Gerakan Tarbiyah ini juga dengan mudah memberi label "Kafir" kepada golongan yg berbeda, bahkan kepada umat muslim sendiri. Gerakan Tarbiyah jg sering menanamkan paham ttg negara dan pemimpin Thoghut sehingga memunculkan kebencian terhadap pemerintahan yg sah, dan menjadikan negara Khilafah sbg solusinya.
Salah satu pemapar Ade Armando dari UI bercerita, pernah suatu kali BEM UI mengeluarkan peraturan tidak boleh mengucapkan selamat hari raya bagi agama lain. (bayangkan, masa BEM kampus negri sampe ngeluarin peraturan kyk gini?). Bahkan dalam keseharian dunia kampus, gerakan Tarbiyah/HTI ini juga sedemikian rupa menginfiltrasi kegiatan akademis.
Ada jg contoh kasus di IPB, dengan dalih berdakwah, kelompok kelompok Liqo ini juga sering melakukan kaderisasi di kelas kelas dan lingkungan kampus yang seharusnya bersih dari unsur unsur ekslusifitas agama tertentu. Bahkan ada kelas kelas yang para mahasiswanya melarang dosennya untuk masuk kelas dan mengajar sebelum mereka selesai mengaji dan tadarusan dahulu (bayangkan hal seperti ini bisa dilakukan dengan bebas di universitas negeri?).
Dari pemaparan ini juga diungkapkan, gerakan Tarbiyah dan Hizbut Tahrir seperti ini karena sudah berlangsung hingga 20 tahun, maka telah mengakar kuat di berbagai lini dan beberapa tahun belakangan berhasil "menuai hasilnya". Banyak kader dari HTI yang setelah keluar dari dunia kampus, berkarir di banyak lini dari mulai perusahaan swasta ,PNS dan BUMN dan bahkan memegang tampuk pimpinan di institusi institusi pendidikan.
Di lain pihak, banyak Rektor PTN yang "tak berdaya" dg masifnya gerakan Tarbiyah dan HTI di kampus kampus mereka. Karena dalam banyak kasus, banyak Rektor PTN yang saat proses pemilihannya disokong oleh pendukung gerakan Tarbiyah dan HTI ini (termasuk oleh jaringan BEM, jaringan fakultas dll).
Sehingga saat berhasil menapuk kursi jabatan tertinggi di sebuah PTN, banyak Rektor yang "berhutang" dengan para pendukung gerakan Tarbiyah ini dan tidak mengeluarkan kebijakan berarti dalam menghadapi penyebaran gerakan ini di kampus kampus.
Dengan kuatnya jaringan gerakan Tarbiyah dan HTI di berbagai lini, mereka jg terlibat aktif sbg penyokong Calon tertentu dlm Pipres 2014, Pilkada DKI 2017 dan bahkan Pilpres 2019 yg baru saja berlangsung.
Berbahayakah gerakan Tarbiyah/HTI ini jika didiamkan? Tentu saja ! Banyak kasus paham radikalisme dan tindakan terorisme diawali dengan adanya paham pamam ekslusivitas agama seperti ini.
Karena itu di tahun 2018, BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) merilis data bahwa ada 7 kampus PTN yang terpapar ajaran radikalisme dari mulai UI,ITB,IPB, ITS hingga UGM. Dan paling banyak gerakan tarbiyah ini menyebar di fakultas eksakta dan Kedokteran. Bagi sebagian kalangan, data yg diungkapkan BNPT ini dipertanyakan.
Tapi dari rilis BNPT itulah menjadi wake up call bagi kampus kampus yang disebut dalam rilis BNPT Itu. Bahkan menyikapi data BNPT itu, Menteri Riset dan Pendidikan Tinggi Muhammad Natsir menyebut bahwa Rektor harus bertanggung jawab.
Contoh paling menarik adalah apa yang dilakukan oleh Rektor IPB dlm dua tahun terakhir. Untuk menyikapi penyebaran Ekslusifitas Agama.yg semakin masif di kampusnya, ia mengeluarkan beberapa kebijakan visioner : Dibangunnya tempat ibadah semua agama di lingkungan kampus, Pengucapan Selamat Hari Raya secara terbuka untuk semua agama, Melarang sama sekali adanya kegiatan dg dalil "dakwah" di lingkungan kampus dan memusatkan kegiatan keagamaan hanya di Mesjid