Mesjid Al Muqarrabien dan Gereja Manahaim terletak di Jl. Enggano, Tanjung Priok Jakarta Utara. Gereja Protestan Manahaim berdiri sejak 1957, sedangkan Mesjid Al Muqarrabien berdiri dua tahun setelahnya. Keberadaan kedua rumah ibadah yang terletak persis di depan gerbang pelabuhan Tanjung Priok begitu mencolok karena letaknya yang bersisian dan berbagi tembok dan dinding yang sama.
Mesjid Al Muqarrabien dan Gereja Manaheim ini dekat dengan tempat tinggal saya di Tg. Priok. Tapi karena sering saya lewati sejak kecil, keberadaan dua rumah ibadah yang bersisian ini tidak istimewa bagi saya. Hingga suatu hari, saya bersama seorang kawan ekspatriat asal Filipina sedang berkunjung ke Pelabuhan Tg. Priok dan saat melintas di depan rumah ibadah ini, kawan saya tersebut terlihat takjub dan meminta turun sebentar dari mobil karena ingin memotret kedua rumah ibadah tersebut dari sebrang jalan. Dari situlah saya tersadar bahwa keberadaan kedua rumah ibadah berbeda agama ini pun sangat menarik bagi orang asing.
Menurut pengurus gereja dan masjid disana, umat kedua rumah ibadah tidak pernah menemui masalah. Apabila ada acara keagamaan, seperti bulan suci Ramadan, Lebaran, atau Natal, para pengurus Mesjid dan Gereja saling mendukung, bahkan mengadakan acara bersama untuk menghormati ibadah pemeluk agama yang lain. Contohnya di bulan Ramadhan, pihak gereja Manahaim menggelar buka puasa denga menyediakan takjil.
Saat Lebaran pun, pihak gereja turut membantu mempersiapkan untuk shalat Idul Fitri. Termasuk, jika shalat Ied bertepatan pada Minggu, pengurus gereja bersedia mengalah dengan cara meniadakan acara mereka. Sementara apabila pihak gereja menggelar ibadah, maka pihak pengurus masjid mempersilakan lahan parkirnya digunakan jemaat gereja. Selama puluhan tahun umat dari kedua rumah ibadah tersebut hidup damai berdampingan, sungguh indahnya.
3. Wihara Satrya Dharma -- Mesjid Jami Nurul Falah, Teluk Gong
Wihara Satrya Dharma dan Mesjid Jami Nurul Falah terletak di Jl Teluk Gong Raya no. 1, Penjaringan. Wihara Satrya Dharma sudah berdiri sejak tahun 60an, dan merupakan wihara terbesar di Jakarta saat ini, dengan luas luas sekitar 6000 m2. Sedangkan Mesjid Jami Nurul Falah yang terletak bersebelahan dengan Wihara, baru dibangun di tahun 90an, dan pembangunannya banyak dibantu oleh pihak Wihara hingga kedua rumah ibadah disebut sebagai "Saudara".
Wihara Satrya Dharma dan Mesjid Nurul Falah disebut sebagai "besaudara", karena pembangunan Masjid dibantu oleh pihak Wihara. Begitupun ketika Masjid Nurul Falah mengalami kebakaran beberapa tahun lalu, biaya perbaikan sepenuhnya ditanggung pihak Wihara. Bantuan ini juga merupakan bentuk balas budi pihak Wihara terhadap pengurus dan jemaah masjid karena ketika meletus kerusuhan Mei 1998, para pengurus dan jamaah mesjid berjaga di depan wihara. Warga sekitar beramai ramai berjaga dan mengusir massa yang hendak merusak wihara. Sungguh bentuk toleransi antar beragama yang tidak sekedar basi basi, tapi benar benar diwujudkan dalam aksi nyata.
4. Pura Aditya Jaya -- Mesjid Al Taqwa, Rawamangun