Dengan demikian, hubungan antara dua keluarga besar bisa tetap terjalin. Walau berada di daratan dan negara yang berlainan. Sebelum dikenal kartu lebaran, zaman kakek saya dulu menggunakan kartu pos untuk mengirim kabar hingga ucapan selamat.
Kartu Plus Foto
Setiap tahun, tiap hari raya selalu datang kartu ucapan ke rumah orang tua saya. Entah itu dari saudara di Malaysia maupun di Singapura. Tak jarang dalam kartu itu terselip foto keluarga di rantau.
Bila terdapat foto di dalam kartu, ibu biasanya akan bercerita. Menjelaskan panjang lebar mengenai si a si b di dalam foto dan yang berkirim surat atau kartu lebaran.
Saudara sepupu ibu, paman dan uwak dari pihak bapak ibunya banyak yang merantau di 2 negara tetangga itu.
Bangga menerima surat dari mereka. Saya bisa menambah koleksi prangko luar negeri juga dari momen ini. Biasanya design kartu dari luar itu cantik-cantik. Ukuran kartu lebaran ini bermacam-macam tapi masih dalam ukuran wajar surat-menyurat. Mulai dari ukuran paling kecil 6x10 cm, 9x14 cm, 11x15 cm, sampai 12x15 cm.
Kami tidak akan membuang kartu tersebut. Melainkan disimpan rapi dalam bufet kaca. Hingga terkumpul banyak jumlahnya. Dari tahun ke tahun, terus bertambah.
Jaman sudah berubah, surat dan kartu lebaran pun berubah wajah. Kartu lebaran kini digeser telepon pintar. Hampir tak pernah dengar orang berkirim surat atau kartu lebaran lewat pos.
Sebab mengirim pesan atau surel dari android hanya makan hitungan detik. Tinggal ketik di hp, kirim. Pesan jauh lebih cepat tersampaikan.
Semudah itu. Tidak perlu menulis halus supaya ucapan terlihat bagus dan khusus di mata si penerima. Tidak perlu penat berjalan ke kantor pos antri sambil nempel-nempel prangko.
Sepertinya itu hanya generasi tahun 70-80 an saja yang melakukannya. Perubahan wajah sudah dimulai sejak generasi setelahnya. Mereka disebut generasi milenial. Jaman mereka, berkirim surat dan kartu lebaran hanya melalui telepon genggam.