Berapapun harga rokok, komuditas ini tetap dinikmati oleh penggemar rokok. Salah satu antisipasi yang dipilih oleh penggemar rokok adalah mencari produk rokok berharga terjangkau. Dipasaran telah tersedia varian harga dan pilihan merk yang mampu dijangkau kantong masing masing.
Ada beberapa orang mulai berburu produk rokok ilegal tanpa cukai yang kadang bisa ditemui dan dibeli secara bisik bisik. Tentu rokok tanpa cukai ini ilegal dan merugikan negara.
Salah satu pilihan cerdas disaat harga rokok naik, tentu dengan tingwe. Tingwe adalah linting rokok Dewe. Dipasaran ada produk tembakau siap linting dengan berbagai varian sesuai kesukaan.Â
Penikmat rokok bisa membuat sendiri rokok sesuai seleranya berbahan baku tembakau yang ada dan tersedia di pasaran. Budaya tingwe dan rokok dengan pipa sudah dilakukan masyarakat Indonesia Tempo dulu.Â
Bahkan budaya olahan tembakau bisa diketemukan sejak abad ke 8 Masehi, melalui relief candi Borobudur. Pada relief tersebut, digambarkan masyarakat yang memiliki kebiasaan nginang atau mengunyah tembakau.
Sementara konsumsi tembakau dengan dibakar diperkirakan sudah ada di Indonesia di akhir 1500-an. Hal tersebut merujuk pada sajak dalam Babad Tanah Jawi yang menceritakan kebiasaan merokok Panembahan Senopati atau Sultan Agung Kerajaan Mataram Islam.
Bagaimana cara Panembahan Senopati atau Sultan Agung merokok? Apakah sudah ada pabrik rokok di tahun 1500san di Jawa? Tentu Sultan Agung meracik sendiri dengan cara tingwe. Kearifan lokal merokok tingwe akan hidup kembali dimasa harga rokok mulai mahal dan tidak terjangkau.
Bagaimana dengan Anda para perokok?
Malang, 7 November 2022
Ditulis oleh Eko Irawan
Diolah dari Sumber: Wikimedia Commons
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H