Jurnal Refleksi Dwi Mingguan modul 1.2
Nama CGP ANgkatan 7: Irawan Setiya Widodo
Nama Fasilitator: Muara Suprapti
Nama Pengajar Praktik: Iva MumtaziaÂ
Jurnal refleksi Dwi Mingguan adalah sebuah catatan jurnal dari CGP yang wajib ditulis oleh CGP setiap 2 minggu untuk merefleksikan kegiatan yang telah dialamai selama 2 minggu pembelajaran dari guru penggerak. Jadi kalai ini saya akan mencoba menuliskan refleksi kegiatan latihan selama 2 minggu ini khususnya dari modul 1.1 tentang filosofi Ki Hajar Dewantara. Dalam hal ini saya akan menggunakan metode 4F yang diprakrsai oleh Dr. Roger Greenway yang mencakup 4 F yaitu Facts, Feelings, Finding dan Future.
 Fact (Fakta)
Alhamdulillahirabbil 'aalamiin  saya ucapkan terimakasih kepada Allah SWT karena atas karunia-Nya saya telah menyelesaiakn dan mempelajari modul 1.2 dengan bantuan Ibu Muara Suprapti sebagai fasilitator saya.
Pada Modul 1.2 ini saya mempelajari Nilai dan Peran Guru Penggerak.
Pembelajaran dimulai dengan diri sendiri pada tanggal 9 November 2022, dengan mempelajari trapesium usia. Dengan mempelajari trapesium usia saya dapat mengaitkan pengalaman yang berkesan dalam hidup de
ngan langkah saya yang akan saya ambil dalam melaksanakan tugas sehari-hari.Setelah mempelajari trapesium usia kemudian kami berdiskusi kelompok pada modul 1.2.a.5, diskusi kelompok ini tentang kekuatan dan nilai yang dimiliki oleh rekan-rekan saya sesama CGP. Kemudian hasil diskusi tersebut kami presentasikan pada tanggal 14 November 2022. Setelah selesai presentasi kami mendpatkan masukan dari teman-teman kelompok yang lain. Akhirnya hasil diskusi kami perbaiki dan kami upload pada tanggal 17 November 2022. Selanjutnya saya membuat video demonstrasi kontekstual modul 1.2 tentang nilai guru penggerak.
2. Feeling ( Perasaan)
Selama kurang lebih dua minggu  mempelajari modul 1.2, banyak sekali hal yang  dirasakan. senang, sedih, down, bahagia, semua bercampur aduk dengan keinginan dan tekad yang kuat untuk dapat menyelesaikan Program Guru Penggerak ini. Keseluruhan perasaan tersebut saya ibaratkan juga dengan apa yang dialami oleh murid-murid saya.
Banyak ilmu Pengetahuan  yang saya dapatkan selama menjalani proses ini, bagaimana menjadi guru yang seharusnya, bagaimana memerdekakan anak, upaya apa yang harus dilakukan, dll. Bagaimana mengenal trapesium usia, bagaimana mengenal peran dan nilai guru penggerak.
Setelah mempelajari modul ini mulai  tumbuh kesadaran dari dalam diri dimana saya mulai tergerak mengeksplorasi nilai yang ada pada diri saya dan memaksimalkan peran yang sudah saya lakukan. Saya ingin memperbaiki hal-hal yang kurang baik selama ini, lalu berusaha menumbuhkan nilai dan peran yang mesti dimiliki oleh seorang guru penggerak. Setelah saya tergerak, selanjutnya saya ingin menggerakkan rekan-rekan guru di sekolah sehingga bisa bergerak bersama mewujudkan peserta didik yang berkarakter profil belajar Pancasila untuk Indonesia yang lebih baik.
3. Findings ( Pembelajaran)
Banyak pengalaman dan ilmu yang saya peroleh selama dua minggu mempelajari modul 1.2, yang pertama mendapatkan pembelajaran tentang bagaimana cara kerja otak manusia, yaitu thinking fast dan thinking slow. Sebagai seorang pendidik, kita mesti membiasakan diri untuk thinking slow supaya kita tidak terburu-buru dalam menilai dan memutuskan sesuatu, lalu saya belajar tentang 5 kebutuhan dasar manusia, yaitu kasih sayang dan rasa diterima, kekuasaan, kesenangan, kebebasan, dan bertahan hidup, tahap perkembangan manusia secara psikososial menurut erik erikson, diharapkan dengan kita tahu psikososial peserta didik di setiap tahapan perkembangannya, lalu materi berikutnya tentang nilai dan peran guru penggerak. Nilai Guru penggerak yaitu nilai berpihak pada murid, mandiri, inovatif, kolaboratif dan reflektif , kemudian peran guru penggerak yaitu pemimpin pembelajaran, coach bagi guru yang lain, sebagai pendorong kolaboratif, mewujudkan kepemimpinan murid, penggerak komunitas praktisi
4. Future (Penerapan)
Setelah mempelajari modul 1.2 ini saya akan berusaha Merancang dan menerapkan pembelajaran yang berpihak pada murid dan menyenangkan dengan pembelajaran berbasis proyek, problem based learning, diskusi presentasi serta menggunakan metode dan media pembelajaran yang menarik, serta memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.
Memberi kebebasan kepada anak-anak untuk menggali potensi yang dimilikinya harus terjadi dalam proses pembelajaran agar mereka menemukan jati dirinya sehingga menjadi manusia seutuhnya. Membuat anak lebih aktif dan kreatif dalam belajar dengan berusaha mengkombinasikan pembelajaran teori dengan praktik langsung di lapangan, di sekitar lingkungan sekolah. Sehingga anak akan mengalami langsung teori yang sudah diajarkan di kelas.
Sekian dari saya,terimaksih
Wassalamm
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H