Mohon tunggu...
Ira Lathief
Ira Lathief Mohon Tunggu... Penulis - A Friend for Everybody, A Story Teller by Heart

Blogger、Author of 17 books、Creativepreneur, Founder @wisatakreatifjakarta @festivalkebhinekaan Personal Blog :www.iralennon.blogspot.com. IG @creative_traveler

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Paham Radikalisme Tumbuh Subur di Banyak Institusi Pendidikan, Kita Bisa Apa?

4 Juni 2019   14:13 Diperbarui: 4 Juni 2019   16:21 1123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Disclaimer : Jangan baca tulisan saya ini jika Anda tidak siap menerima fakta betapa masifnya gerakan Khilafah di masyarakat kita saat ini)

(foto pinjaam dari Akurat.co)           Beberapa waktu lalu, saya hadir di acara Pemaparan hasil survey yang dilakukan oleh Setara Institute ttg "Penyebaran Gerakan Keagamaan dan Khilafah di 10 Perguruan Tinggi Negri /PTN". Pemaparan ini dilakukan oleh para  ilmuwan/ akademisi yg mewakili bbrp PTN spt UGM, ITB, UI, IPB,  Univ Islam Syarif Hidayatullah.

Acara pemaparan di Hotel Ibis Jakpus ini sendiri mdpt atensi publik yang sangat membludak. Sekitar 500 orang yang hadir saat itu , jauh melampaui target dari panitia. Mungkin banyak orang yg penasaran dengan perkembangan paham negara khilafah yg dalam banyak kasus merupakan bibit munculnya paham radikalisme dan aksi terorisme

Sepanjang pemaparan, saya tak henti hentinya menarik nafas dan geleng geleng kepala mengetahui betapa gerakan Tarbiyah dan penyebaran paham negara khilafah yg salah satunya dilakukan oleh jaringan HTI /Hizbut Thahrir,  sedemikian  masif dan terorganisir masuk ke dlm berbagai lini institutsi pendidikan, bukan saja di kampus kampus, tapi juga sudah bertingkat tingkat ke level SMA ,SMP bahkan SD melalui guru guru agama dan jg kelompok keagamaan spt Rohis.

Gerakan Tarbiyah adalah Gerakan Dakwah yang menyebar di kampus kampus, dan mulai tumbuh subur sejak era reformasi dimana atas nama kebebasan informasi orang bisa bebas menyebarkan paham apa saja.

Lalu dari mana gerakan ini masuk?

Melalui kelompok kelompok pengajian (Liqo)/ Rohis,  bahkan juga telah banyak menguasai Senat dan BEM kampus kampus negeri. Dan gerakan Tarbiayah ini sendiri  banyak disokong oleh PKS.

Yup mungkin banyak orang tidak mau mendengar fakta ini, tapi ini adalah kenyataan. Memang secara organisasi, HTI sudah resmi dilarang. Tapi paham HTI telah banyak "bertransformasi' ke dlm bentuk lain tmsk mjd organisasi organisasi basis kegamaan di kampus kampus.

Fyi Gerakan Tarbiyah dan Hizbut Tahrir ini sendiri selain menyebarkan faham negara khilafah, juga punya semangat utk memurnikan ajaran Islam, tapi dengan versi mereka sendiri yang malah melebarkan ekslusivitas atas nama agama.

Contohnya adalah ajaran melarang/ membatasi bergaul dengan mahasiswa/i non muslim, melarang utk memilih ketua / pemimpin non muslim utk ketua BEM/ Senat, dll.

Gerakan Tarbiyah ini juga dengan mudah memberi label "Kafir" kepada golongan yg berbeda, bahkan kepada umat muslim sendiri. Gerakan Tarbiyah jg sering menanamkan paham ttg negara dan pemimpin Thoghut sehingga memunculkan kebencian terhadap pemerintahan yg sah, dan menjadikan negara Khilafah sbg solusinya.

Salah satu pemapar Ade Armando dari UI bercerita, pernah suatu kali BEM UI mengeluarkan peraturan tidak boleh mengucapkan selamat hari raya bagi agama lain. (bayangkan, masa BEM kampus negri sampe ngeluarin peraturan kyk gini?). Bahkan dalam keseharian dunia kampus, gerakan Tarbiyah/HTI ini juga sedemikian rupa menginfiltrasi kegiatan akademis.

Ada jg contoh kasus di IPB,   dengan dalih berdakwah, kelompok kelompok Liqo ini juga sering melakukan kaderisasi di kelas kelas dan lingkungan kampus yang seharusnya bersih dari unsur unsur ekslusifitas agama tertentu. Bahkan ada kelas kelas yang para mahasiswanya melarang dosennya untuk masuk kelas dan mengajar sebelum mereka selesai mengaji dan tadarusan dahulu (bayangkan hal seperti ini bisa dilakukan dengan bebas di universitas negeri?).

Dari pemaparan ini juga diungkapkan, gerakan Tarbiyah dan Hizbut Tahrir seperti ini karena sudah berlangsung hingga 20 tahun, maka telah mengakar kuat di berbagai lini dan beberapa tahun belakangan berhasil "menuai hasilnya". Banyak kader dari HTI yang setelah keluar dari dunia kampus, berkarir di banyak  lini dari mulai perusahaan swasta ,PNS dan BUMN dan bahkan memegang tampuk pimpinan di institusi institusi pendidikan.

