Mohon tunggu...
Iradah haris
Iradah haris Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - We do not need slogan anymore, we need equality in reality

Wanita yang selalu hidup di tengah keriuh-riangan rumah dan sekitar lingkungan. "Happy live is about happy wife" 😍

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Belum Sirna Trauma Corona, Omicron Menghantui Pula

6 Desember 2021   20:50 Diperbarui: 6 Desember 2021   21:19 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KM Bahari Express berlayar dari Pelabuhan Penyebrangan Gresik menuju Pulau Bawean/klikjatim.com

Di desa tempat saya tinggal, hampir rata-rata warga adalah penyintas. Mereka pernah merasakan sensasi terpapar virus saat covid datang "menyapa" Bawean waktu itu. Tak pandang anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua. Semua "mendapat giliran" pada masanya. 

tak terkecuali saya sendiri dan suami. Kami yang hingga sekarang masih bisa berkomunitas dan berkomentar adalah yang diberi kesempatan hidup oleh Tuhan. Banyak penyintas, tidak sedikit juga jumlah warga lanjut usia dan paruh baya saat itu yang meninggal dunia akibat terpapar covid-19.

Tenaga medis tidak mampu menangani seluruh pasien. Ruang isolasi di rumah sakit pulau jelas tidak memadahi. Puskesmas kecamatan tidak menerima pasien covid. Akses ke rumah sakit umum daerah pun terpisah lautan. Tidak mungkin ditempuh juga di masa pandemi waktu itu. 

Terlalu banyak warga pulau yang terpapar virus. Oksigen langka. Penderita bergejala ringan, sedang dan berat dihadapkan pada situasi yang sama. Jalan terakhir yang ditempuh warga pulau adalah isolasi mandiri untuk segala bentuk keluhan dan gejala sakit.

Masih tak lekang dari ingatan. Periode kedua covid itu puncaknya tepat di bulan Juni-Juli 2021. Kondisi sangat tak menentu di Bawean. Penyebaran virusnya menjadi tak bisa diprediksi. Banyak wilayah di Indonesia masuk zona merah. Bawean yang berada di posisi daratan pulau terluar bahkan dinyatakan sebagai zona merah tua. 

Para nakes puskesmas di kecamatan setempat hingga memberi julukan ekstrim, Bawean zona hitam pekat. Begitu banyaknya pasien terpapar, sampai puskesmas kecamatan sempat menutup pelayanan. Beberapa nakes sudah ada yang terpapar, tumbang bergantian. Kepala UPTD puskesmas kecamatan juga dikabarkan meninggal dunia karena virus ini.

Setiap saat di sepanjang jalan lingkar pulau terdengar sirine ambulan mengantar jenazah yang harus dimakamkan dengan prosedur covid. Warga menjadi berdebar-debar tidak nyaman setiap ada pengumuman kematian di desa. Khusus di desa saya, hingga harus diambil keputusan menunda pengumuman kematian di pagi atau siangnya bila ada warga yang meninggal malam hari. 

Beberapa kali kejadian dalam sehari kami mendengar 3 kali pengumuman orang meninggal. Itu pun hanya berjarak 4 jam antara yang satu dengan lainnya.  

Bawean hanya terbagi menjadi dua kecamatan. Kebijakan puskesmas di kecamatan tempat saya tinggal, tidak menerima rawat inap pasien terpapar covid. Semua pasien yang membutuhkan penanganan harus melalui prosedur wajib swab dulu. Bila hasil swab negatif, petugas baru melakukan tindakan lanjutan. 

Namun bila hasil testnya positif , harus terima "surat cinta" rujukan ke rumah sakit yang terdapat di kecamatan lainnya. Itu pun harus menerima keadaan bahwa ruang isolasi di rumah sakit tempat rujukan pasien covid di pulau sudah full. Kalaupun memilih rawat inap di sana, harus rela tidur di koridor rumah sakit. 

Karena kondisi yang tidak karuan ini ada juga warga desa kami yang pulang paksa dari rumah sakit walau kondisinya mengkhawatirkan. Beberapa diantaranya menolak dirujuk. Banyak juga warga yang enggan memeriksakan diri ke puskesmas walau merasakan semua gejala umum terpapar virus. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun