Tak Kenal Maka Tak Sayang
Mendengar Kata Reenactor, banyak Orang mengernyitkan dahi dan balik bertanya, "apa Kuwi?" Kok koyok bahasa asing? ini jadi tanggapan saat kami ditanya seseorang. "Sepedae Onthele Pundi Mas?" tanya selanjutnya. Padahal Kami sejak berupaya memperkenalkan Reenactor sebagai Metode Pembelajaran, sekalipun Kami belum pernah menenteng sepeda Onthel. Seperti inilah jika Tak Kenal maka tak sayang.
Dilingkungan yang lainnya, muncul lagi pertanyaan lain. "Mas Cosplay ya?" Senjatanya airshoftgun Njih?" Bahkan Ketika Kami berperan menjadi Jepang dan Membawa bendera Jepang, Orang Bilang " Londone Teko" Dan lebih parah lagi demikian, "Jenengan Kok tasih dolanan perang perangan. Kados Lare alit. Masa Kecil Kurang bahagia."
Inilah asyiknya diapresiasi Khalayak Umum. Mereka Yang tidak kenal Reenactor, menganggap Komunitas ini Komunitas Kurang Kerjaan. Kok mau maunya hingga berkeliling kota di Indonesia, Tanpa di Bayar. Inilah Wujud Kecintaan Reenactor pada sejarah bangsa. Coba tanya Orang orang yang sudah dibayar Negara, apa yang mereka berikan sebagai sumbangsih Untuk Negara? Nuntut Hak Pasti, Tapi apa Yang mereka berikan?
Semoga sosialisasi Reenactor Ke depan akan membuka mata dunia bahwa reenactor bukan seperti itu. Di Jerman dan Negara Eropa, Reenactor adalah SDM yang dibutuhkan sebagai Konsultan dan Pemain Film film Perjuangan. Reenactor di eropa sangat dihormati dan banyak memberikan Kontribusi pada dunia pendidikan, hiburan dan acara seremonial.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI