Ratusan pengungsi tersebut mendirikan tenda tenda darurat di trotoar depan Gedung UNHCR dan sepanjang Jl Kebon Sirih sebagai upaya untuk menarik perhatian publik akan keberadaan para pengungsi yang membutuhkan penanganan segera.
Tentu keberadaan ratusan pengungsi "nangkring" di jalan protokol seperti itu membuat kota terlihat menjadi kumuh tapi sekaligus membuat saya miris akan keberadaan para pengungsi Suriah dengan kondisi yang memprihatinkan.
Mereka hidup hanya bergantung dari belas kasihan, walaupun keberadaan mereka juga seringkali dianggap sebagai gangguan keamanan bagi warga sekitar.
Ada seorang kawan baik saya seorang penulis terkenal yang rutin datang ke camp pengungsi untuk memberikan pelatihan "Writing for Healing" untuk anak anak pengungsi. Terakhir yang saya tahu para pengungsi perang tersebut sudah dipindahkan oleh ke Islamic Center di Jakarta Utara. Saya berharap semoga saja kondisi mereka disana lebih membaik dan mereka tak kehilangan harapan untuk terus hidup.
Film For Sama membuat saya memahami tentang keberadaan para pengungsi Suriah yang membanjiri banyak negara termasuk di Indonesia.
Film ini juga menggelitik kesadaran saya untuk memberi empati dan rasa Toleransi kepada para pengungsi perang yang berikhtiar sebisa mungkin untuk bertahan hidup. Saya bersyukur bisa mendapatkan pelajaran sangat berharga dari film For Sama di Tolerance Film Festival. Berikut ini adalah Trailer film For Sama .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H