Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulis Sejarah ala Blogger Kompasiana Reenactor

3 Januari 2019   15:39 Diperbarui: 3 Januari 2019   16:06 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
logo Blogger Kompasiana Reenactor, disingkat BKR

Kegiatan Komunitas Reenactor di Indonesia, selama ini baru di kenal dalam wujud "drama Teatrikal" yang di gelar dalam beberapa peringatan Kesejarahan. Antara Lain, peringatan 10 November di Surabaya, Peringatan serangan Umum 1 Maret di Jogjakarta dan Peringatan Palagan Ambarawa..

dokpri-kegiatan Parade Juang 2018 di surabaya
dokpri-kegiatan Parade Juang 2018 di surabaya
Kegiatan "drama teatrikal" ini adalah wujud dari kegiatan Historical Reenactment dari suatu peristiwa sejarah yang terbukti otentik dalam catatan sejarah. Reka ulang di maksud adalah upaya pembelajaran sejarah kepada khalayak umum dengan cara menghidupkan kembali suatu peristiwa sejarah yang terjadi di masa lalu, diperankan di masa kekinian dalam wujud drama teatrikal. Agar menarik drama ini bersifat menghibur (dikemas sebagai tontonan/entertainment).

Dalam drama teatrikal, Reenactor banyak memerankan kisah peperangan. Kenapa harus Kisah perang perangan? Kembali pada Tujuan Reenactor, sebagai metode Pembelajaran sejarah Perjuangan Bangsa kepada masyarakat Umum, Khususnya generasi muda sehingga secara sadar memiliki  jiwa nasionalisme, Patriotisme, Cinta tanah air dan Persatuan Indonesia.

Dengan Tujuan ini, latar belakang kisah peperangan adalah sangat tepat. Dalam pandangan life historical Reenactment, ada banyak fokus yang bisa dikembangkan, terutama untuk pengenalan kehidupan tempo dulu. Misal tentang teknik adang tempo dulu. Adang adalah cara memasak yang dilakukan oleh masyarakat pada tahun yang di reka ulang. Apakah tujuan reenactor diatas bisa tercapai dengan menampilkan tema masak tempo dulu atau pasar tempo dulu? Tentunya tidak. Hal hal di luar kisah perang, untuk Reenactor Ngalam digelar dalam Wujud Festival Tawangsari Kampoeng Sedjarah. Sebuah event yang digelar rutin sekali setahun dan hingga tahun 2018 kemarin, adalah gelaran event ke-IV. Kegiatan ini dilaksanakan di Dusun yang dahulu dikenal sebagai dusun Tawangsari, sekarang Masuk Wilayah RW. I Kelurahan Sumbersari Kota Malang.

Belajar sejarah Ala Reenactor

Tehnik belajar sejarah yang dikembangkan Reenactor adalah berdasarkan Fokus diskusi masing masing minat. Secara Umum, Reenactor Ngalam mengambil materi sejarah antara Tahun 1945 s/d 1949. Kenapa masa ini menjadi fokusnya? Karena di masa inilah tantangan terberat Bangsa yang baru merdeka harus bersatu dalam segala perbedaan untuk berjuang antara hidup dan mati melawan penjajah. Di masa inilah Indonesia berjuang mewujudkan diri sebagai bangsa yang punya hak menentukan nasibnya untuk merdeka dari penjajahan. Makna Juang sebagai tujuan Pembelajaran Reenactor bisa dipetik dari masa masa ini.

Untuk Mereka Ulang kisah yang terjadi di tahun 1945-1949, Reenactor tidak bisa ngawur asal pakai. Lihat foto berikut ini.

Jatim times kisah Malang Bumi Hangus
Jatim times kisah Malang Bumi Hangus
Kegiatan di dalam foto yang dirilis oleh Jatim Times tersebut adalah upaya positif, mengangkat kisah Sejarah Malang Bumi Hangus yang terjadi pada 31 Juli 1947 di Kota Malang. Yaitu saat Agresi Militer Belanda I di Kota Malang. Bagi orang awam yang tidak mengerti sejarah, drama ini sudah cukup bagus karena didukung oleh TNI dengan senjata asli buatan PINDAD, sehingga nuansa perang dar der dor sangat terasa dilapangan. Tapi bagi Reenactor banyak hal yang tidak pada tempatnya ditemukan dan  digunakan untuk kegiatan ini. Berikut Reviewnya.

Peristiwa ini terjadi Tahun 1947. Perhatikan Foto diatas. Pemeran Tentara belanda memakai seragam doreng dan topi era TNI ke kinian yang belum ada di tahun 1947. 

Perhatikan senjata senapan serbunya. Senjata ini buatan PINDAD, dan tentara belanda di Tahun 1947 tidak memakai senjata prodoksi PINDAD karena tahun 1947 senapan serbu buatan PINDAD belum diprodoksi. Kegiatan ini menghidupkan kisah sejarah yang di reka ulang. Penempatan alat yang digunakan tidak menyesuaikan jamannya. 

Jika dipaksakan akan menjadi Farb. Sebuah istilah yang artinya penggunaan sesuatu dari jaman now dan belum pernah terbukti dipakai dan belum ada dimasa lalu, tapi dipaksakan dalam tanda petik "ngawur" digunakan reka ulang dijaman sekarang. Dampak bagi yang tidak tahu sejarah dan melihat acara ini, menganggap doreng TNI jaman sekarang dengan senjata buatan PINDAD sudah dipakai sejak jaman Agresi Belanda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun