyebut secangkir kopi adalah secangkir Jawa.
Meminum kopi atau ngopi menjadi bagian dari gaya hidup dan menjelma menjadi budaya di Indonesia. Kopi dapat dikatakan menjadi teman ngumpul dan juga identitas diri bagi sebagian masyarakat. Kopi tidak lagi diposisikan sebagai minuman yang secara harfiah diartikan sebagai cairan untuk menghilangkan dahaga. Kopi kini memposisikan dirinya lebih dari sekedar minuman, sebagai simbol budaya, adat istiadat, tradisi, serta gaya hidup masyarakat modern.
Peluang ini yang menginspirasi Huize Jon sebagai tempat nongkrong ngopi yang asyik. Setelah perubahan satu jalur ini, tentu acara ngopiku hari ini harus menyesuaikan karena untuk kesana saya harus putar putar dulu, hingga akhirnya lupa jalan ngopi. Masalahnya karena belum terbiasa dengan perubahan ini. Semoga besok sudah tidak lupa jalan Ngopi lagi.
Huize Jon, 20 Februari 2023
Ditulis oleh Eko Irawan
Untuk Seri Huize Jon Spraken 2
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H