Mohon tunggu...
Irawan Abidin
Irawan Abidin Mohon Tunggu... Buruh - Mahasiswa Pertanian

Selamat datang di koran sawit perkebunan dan pertanian masa kini YT: Koran Sawit Media Center "Koran Sawit"

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Tersesat di Luka yang Bahagia

4 Mei 2022   18:50 Diperbarui: 4 Mei 2022   18:56 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

kalau sepeda motor kita mogok dijalan terus ga ada yang jualan bensin pasti langkah kita terhenti dengan dinding pembatas bensin.

Beda halnya kalau kita menjadi manusia yang tersesat dijalan yang benar, tiada motor pakai kaki, 

tapi kalau tiada kaki ini yang sulit hehe. Setiap orang pasti punya jalan dan kesulitannya masing masing kan, jadi satu satunya motivasi terbaik dalam menghadapi kebuntuan dan kesulitan tidak lain tidak bukan tiada terkecuali adalah diri kita sendiri.

Sejujurnya penulis gamau terlalu banyak berkata kata , karena sejatinya kita hanya butuh 1 kalimat " tetaplah bernafas dan jadi diri sendiri,walau dunia selalu bercanda kaya doi hehe". Tapi gimanapun juga sebetulnya penulislah yang perlu dimotivasi, karena jujur aja penulislah si sad people itu.

 Manusia yang lemah dulunya pernah tegar namun tumbang oleh kepercayaannya, manusia yang tegar dulunya pernah terluka hingga mati rasa dan bangkit dengan penuh asa. Jika luka adalah bentuk ketidakberdayaan maka cinta adalah luka yang tak terkalahkan. 

Seorang sad people pernah menangis tanpa air mata, ia menuturkan bahwa tak perlu bukti airmata untuk menjelaskan kepedihannya, karena satu kata pisah sang pujaan hati sudah mewakili ribuan liter kepedihan.

Jalan pernah memberi harap pada tujuan disaat perjuangan pernah mati matian menunggu kebahagiaan. Mentari pernah terang terangan pada rembulan yang selalu menyembunyikan cerita dikala senja menjadi pemisah antara lara dan tawa.

 Tangis pernah mengalir deras meminta sandaran pada senyum kecil yang perlahan memudar dan tak kunjung datang. Keluh mana lagi yang belum kudengar dan bisik mana lagi yang tak

 akan tersampaikan apabila telinga itu telah tuli tertutup ego dan membias oleh pelangi yang menghitam. Pandangan pertamaku mengenai kehidupan adalah kombinasi antara tawa dan luka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun