Tulisan berikut, adalah tulisan pertama untuk seri Tulisan Pemberdayaan Ekonomi Kampung, sebuah tema dan bentuk upaya dan usaha  untuk mengangkat potensi kampung agar tidak dianggap kampungan dan potensi tersebut mampu memberikan kontribusi nyata pada pemberdayaan kesejahteraan masyarakat kampung itu sendiri. Bisakah? Tentu bukan simsalabim. Adakah? Pasti ada.Â
Seri tulisan ini merupakan rekam jejak penulis sendiri berkiprah sejak 2016 turut andil dalam sebuah perjuangan kampung serta menjadi bagian dari upaya membangun  kampungku bangkit agar potensi yang dimiliki kampung, memiliki kontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat kampung itu sendiri. Untuk selanjutnya akan lahir entrepreneur handal dari kampung, untuk kampung dan oleh kampung.
Mengenal KampungÂ
Kampung adalah lingkungan tempat tinggal kita dan keluarga, dalam lingkup RT, RW dan masuk dalam sebuah wilayah Desa atau Kelurahan.Â
Sebutan nama kampung biasanya meneruskan tradisi nama dusun dimasa yang lalu. Misal di kelurahan Sumbersari Kota Malang dikenal 2 kampung, yaitu kampung Tawangsari dan kampung Pilang. Sebutan Kampung Slilir, kelurahan Bakalan Krajan, juga menggambarkan wilayah administrasi untuk RW. 03 Kelurahan Bakalan Krajan Sekarang.
Kampung akan menjadi identitas dari sebuah satuan kewilayahan yang dewasa ini mulai berubah dan berkembang menjadi komplek perumahan dan mulai masuk ke era modern dan menjadi bagian dari perkembangan pembangunan kota atau kabupaten.Â
Bagaimana dengan kampung di wilayahmu? Apakah sudah tumbuh dan berkembang ekonomi kreatifnya? Apakah sudah lahir para start up yang memiliki jiwa entrepreneur sehingga mampu mandiri tumbuh dari kampung sehingga mampu membangun UMKM tangguh diwilayahnya sendiri?
Setiap warga kampung memang punya kesempatan untuk menjadi inovator guna mengangkat potensi kampungnya sehingga mampu menciptakan lahan ekonomi kreatif bagi para pegiat dan masyarakat disekitarnya.
Jiwa kepedulian sosial pada kampung adalah kunci. Orang orang ini adalah motor penggerak sebagai start up kampung yang mengawali perjuangan untuk berinovasi untuk kampungnya. Para startup ini bisa sendiri, bisa juga berkelompok. Mereka melihat potensi yang sudah ada dan tertantang untuk memoles potensi itu menjadi daya tarik kampung, sehingga kampungnya punya nilai yang mampu mengangkat kesejahteraan warganya.
Visi kampungku bangkit harus diciptakan dan disosialisasikan pada warga kampung agar warga sekitar punya rasa memiliki sehingga rela berpartisipasi dan mendukung gagasan yang diawali para start up.
Jika tanpa sosialisasi, warga kampung akan banyak salah persepsi dan menganggap gagasan tersebut hanya mengganggu kenyamanan warga sekitar. Disangka para start up dapat bantuan dana, hanya mementingkan kelompoknya sendiri. Atau jangan jangan hanya alat cari sokongan dana dari warga kampung.
Tugas para startup ini penuh tantangan karena yang diajak kerjasama adalah tetangganya sendiri yang notabene tahu luar dalam profil pribadinya selama ini. Banyak dari para startup ini menyatakan berhenti ditengah jalan dan mundur jadi pejuang karena banyak hal.Â
Menjadi startup memang harus jadi pejuang tangguh yang kuat mental. Kuncinya adalah kejujuran, kerja keras dan amanah. Mereka ini harus konsisten memperjuangkan cita citanya. Mereka yang cengeng, hobby mengeluh dan selalu banyak alasan adalah mereka yang mudah patah semangat, merekalah yang kena seleksi alam hingga mundur dari perjuangan sebagai startup.Â
Kampungku bangkit harus punya tujuan, punya potensi yang bisa diangkat dan punya SDM yang berjuang sebagai startup kampung. Dibutuhkan pula kearifan lokal kampung, yaitu guyub rukun, gotong royong dan keswadayaan. Rasa saling menjaga gagasan dimaksud dan sikap saling dukung serta menyadari gagasan tersebut adalah demi memajukan kampung sendiri, adalah modal yang harus dimiliki.Â
Distribusi peran juga harus dibangun secara adil dengan pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas dengan pemilihan pengurus yang demokratis.
Kampungku bangkit adalah upaya menumbuhkan ekonomi kreatif kampung agar potensi kampung yang dimiliki bisa meningkatkan kesejahteraan warga kampung. Saatnya kampung bangkit dari potensi yang dimilikinya sendiri.
Bagaimana kisah kampung yang bangkit ini? Apa saja yang harus dilakukan? Kampung mana saja yang bisa jadi percontohan. Selamat membaca artikel lanjutan dari seri artikel ini selanjutnya.
Dari kampung oleh kampung dan untuk KampungÂ
Itulah inti gagasan mengangkat potensi kampung menjadi bekal pemberdayaan ekonomi kreatifnya sendiri. Memang bisa? Bagaimana caranya? Selamat mengeksplore kampung sendiri hingga menjadi asset berharga untuk kesejahteraan warganya.
Malang, 12 Juli 2022
Ditulis oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H