"Udah hampir sore. Adel belum juga pulang mas. Apa dia ada pamit samamu mas?"
"Tidak. Mungkin dia bermain ke tempat temannya. Udahlah kamu gak usah khawatir bentar lagi juga pulang. Oh ya, aku baru dari rumah tetangga kita yang berada di seberang rumah kita sayang. Mawarnya sangat banyak. Kasihan tapi dia. Belum juga menikah di usianya yang makin tua."
"Kamu ada nanya tentang Adel sama pria itu? Adel kan suka mawar?"
"Oh iya, aku lupa bilang. Tadi katanya Adel sempat mampir ke tempatnya untuk memotret mawarnya. Lalu setelah itu Adel pergi katanya."
Orang tuaku menghubungi polisi untuk mencariku. Namun, mereka juga tetap tak menemukanku. Ragaku makin resah akan ketidakadilan yang ku dapat. Aku hadir dalam mimpi ayah. Ayah yang melihatku tersadar bahwa aku tak ada di sisinya lagi. Ia pun mencariku di rumah pria tua pemilik mawar.
"Aku melihat Adele di mimpiku berada di rumah ini," gumam ayah menatap pria tua itu yang sedang berjalan ke kebun jagung.
Ayah membuntutinya dengan berhati-hati. Tetapi mendadak saja pria tua itu berbelok arah ke tempat sepasang insan yang sedang di mabuk cinta. Ayah mengira pria yang bercinta itu adalah pria tua itu. Sehingga ayah pun dipukuli dan tak mendapatkan apa-apa dari pencariannya malam itu.
Beberapa waktu berlalu aku masih mengira diriku adalah manusia. Aku berlari minta tolong kepada semua orang yang berada di sekitar rumahku. Tapi tak seorang pun mendengarku. Ku buka pintu rumahku memanggil orang tua dan juga adik-adikku. Namun, aku tak melihat siapapun di sana kecuali pria tua itu. Ia berada dalam bak mandi. Menceburkan seluruh dirinya sambil tertawa padaku. Lalu mencukur janggutnya. Aku histeris melihat sekujur tubuhku penuh darah. Ternyata aku sudah dianiaya olehnya. Jasadku dimasukkan ke dalam pembuangan sampah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H