Mohon tunggu...
Irawan Abae
Irawan Abae Mohon Tunggu... Mahasiswa - Founder Wadah Ekonomi media riset dan kajian ekonomi

kita hanya butuh beberapa kata untuk menyusunnya menjadi kalimat, dengan segenap tinta untuk menyusunnya menjadi sebuah cerita pendek. hanya butuh kata-kata untuk menjelaskan pada semesta bahwa kita butuh pena untuk mengungkapkan rasa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Pertumbuhan Ekonomi Maluku Utara Tinggi tapi Tidak Berkualitas

21 September 2024   23:13 Diperbarui: 28 September 2024   13:52 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maluku Utara adalah salah satu provinsi di Indonesia. Maluku Utara resmi terbentuk pada tanggal 4 Oktober 1999, melalui UU RI Nomor 46 Tahun 1999 dan UU RI Nomor 6 Tahun 2003. Sebelum resmi menjadi sebuah provinsi, Maluku Utara merupakan bagian dari Provinsi Maluku, yaitu Kabupaten Maluku Utara dan Kabupaten Halmahera Tengah.

Kalau kita lihat provinsi Maluku Utara sudah berumur 24, yang dimana sudah pada usia dewasa, selain sebagai daerah yang di kenal dengan negeri para raja atau empat kerajaan besar di timur Indonesia, Maluku Utara juga di kenal dengan provinsi paling bahagia di Indonesia versi badan pusat statistik.

Bagaimana dengan kondisi ekonomi Maluku Utara?

Ekonomi merupakan aspek penting yang dapat menunjang kemajuan suatu bangsa. Bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menumbuhkan dan memajukan sektor ekonomi baik sektor formal maupun informal, untuk memperhatikan pemerataan pendapatan bagi warga negaranya.

Terus bagaimana dengan ekonomi di tingkat regional, apakah sudah memberikan efek pada masyarakatnya?

Berikut ini adalah gambaran pertumbuhan ekonomi maluku utara mulai dari tahun 2013 sampai 2023.

Maluku Utara termasuk salah satu provinsi di Indonesia yang mengalami fluktuasi angka laju pertumbuhan ekonominya. 

Menurut badan pusat statistik, Dalam tahun 2013 laju pertumbuhan ekonomi Maluku Utara yaitu sebesar 6,38%, Di dalam tahun 2014 pertumbuhan ekonomi Maluku Utara melambat dengan angka sebanyak 5,49%. Dan dalam tahun 2015 tingkat pertumbuahan ekonomi Maluku Utara barulah sedikit mengalami kenaikan menjadi 6,10%. 

Pada tahun 2016 provinsi Maluku Utara mengalami penurunan laju pertumbuhan ekonomi kembali menjadi 5,77%, tetapi di tahun 2017 tingkat pertumbuhan ekonomi Maluku Utara mulai naik menjadi 7,67% dan dalam 2018 juga naik menjadi 7,86%. Di tahun 2019 angka pertumbuhan ekonomi provinsi Maluku Utara menurun menjadi 6,25%, Dalam tahun 2020 angka pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara kembali turun ke angka 5,35%. 

Pada tahun 2021 provinsi Maluku Utara berhasil mengalami kenaikan angka pertumbuhan ekonomi sebanyak 16,40% sedangkan pada tahun 2022 mengalami kenaikan angka pertumbuhan sebesar 22,94%.

Dari paparan data di atas pertumbuhan ekonomi Maluku Utara ini termasuk yang terbesar di antara seluruh provinsi di Indonesia. Dari angkah angkah tersebut apakah memberikan efek kepada masyarakat Maluku Utara? Apakah masyarakat maluku utara telah sejaterah, apakah tingkat kemiskinan dan pengangguran sudah teratasi, apakah tingkat pendidikan Maluku Utara sudah baik? Apakah tingkat kesehatan di Maluku Utara sudah terjamin? Banyak sekali pertanyaan-pertanyan yang muncul ketika kita melihat persentase pertumbuhan ekonomi Maluku Utara

Pertumbuhan ekonomi Maluku Utara tidak berkualitas

pertumbuhan ekonomi Maluku Utara ditopang oleh tingginya akselerasi pertumbuhan dari sektor pertambangan dan industri pengolahan sejalan dengan tingginya realisasi produksi oleh nikel dan dihilirisasi pertambang, dapat kita lihat bahwa yang menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Maluku Utara yaitu pada sektor pertambangan.