Di lain pihak, banyak Rektor PTN yang "tak berdaya"  dg masifnya gerakan Tarbiyah dan HTI di kampus kampus mereka. Karena dalam banyak kasus, banyak Rektor PTN yang saat proses pemilihannya disokong oleh pendukung gerakan Tarbiyah dan HTI ini (termasuk oleh jaringan BEM, jaringan fakultas dll). 

Sehingga saat berhasil menapuk kursi jabatan tertinggi di sebuah PTN,  banyak Rektor yang "berhutang" dengan para pendukung gerakan Tarbiyah ini dan tidak mengeluarkan kebijakan berarti dalam menghadapi penyebaran gerakan ini di kampus kampus.

Dengan kuatnya jaringan gerakan Tarbiyah dan HTI di berbagai lini, mereka jg terlibat aktif sbg penyokong Calon tertentu dlm Pipres 2014, Pilkada DKI 2017 dan bahkan Pilpres 2019 yg baru saja berlangsung.  

Berbahayakah gerakan Tarbiyah/HTI ini jika didiamkan? Tentu saja ! Banyak kasus paham radikalisme dan tindakan terorisme diawali dengan adanya paham pamam ekslusivitas agama seperti ini.

Karena itu di tahun 2018, BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) merilis data bahwa ada 7 kampus PTN yang terpapar ajaran radikalisme dari mulai UI,ITB,IPB, ITS hingga UGM. Dan paling banyak gerakan tarbiyah ini menyebar di fakultas eksakta dan Kedokteran. Bagi sebagian kalangan, data yg diungkapkan BNPT ini dipertanyakan.

Tapi dari rilis BNPT itulah menjadi wake up call bagi kampus kampus yang disebut dalam rilis BNPT Itu. Bahkan menyikapi data BNPT itu, Menteri Riset dan Pendidikan Tinggi Muhammad Natsir menyebut bahwa Rektor harus bertanggung jawab.

Contoh paling menarik adalah apa yang dilakukan oleh Rektor IPB dlm dua tahun terakhir.  Untuk menyikapi penyebaran Ekslusifitas Agama.yg semakin masif di kampusnya, ia mengeluarkan beberapa kebijakan  visioner :  Dibangunnya tempat ibadah semua agama di lingkungan kampus,  Pengucapan Selamat Hari Raya secara terbuka untuk semua agama, Melarang sama sekali adanya kegiatan dg dalil "dakwah" di lingkungan kampus dan memusatkan kegiatan keagamaan hanya di Mesjid

Begitu pun yang dilakukan UI, walau belum banyak mengeluarkan terobosan kebijakan utk menaggulangi penyebaran gerakan tarbiyah ini tapi UI melakukan restrukturisasi BEM/Senat dan mengeluarkan pernyataan bahwa mahasiswa dari latar belakang agama apapun dilindungi oleh Universitas utk mjd ketua BEM/Senat.

Sekarang ini bahkan sdh ada Fakultas yg Kepala BEM nya adalah orang Hindu. Salah satu hal menarik yg dipaparkan dari survey Setara Institute ini adalah gerakan Tarbiyah di kampus kampus jg banyak disebarkan oleh para Dosen yg memberi mata kuliah Agama di tingkat awal, dimana banyak Dosen tsb telah mjd bagian dari jaringan gerakan ini.

Salah satu pemapar menyebutkan, di PTN PTN banyak dosen malas jika diberikan tugas memberi mata kuliah Agama Islam. Karena itu hal ini dilihat sbg kesempatan oleh jaringan gerakan Tarbiyah, utk mengambil alilh mata kuliah Agama Islam.

Padahal Dosen yg memberikan mata kuliah Agama Islam belum tentu memiliki ilmu mumpuni dan komprehensif ttg Agama  Islam.  Jadi seringkali ajaran2 yg disampaikan adlh ttg Agama yg sangat Ekslusif.

Dalam menyikapi hal ini, UGM telah mengambil terobosan kebijakan bahwa seluruh Dosen yg memberikan mata kuliah Agama Islam harus punya latar belakang pendidikan S1/S2 Agama Islam dan juga ilmu Filsafat. Di beberapa kampus spt UI  pihak Kampus juga telah melakukan restrukturisasi pengurus Mesjid Kampus yang selama ini dikuasai oleh aktivis Dakwah yang tergabung dalam jaringan Tarbiyah.

Saya pikir ini kebijakan yang dillakukan beberapa PTN di atas perlu diikuti oleh institusi pendidikan lain dan butuh keberanian dan komitmen dari semua pihak, kalau ga mau NKRI hanya tinggal cerita. Salut utk Setara Institute yg berani memamaparkan fakta fakta yg memang mjd fenomena di masyarakat saat ini.

Tinggal kita sendiri berefleksi, cukupkah kita diam saja melihat fenomena gerakan Ekslusifitas Agama dan paham negara Khilafah ini di sekitar kita, atau 'do something to fix it' dengan cara kita masing masing?                                                    Oleh Ira Lathief (Penggagas Festival Kebhinekaan dan Wisata Bhineka)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun