Suatu kebetulan jika dikaitkan dengan kalimat "ucapan adalah doa", sepertinya lyric lagu populer itu mendapatkan pembenarannya di moment ini. Bagaimana tidak, di awal bulan salah satu dari kami melontar ide untuk menjuluki corona dengan nama lain. Tak berselang lama di 24 Novembermya muncul sebutan virus dengan nama lain yang ternyata varian corona juga.
Dari berita televisi atau dari kerabat yang bekerja di luar negeri warga mendengar info penyebaran omicron di beberapa negara. Negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura sudah bersiaga. Bisa dipastikan vaksinasi di Pulau Bawean sudah berjalan maksimal.
Upaya pemerintah untuk membentuk herd imunity sudah dilaksanakan dengan bagus. Forkopimcam dan tenaga kesehatan masing-masing kecamatan di pulau bersinergy turun ke lapangan. Sementara warga pulau sendiri cukup kooperatif. Tidak ada kesulitan untuk melaksanakan program vaksinasi di Bawean.
Hanya saja, berita tentang Omicron yang mutasinya disebutkan bisa menghambat kerja vaksin dan beresiko menginfeksi ulang ini sudah barang tentu membuat kita di kepulauan menjadi ketar-ketir kembali. Ternyata muncul dengan nama baru pun masih mengundang ketakutan dan kekhawatiran mereka. Khususnya pada para penyintas.
Pertolongan Tuhan
enempati wilayah kepulauan terluar, dituntut untuk bisa bertahan hidup dalam keterbatasan dan kondisi alam yang sewaktu-waktu bisa berubah ekstrim. Hingga saat ini, kebutuhan warga pulau masih banyak bergantung dengan logistik dari daratan Jawa. Bila ombak besar, dengan sendirinya transportasi terhenti.
Sebagai warga yang mArtinya penyaluran logistik dari daratan Jawa ke pulau pun akan terganggu. Kelancaran penyaluran bahan-bahan pokok di pulau saat ini masih sangat bergantung pada kondisi alam. stabilitas harga dan ketercukupan minyak, gas dan sembako akan terpengaruh bila pelayaran terhenti.
Kenyataan lain, pelayanan kesehatan di Bawean masih minim. Daya tampung ruang rawat inap rumah sakit di pulau masih tidak berimbang dengan rasio jumlah penduduk.
Peralatan rumah sakit dan dokternya juga masih jauh dari cukup. Pemerintah daerah Kabupaten Gresik terus melakukan perbaikan untuk layanan kesehatan warganya.
Namun hingga saat ini kasus-kasus tertentu dan emergency, semisal pasien butuh penangan operasi besar belum bisa ditangani di Bawean. Pasien masih dievakuasi ke rumah sakit di Pulau Jawa. Contoh umumnya seperti operasi Caesar saja warga saat ini masih harus dibawa ke rumah sakit umum daerah di Kota Gresik.
Cobalah membayangkan dengan fasilitas kesehatan seperti itu menghadapi serangan gelombang corona dua tahun lamanya. Khusus Bawean konsep lock down total untuk menghambat penyebaran virus dari daratan yang lebih luas, belum bisa diterapkan.