Artinya pertumbuhan ekonomi Maluku Utara sangat bergantung pada sektor pertambangan dan penggalian, jika sektor pertambangan dihilangkan maka pertumbuhan ekonomi Maluku Utara tidak sampai 5%, selain itu pertumbuhan Ekonomi yang tinggi, mala tidak berdampak pada Kualitas sumber daya manusia di Provinsi Maluku Utara.

badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Maluku Utara (Malut) mencatat jumlah penduduk miskin di Maluku Utara mencapai 82,13 ribu orang per September 2022.

Angka ini tercatat mengalami kenaikan 2,26 ribu orang dibandingkan Maret 2022, atau jika dipersentasekan naik 6,37 persen.

Sedangkan pada tahun yang sama 2022 pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan angka sebesar 22,94%. Artinya pertumbuhan ekonomi tidak memberikan dampak yang baik bagi kemiskinan.

Di tahun 2022 jumlah kemiskinan di Halmahera Tengah meningkat 507555,00 padahal kita ketahui bahwa Halmahera Tengah adalah daerah pertambangan yang di mana menjadi sektor peyumbang pertumbuhan ekonomi Maluku Utara terbesar di sektor Pertambangan, seharusnya pertumbuhan ekonomi memberikan efek pada kesejahteraan masyarakat.

Selain kemiskinan, kita juga bisa melihat bagaimana kondisi kesehatan Maluku Utara berapa jumlah rumah sakit, berapa jumlah tenaga medisnya, apa lagi di sektor pendidikan Maluku Utara berapa jumlah tenaga pengajarnya, dari 34 provinsi Maluku Utara di urutan 3 setelah Papua, Papua Barat dengan Indeks Pembangunan Manusia terendah

Sementara berdasarkan Analisis LQ atau analisis sektor unggulan menemukan bahwa 10 kabupaten kota di Maluku Utara memiliki sektor unggulan pada sektor pertanian, perikanan dan perkebunan, selain itu juga jika dilihat pada potensi perikanan Maluku Utara sangatlah menjanjikan dan perlu di kembangkan dalam bentuk kebijakan khusus kerena, kalau di lihat pada luas wilayah perairan laut Maluku Utara yaitu seluas 106.977,32 km (76,27%). 

Lebih besar dari pada luas daratannya yaitu seluas 33.278 km (23,73%), yang jika di lihat seharusnya sub sektor perikananlah yang menjadi perhatian pemerintah dalam proses pemanfaatannya dan pengelolaannya dapat memberikan efek pada pertumbuhan ekonomi Maluku Utara

Padahal jika dilakukan pendidikan dan pelatihan yang khusus untuk para petani dan nelayan di Maluku Utara ini dapat menciptakan efek bagus agar menciptakan sumber daya petani dan nelayan yang berkualitas, selain itu juga harus menciptakan produk lokal yang berasal dari sektor pertanian perikanan, sebab ini dapat menambah nilai ekonomi tersendiri bagi para petani dan neyalan Maluku Utara.

Dari 38 Pemprov, 4 provinsi di wilayah Jawa mendominasi pendapatan pendapatan terbesar. Keempat Pemprov tersebut, yaitu DKI Jakarta mencatat pendapatan terbesar senilai Rp65,57 triliun pada 2021, Jawa Barat Rp36,99 trililiun, Jawa Timur Rp34,28 triliun, dan Jawa Tengah Rp26,66 triliun. Secara nasional Maluku Utara tidak terlalu di perhitungkan dalam penyumbang pendapatan terhadap negara, artinya kualitas pertumbuhan ekonomi Maluku Utara tidak terlalu berefek.

Dalam buku Ekonomi Pembangunan (2018) karya Christea Frisdiantara dan Imam Mukhlis, dijelaskan bahwa pembangunan ekonomi yang berhasil tidak hanya ditandai dengan pendapatan masyarakat yang meningkat. Tetapi juga terpenuhinya pemenuhan kebutuhan hidup pada bidang kesehatan dan pemenuhan pada bidang pendidikan.

Jadi, pertumbuhan ekonomi yang berhasil akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang terdiri dari tiga hal, yaitu pendapatan yang meningkat, terpenuhinya pemenuhan kebutuhan hidup pada bidang kesehatan, dan terpenuhinya pemenuhan kebutuhan hidup pada bidang pendidikan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun