Daya Tarik Lato-Lato
Oleh Irah/ Pendidik SMPN 4 Maja, Majalengka
" Sayang anak, sayang anak, lato-latonya mungpung murah" kata si emang penjual mainan yang tiba-tiba sudah berada di belakangku dan menaruh barang jualannya.
" Memangnya berapa mang harganya?" tanyaku sambil memperhatikan lato-lato yang ditawarkan oleh penjual.
" Macam-macam bu, dari yang murah sampai agak mahal pun ada" katanya sambil sibuk melayani anak-anak yang mengerubungi penjual lato-lato.
Aku jadi penasaran ku tunjuk salah satu lato-lato yang banyak dibeli anak-anak.
" Mang yang itu memangnya berapa? Sepertinya anak-anak banyak yang beli yang seperti itu?"
" Iya bu, yang ini paling laku karena hanya 10.000 ribu bu, kalau yang agak besar ini dengan variasi 2 warna 15.000 ribu" katanya sambil menunjukkan beberapa lato-latonya.
" Sudah lama jualan lato-lato?" tanyaku
" Baru bulan-bulan ini bu, tadinya saya hanya saya jualan keliling cemilan bu, tapi begitu melihat teman bisa laku banyak jadi saya mencoba mengikutinya, ternyata memang saya juga mengalami banyak yang membeli"
" Berapa banyak yang terjual seharinya?"
" Tidak tentu bu, tapi Alhamdulillah tiap hari ada yang membeli terus lato-latonya. Pokoknya menurut saya jualan lato-lato untuk saat ini tidak pernah sepi. Pernah sehari saya bisa menjual sampai 50 lato-lato bahkan lebih" jelasnya lagi.
" Kemana saja jualannya?"
" Saya keliling bu ke desa-desa, kalau pagi kadang saya ikut jualan dulu di halaman sekolah menunggu anak-anak sekolah istirahat"jawabnya sambil mengemasi barang dagangannya yang tadi digelar. Kemudian dia permisi akan melanjutkan jualan di tempat lain.
"Aduh sakit...huhuhu...huhuhu "seorang anak tiba-tiba nangis sambil menutup wajahnya. Sementara anak-anak yang lain spontan pada berhenti memainkan lato-latonya.
Akupun sagera menghampiri anak tersebut.
" Mana ibu lihat"
" Ngak  mau bu sakit", jawabnya sambil terus menangis.
Setelah dibujuk baru  mau memperlihatkan wajahnya yang tadi ditutup terus dengan tangannya. Ternyata bagian dahinya yang kena, dan agak memar. Untungnya tidak terkena matanya.  Aku pun segera meminta air panas, ke yang punya rumah. Lalu dikompres.
" Kenapa bisa kena dahi Neng Intan? Bukannya dia hanya menonton saja?" tanyaku heran sambil terus mengompres dahinya Neng Intan.
" Iya bu, Intan tidak main dia hanya menonton, tadi sewaktu saya main lato-lato dengan teman yang lain dia malah nyamperin terlalu dekat, makanya dia kena lato-lato saya. Saya minta maaf ya neng " jawab Iwan sambil menunduk
" Saya yang salah bu, saya tadi penasaran  habis lato-lato yang dimainkan Iwan muternya bagus sekali tidak seperti yang lain" jawab Neng  Intan.
" Bagaimana sekarang Neng? Agak mendingan?" tanyaku pada Neng Intan.
" Iya bu, terimakasih" jawabnya sambil kelihatan tersenyum malu.
" Tapi Kak Iwan, Intan ajarin dong cara mainnya biar lato-latonya muter cepet seperti Kak Iwan " celetuk Intan
" Iya nanti Kakak ajarin" jawab Iwan.
" Neng Intan, memang tidak takut main lato-lato" tanyaku heran karena baru saja dia terkena lato-lato sampai dahinya memar.
"Ngak Bu, Â malah jadi penasaran ingin bisa bu" jawab Neng Intan.
" Iya Kak Iwan, kami  juga ingin diajarin biar pinter seperti kak Iwan" kata anak yang lainnya.
" Sekarang jaga jarak, supaya tidak kena berbenturan dengan yang lain, sekarang coba jepit dan mainkan seperti ini pelan-pelan" kata Iwan sambil mempraktekkannya di depan anak-anak yang lain.
" Ya sudah anak-anak ibu permisi, silakan lanjutkan mainnya tapi ingat hati-hati  jaga jarak, konsentrasi supaya bisa lekas pintar seperti Iwan" kataku.
Akhirnya setelah melihat anak-anak itu memainkan lato-lato  dengan mengikuti instruksi dari Iwan, aku pun pergi meninggalkan tempat bermain anak-anak. Langkahku diiringi suara lato-lato. Tok  tok tok tok tok tok...
Majalengka, 10 Januari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H