Oke, sekarang mari kita bahas pada pemaparan kesemua cagub tentang industri kreatif
Tapi sebelum membahas lebih lanjut tentang visi misi para cagub tentang industri kreatif, saya mau paparkan dulu apa saja itu yang termasuk sektor Industri Ekonomi Kreatif berdasarkan yang telah ditetapkan dalam cetak biru oleh pemerintah.
Ada 15 sektor yg termasuk Industri Kreatif yaitu (1). Periklanan, (2) Arsitektur, (3) Pasar Seni (4) Kerajinan/ Craft, (5) Desain, (6) Fashion, (7) Fesyen, (8) Film/ Video/ Fogorafi Permainan Interaktif /Games, (9) Musik, (10) Seni Pertunjukkan, (11) Penerbitan/ Percetakan, (12) Layanann Komputer/ Piranti Lunak, (13) TV/ Radio, (14). Riset dan Pengembangan, (15) Pariwisata dan Kuliner.
Dan di bawah Presiden Jokowi, Indonesia ingin lebih serius memajukan industri kreatif, karena itu dibentuk BeKraf (Badan Ekonomi Kreatif), badan pemerintah khusus dibawah presiden langsung. Jadi sudah pasti, siapapun yang memimpin Jakarta sebagai Ibu Kota negara, pastinya harus punya visi yang selaras dengan pemerintah pusat.
Tema besar diskusi ini adalah, "Bagaimana Memajukan Industri Kreatif di Jakarta dan juga Bagaimana Pemda DKI merespon dunia Digital?" Jadi saya ingin bahas tenang pemahaman dan kesesuaian pemaparan visi dan misi cagub terkait tema diskusi.
Pertama, pemaparan dari Ahok
Ahok juga mewajibkan seluruh jajaran RT/ RW untuk memberikan laporan harian kepada Lurah melalui aplikasi Qlue melalui HP, di mana ternyata hal ini malah dianggap oleh sebagian petugas RT/ RW terasa merepotkan dan menimbulkan protes . “Yah kalau ga mau repot repot, jangan mau jadi petugas RT/ RW dong.“ Begitu alasan Ahok.
Iya bener juga sih menurut saya. Sebagian orang memang lebih senang berada di comfort zone, dan sulit menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Padahal di zaman Ahok, para petugas RT/ RW juga sudah dikasi honor bulanan jauh lebih tinggi. Ahok juga bercerita tentang usahanya menciptakan budaya transparan di Pemda DKI dengan memanfaatkan teknologi digital, dengan cara selalu menayangkan hasil rapat di Youtube resmi Pemda DKI dan juga menerapkan e-budgeting untuk seluruh anggaran.
Ahok juga bercerita banyak tentang usahanya memajukan pariwisata DKI, salah satunya juga membuka Wisata Balai Kota, agar masyarakat umum bisa berkunjung dan mengenal lebih dekat Balai Kota dan isinya.
Ahok juga mempersilahkan fasilitas Balai Kota untuk dipakai kegiatan masyarakat umum, dari menyediakan area untuk pertunjukkan budaya dan pameran UMKM setiap weekend, sampai menyediakan ruang bioskop dalam balai kota agar masyarkat bisa nonton film gratis. Di sini Ahok bercerita bahwa dahulu di Belitung, almarhum Ayahnya adalah juga pengusaha bioskop rakyat yang akhirnya harus gulung tikar karena tidak sanggup melawan perkembangan arus zaman.