Kegiatan Komunitas Reenactor di Indonesia, selama ini baru di kenal dalam wujud "drama Teatrikal" yang di gelar dalam beberapa peringatan Kesejarahan. Antara Lain, peringatan 10 November di Surabaya, Peringatan serangan Umum 1 Maret di Jogjakarta dan Peringatan Palagan Ambarawa..
Dalam drama teatrikal, Reenactor banyak memerankan kisah peperangan. Kenapa harus Kisah perang perangan? Kembali pada Tujuan Reenactor, sebagai metode Pembelajaran sejarah Perjuangan Bangsa kepada masyarakat Umum, Khususnya generasi muda sehingga secara sadar memiliki  jiwa nasionalisme, Patriotisme, Cinta tanah air dan Persatuan Indonesia.
Dengan Tujuan ini, latar belakang kisah peperangan adalah sangat tepat. Dalam pandangan life historical Reenactment, ada banyak fokus yang bisa dikembangkan, terutama untuk pengenalan kehidupan tempo dulu. Misal tentang teknik adang tempo dulu. Adang adalah cara memasak yang dilakukan oleh masyarakat pada tahun yang di reka ulang. Apakah tujuan reenactor diatas bisa tercapai dengan menampilkan tema masak tempo dulu atau pasar tempo dulu? Tentunya tidak. Hal hal di luar kisah perang, untuk Reenactor Ngalam digelar dalam Wujud Festival Tawangsari Kampoeng Sedjarah. Sebuah event yang digelar rutin sekali setahun dan hingga tahun 2018 kemarin, adalah gelaran event ke-IV. Kegiatan ini dilaksanakan di Dusun yang dahulu dikenal sebagai dusun Tawangsari, sekarang Masuk Wilayah RW. I Kelurahan Sumbersari Kota Malang.
Belajar sejarah Ala Reenactor
Tehnik belajar sejarah yang dikembangkan Reenactor adalah berdasarkan Fokus diskusi masing masing minat. Secara Umum, Reenactor Ngalam mengambil materi sejarah antara Tahun 1945 s/d 1949. Kenapa masa ini menjadi fokusnya? Karena di masa inilah tantangan terberat Bangsa yang baru merdeka harus bersatu dalam segala perbedaan untuk berjuang antara hidup dan mati melawan penjajah. Di masa inilah Indonesia berjuang mewujudkan diri sebagai bangsa yang punya hak menentukan nasibnya untuk merdeka dari penjajahan. Makna Juang sebagai tujuan Pembelajaran Reenactor bisa dipetik dari masa masa ini.
Untuk Mereka Ulang kisah yang terjadi di tahun 1945-1949, Reenactor tidak bisa ngawur asal pakai. Lihat foto berikut ini.
Peristiwa ini terjadi Tahun 1947. Perhatikan Foto diatas. Pemeran Tentara belanda memakai seragam doreng dan topi era TNI ke kinian yang belum ada di tahun 1947.Â
Perhatikan senjata senapan serbunya. Senjata ini buatan PINDAD, dan tentara belanda di Tahun 1947 tidak memakai senjata prodoksi PINDAD karena tahun 1947 senapan serbu buatan PINDAD belum diprodoksi. Kegiatan ini menghidupkan kisah sejarah yang di reka ulang. Penempatan alat yang digunakan tidak menyesuaikan jamannya.Â
Jika dipaksakan akan menjadi Farb. Sebuah istilah yang artinya penggunaan sesuatu dari jaman now dan belum pernah terbukti dipakai dan belum ada dimasa lalu, tapi dipaksakan dalam tanda petik "ngawur" digunakan reka ulang dijaman sekarang. Dampak bagi yang tidak tahu sejarah dan melihat acara ini, menganggap doreng TNI jaman sekarang dengan senjata buatan PINDAD sudah dipakai sejak jaman Agresi Belanda.