Mohon tunggu...
Iradah haris
Iradah haris Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - We do not need slogan anymore, we need equality in reality

Wanita yang selalu hidup di tengah keriuh-riangan rumah dan sekitar lingkungan. "Happy live is about happy wife" 😍

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Menahan Diri di Malam Fitri

13 Mei 2021   23:36 Diperbarui: 13 Mei 2021   23:46 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Idul Fitri, 1 Syawal 1442 H (tribunnews.com)

Kami masih sibuk bersih-bersih rumah sore menjelang malam hari raya. Rumah baru di seberang rumah saya, penghuninya justru sibuk dengan meteran listriknya. Mereka baru beberapa bulan saja menempati rumah itu.

Saya perhatikan tetangga baru saya itu keluar masuk. Memperhatikan meteran. Lagi dan lagi, hingga sore hari. Makin sore wajah mereka tampak makin panik.

Rupanya sejak pagi meteran listrik sudah berbunyi minta diisi pulsa lagi. Menurut mereka, nomor meter listrik tidak bisa diisi ulang. Mau lewat mesin ATM atau dari konter penjual pulsa listrik sekalipun. Walau sudah berganti 3 konter pulsa berbeda.

Kepanikan tetangga saya ini wajar karena kemungkinan malam takbiran nanti rumah mereka akan gelap gulita. Sebab tak bisa diisi pulsa. Pulsa yang tersedia sudah mendekati angka nol. 

Besok paginya sudah hari raya. Artinya mereka harus siap-siap semalaman takbiran dalam kegelapan. Diantara rumah-rumah tetangga yang terang benderang.

Akhirnya saya pun menyarankan untuk menghubungi call center PLN. Betapa terkejutnya mereka. Informasi yang didapat malam itu baru diketahui, rupanya nomor meter rumah mereka terblokir. 

Kasusnya, sudah 8 bulan tidak membayar cicilan pembayaran pendaftaran ke PLN. Bila ingin buka blokir malam itu juga harus menyelesaikan dulu sejumlah pembayaran. Cicilan selama 8 bulan tadi.

Tetangga saya mendaftarkan listrik melalui seseorang yang dipercaya. Membayar lunas melalui okum yang juga membantu mengatur instalasi rumah baru mereka. Makanya tidak merasa memiliki tanggungan cicilan. 

Ternyata oleh oknum tersebut, pendaftatan listriknya diikutkan program cicilan. Selama 12 bulan. Fatalnya, sudah 8 bulan cicilannya  tidak pernah terbayar. Sehingga akhirnya PLN memblokirnya.

Kenyataan ini baru mereka ketahui. Tepat di malam fitri. Dan mereka harus siap menghadapi kemungkinan tidak memiliki listrik pada lebaran tahun ini. Sungguh sebuah cobaan berat. Emosi dan kecewa sudah pasti. 

Sepatutnya malam idul fitri ini semua orang bisa memperbanyak bacaan takbir atau mulai kegiatan silaturrahim. Namun ini sebaliknya, dipaksa untuk menahan diri karena kejadian yang tidak nyaman. Bila dihitung musibah, ya ini musibah kecil.

Andai saja saya yang menghadapinya, entah apa yang akan kami lakukan. Bagaimaana cara saya mengolah hati saya. Kasus ini kalau bukan penipuan, apa lagi yang tepat namanya. 

Sebagai tetangga, kami menyarankan untuk mengatasi hal yang urgent dulu. Setidaknya bisa membantu menenangkan mereka sekeluarga.

Bagaimana caranya listrik bisa mengalir lagi ke rumah mereka pada malam yang fitri ini saja. Selebihnya urusan dengan oknum pelaku penipuan yang mendaftarkan listrik mereka itu bisa diselesaikan kemudian. Setidaknya setelah melewatkan 1 Syawal.

Satu jalan yang bisa dilakukan untuk bisa menyalakan listrik malam itu, bisa dengan cara"menumpang" sementara. Caranya, minta bantuan pemilik rumah sebelahnya yang sudah ada listriknya namun belum dihuni. 

Spontan suami saya juga menyarankan untuk memanggil tetangga yang bisa mengatasi urusan instalasi listrik. Alhamdulillah yang bersangkutan bersedia datang sepulang kerja.

Dengan menyambungkan kabel utama rumah yang listriknya terblokir  ke Miniature Circuit Breaker (MCB) rumah kosong, urusan ketiadaan listrik bisa teratasi seketika. Untungnya ada tetangga teknisi listrik yang bersedia membantu. Urusan beres!

Betapa berat ujian kesabaran tetangga saya di malam hari raya. Terkait terblokirnya listrik mereka. Sungguh bila bisa menahan diri dan emosi. Menjadi pemaaf dalam situasi itu. Semua akan kembali menjadi pahala. Kemenangan sesungguhnya di hari fitri akan jadi milik mereka.

Memaafkan memang lebih berat dari meminta maaf. Tapi bukankah memberi maaf itu lebih mulia dari meminta maaf.

Teringat pidato dari dai kondang, Zainuddin MZ. Mengisahkan tentang doa Malaikat Jibril di 1 Syawal. Tiga doa tersebut diamini Nabi Muhammad SAW. 

"Yang berdoa Jibril, yang mengamini Nabi Muhammad. Apa iya doanya ditolak?" Ujar dai kondang idola jutaan umat di masanya.

Tiga doa Malaikat Jibril kepada allah yang mengamini nabi muhammad menurut Zainuddin MZ adalah berikut:

Satu, jangan engkau terima ibadah dan puasanya anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya. "Sesibuk apanpun bekerja di kota, sempatkan mudik ke orang tua," imbuhnya dalam rekaman pidato yang saya simak ulang.

Kedua. Jangan engkau terima ibadah dan puasanya istri yang durhaka kepada suaminya.

Ketiga, jangan engkau terima ibadah dan puasanya muslim yang tidak mau memaafkan sesama saudaranya muslim.

Saya anulir khusus saran dari KH Zainuddin MZ untuk mudik atau pulang kampung mengunjungi orang tua. Ini tidak relevan dilakukan masa ini. Masa pandemi ini, kita sebagai warga negara wajib menahan diri.

Untuk mencegah penyebaran virus corona, tetap harus mengikuti protokol dan larangan yang dibuat pemerintah. Termasuk larangan mudik. Bermaafan, melepas rindu dan menjaga hubungan silaturrahim dengan keluarga bisa melalui sarana yang ada. Bermaafanlah secara virtual. Itu sudah cukup mewakili.

Kecuali yang jarak rumah orang tuanya dekat, seperti saya. Saya tetap pilih "sungkem off line". Lebih afdol bisa mendapat maaf dan memaafkan mereka secara langsung. 

Dengan bertemu ibu bapak, insyaallah saya bisa terus bersyukur pada nikmatnya. Nikmat memiliki kedua orang tua. Bisa setiap saat dekat dengan mereka. Hanya mengunjunginya saja. Sudah membuat bahagia keduanya.

Salam Hari Raya, Idul Fitti 1442 H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun