Mohon tunggu...
Irawan
Irawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pelahap informasi...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dulu Tak Percaya Janji Kampanyeku, Kenapa Sekarang Paling Keras Menagih-Nagih, Paling Merasa Kecewa?

23 September 2014   16:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:50 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya sudahlah, pikir Bongsor, karena dia yang menang, paling tidak jalan depan rumahku yang sekarang masih batu-batu saja bakal jadi aspal licin. Dan Bongsor pun menunggu-nunggu kapan pengaspalan jalan akan dimulai.

Bongsor tidak tahu, rupanya sang aleg terpilih gagal mengarahkan pos anggaran perbaikan jalan tahun ini ke kampung itu karena masalah prioritas, yang bisa diterima semua pihak, dan baru dapat jatah dua tahun lagi. Merasa tak enak dengan konstituennya, sebagai kompensasi, sang aleg berusaha mencarikan donatur untuk mendanai perbaikan sekolah SD dan masjid di kampung tersebut, dan dia berhasil. Bangunan sekolah SD diperbesar dan diperluas, demikian pula masjid kampung menjadi lebih megah dan indah. Sebagian konstituen kemudian bisa menerima kompensasi tersebut, dan mengucapkan terima kasih mereka.

Namun Bongsor, yang sudah mengkhayalkan jalan aspal licin depan rumahnya, bersama kawan-kawan seormas protes keras kepada sang aleg, menagih janji kampanye.

"Bapak berjanji dalam kampanye untuk pembangunan jalan aspal, sekarang kan Bapak sudah menang, jadi mana realisasinya? Jangan bohongi kami!", demikian tuntut Bongsor dan kawan-kawan seormas.

Jawaban sang aleg datar-datar saja, namun tak kalah garang.

"Hei, kemarin kamu katanya tak percaya dengan janji kampanyeku, tak pula memilihku, malah memilih lawanku. Kenapa sekarang kamu yang paling keras nagih-nagih janjiku, bilang kecewa segala, bilang merasa dibohongi? Jangan mengada-ada!"

Dan si Bongsor pun terdiam...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun