Gerakan penghijauan kembali itu salah satunya dilakukan melalui kegiatan adopsi pohon yang diinisasi oleh saluran radio nasional melalui program Sahabat Green Radio. Program Adopsi Pohon ini mengajak masyarakat terlibat aktif  berdonasi untuk membeli dan merawat pohon yang akan ditanam di Gunung Gede.
Mulanya tak banyak yang tertarik dengan program adopsi pohon. Namun, dari hari ke hari, seiring meningkatnya interaksi pendengar Green Radio, dan kampanye melalui berbagai media sosial, program ini sukses menghutankan kembali lahan Perhutani seluas 38 hektar di Taman Nasional Gunung Gede Parangrango.
Program adopsi pohon membuat warga Sarongge tak bisa lagi berkebun di dalam taman nasional. Warga yang terlanjur bertani dan menggarap kebun sayur diminta ke luar dari kawasan.Sebagai kompensasi, program Adopsi Pohon memberi bantuan pada warga untuk membuka lahan sayur secara terpadu di Desa. Warga juga diberi bantuan untuk beternak kelinci dan domba.
Satu hal yang menurut saya menarik dari gerakan adopsi pohon ini bahwa semuanya berlangsung dan terjadi karena interaksi digital. Kesadaran kolektif yang digaungkan melalui kampanye di media sosial untuk menghijaukan kembali kawasan hutan yang telah mengalami deforestasi selama puluhan tahun.Â
Dan kini, setelah berjalan sekian tahun, warga Sarongge makin merasakan manfaat dari hasil gerakan digital itu. Bahkan kini mereka bisa memasarkan sayur mayur secara online. Sesuatu yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.Â
Tak hanya sayur mayur, saat ini kelompok perempuan juga mulai memanfaatkan dunia digital untuk memasarkan produk sabun sirih khas Sarongge.Â
Aplikasi untuk Pertanian yang MendigitalÂ
Dukungan teknologi terhadap pertanian tidak hanya terjadi di Sorongg e. Kehadiran internet telah membuat pertukaran informasi antar petani dari berbagai belahan wilayah menjadi mudah. Kemauan petani menceritakan keberhasilan maupun kegagalannya membawakan komoditas tanaman tertentu di blog, jurnal hingga laporan perjalanan akan membuat terjadi transfer pengetahuan. Dengan pola ini maka pertukaran informasi menjadi cepat dan petani yang jauh dari pusat informasi dapat mengakses langsung informasi ke sumbernya.Â
 Dukungan lain juga datang dari anak muda yang dekat dengan dunia pertanian namun memiliki latar belakang teknologi. Mereka memberikan dukungan dengan membangun sejumlah aplikasi pertanian yang memungkinkan peningkatan kemampuan petani,  hingga perbaikan kesejahteraan.Â
 Sejumlah aplikasi yang menyasar para petani ini seperti Limakilo, Petani, Tanihub,Pantau Harga Mobile, sera Nurbaya Initiative. Beragam aplikasi berbasis telepon pintar ini menyediakan beragam manfaat. Petani misalnya. Aplikasi ini membuat petani dapat mengkonsultasikan penyakit tanamannya dengan para ahli. Setelah foto diunggah melalui aplikasi, maka para ahli pertanian yang tegabung dengan aplikasi Petani akan membantu mengidentifikasi penyakit maupun cara penangannya.Â
Selain itu aplikasi juga berfungsi sebagai forum online, sehingga petani dari beragam wilayah di Indonesia dapat saling menginformasikan harga di wilayahnya dan membuka peluang perdagangan lintas wilayah. Teknologi akan memudahkan petani dari kawasan terdepan, terluar, dan terpencil untuk mendapatkan akses informasi yang sama.Â
 Aplikasi lain TaniHub mengembangkan marketplace sebagai pemintas rantai distribusi yang memungkinkan petani memperoleh harga terbaik. Selain itu limakilo memberikan kemudahan petani yang berhimpun secara kelompok menjual produknya dengan sistem grosir. Para pengelola aplikasi seperti NurbayaInitative malah menyediakan solusi dukungan sistem pengiriman sehingga petanimaupun pembeli memperoleh hasil yang maksimal.Â