Mohon tunggu...
Iradah haris
Iradah haris Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - We do not need slogan anymore, we need equality in reality

Wanita yang selalu hidup di tengah keriuh-riangan rumah dan sekitar lingkungan. "Happy live is about happy wife" 😍

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Diaspora Bawean Salurkan Donasi Online ke Kampung Halaman

6 Mei 2021   23:44 Diperbarui: 7 Mei 2021   00:26 1578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TUBAN. Era serba digital ini, hubungan antara manusia semakin dimudahkan. Dunia tidak ada jarak dan nyaris tanpa sekat. Melalui online orang bisa melakukan apa saja termasuk berzakat, bersedekah atau pun berdonasi. Demikian sekilas laporan tentang kegiatan warga diaspora Bawean menyalurkan donasi online ke kampung halaman.

-----


Zoom meting Februari lalu membahas tentang pemolesan marmer dan awning kanopi teras masjid. Panitia masjid Arrahmah, Desa Gelam, Kec Tambak, Pulau Bawean serius memaparkan detil-detil rencana kerja dalam rapat virtual itu. 

Undangan yang hadir meeting virtual itu tidak hanya dari panitia masjid di Indonesia saja, namun juga para petinggi PGBM (Persatuan Gelam Bawean Malaysia), sebuah organisasi persatuan warga Bawean di Malaysia.

Mereka adalah warga diaspora Bawean yang selama ini mendukung kerja-kerja pemugaran masjid si kampung asal mereka. Tidak cukup dukungan pemikiran saja namun jugaa tenaga dan finansial. 

Donasi online dari grup-grup di media sosial yang berhasil dikumpulkan melalui PGBM tidak hanya dari diaspora Bawean di seluruh Malaysia. Namun juga yang  dari Singapura turut tergerak melakukan kebaikan unuk kemaslahatan.

Praktis dari rencana kerja, berapa dana yang disepakati, penggalangan dana, pengerjaan, pengiriman donasi, komplain dan pelaporan, seluruhnya berlangsung (online). Tidak ada sesi tatap muka langsung. Semua bekerja sesuai kapasitasnya, online saja.

Satu hal karena pandemi membatasi semua pihak untuk tidak keluar negara masing-masing. Kedua, karena proyek ini merupakan proyek lanjutan dari 9 tahun sebelumnya.

Kembali ke zoom, tak kalah serius AJK (anggauta Jawatan Kuasa) PGBM pun membahas detil pengerjaan proyek yang diusulkan panitia masjid. Maklum umumnya AJK PGBM yang hadir dalam meeting zoom berprofesi sebagai sub-sub kontraktor senior di Malaysia. 

Makanya tidak perlu heran, urusan kerja-kerja pembangunan, hitungan dana, hingga menentukan target waktu pengerjaan proyek poles marmer dan awning kanopi masjid begini, sudah menjadi keahlian mereka.

Diperkiraan pekerjaan pemolesan marmer selesai 2 minggu. Ditambah pemasangan awning kanopi masjid, waktu tenggangnya tepat seminggu sebelum Idul Fitri 1442 H.

Proyek ini sengaja dikebut memang khusus untuk memberikan keluasan tempat dan kenyaman pada jamaah shalat hari raya nanti. Benar saja pemasangan awning kanopi masjid usai di ramadhan malam ke-25 ini. Walau ada sedikit keterlambatan, masih sesuai rencana.

Pada 2012 silam, PGBM dan panitia masjid sukses merenovasi total bangunan awal masjid Arrahmah. Usia masjid diperkirakan sekita 80 tahun. Beberapa bagian utamanya sudah retak dan lapuk dimakan usia. Sehingga keputusan renovasi total pun tak terelakkan.

Pembangunan masjid memakan biaya sekitar 1 M. Murni dari sumbangan masyarakat dan sebagian besar donasi warga diaspora. Beberapa tenaga ahli berpengalaman juga didatangkan dari Malaysia. Hampir 2 tahun prosesnya. Renovasi usai.

Saat peresmian pada 2012, berbondong-bondong warga diaspora yang telah memberikan sumbangan sukarela ini balik kampung. Semuanya membawa keluarga. Hanya untuk menyaksikan peresmian masjid yang selama ini hanya mereka saksikan secara virtual.

Demikian besarnya gelombang orang-orang diaspora Bawean dari Malaysia yang datang saat itu. Untuk menyeberangi lautan sejauh 120 Km utara kota Gresik, mereka sampai harus buking khusus kapal ekspress yang melayani rute pelayaran Gresik-Bawean.

Bawean adalah pulau kecil di tengah laut Jawa. Masuk wilayah Kabupaten Gresik. Secara administratif hanya terdiri dari 2 kecamatan saja. Warganya banyak bermigrasi ke berbagai negara.

Ilmuwan menyebut diaspora sebagai istilah yang merujuk kepada bangsa atau penduduk etnis yang terpaksa atau terdorong untuk meninggalkan Tanah Air etnis tradisional mereka. Penyebaran mereka di berbagai bagian lain dunia dan perkembangannya dihasilkan karena penyebaran dan budaya mereka.

Jacob Vredenbergt, antropolog Universitas Leiden, Belanda, dalam "Bawean dan Islam" menyebut, migrasi orang Bawean dimulai dari abad ke-19. Menggunakan perahu layar. 1876, kapal laut milik kongsi orang China dikelola orang Bawean keturunan bangsawan Palembang, Kemas Haji Djamaludin bin Kemas Haji Said. Kemas adalah pedagang kain dan bahan pokok. Kapal itulah pemicu kegiatan merantau orang Bawean. Kemas adalah agen perusahaan pelayaran yang melayari jalur Surabaya-Bawean-Banjarmasin-Singapura.

Masih dari buku Vredenbergt, Kemas memperkuat armada kapalnya dan memberikan pinjaman modal atau uang kepada orang Bawean yang akan merantau. Orang rantau ini akan melunasi pinjamannya setelah tiba di tempat tujuan dan telah mendapatkan pekerjaan. Perang Dunia II pada 1940-an mematikan pelayaran kapal yang singgah di Bawean. Namun tidak memadamkan jiwa rantau orang Bawean.

Dari Zakat Hingga Kurban

Satu kebiasaan orang bawean adalah detil mengatur harta penghasilannya untuk zakat, sedekah/donasi dan penyaluran hewan kurban. 

Donasi secara online seperti ini bukan baru bagi orang Bawean. Membayar zakat online adalah cara yang sudah dimanfaatkan oleh para diaspora bawean. Media ini digunakan untuk terhubung langsung dengan para pemuka agana yang memahami syariat pembagian zakat, juga orang-orang yang membutuhkan di kampung halaman. 

Orang Bawean memahami bahwa zakat fitrah harus dikeluarkan dimana mereka tinggal. Berbeda dengan zakat harta, donasi (sedekah) dan penyaluran Hewan kurban. Lebih flexibel.

Sejak sebelum ada telepon, kaum diaspora sudah terbiasa mengatur harta penghasilannya untuk zakat mal, sedekah dan penyaluran hewan kurban ke orang yang berhak di kampung halamannya. Ijab kabulnya masa itu hanya melalui media yang ada.

Era digital ini menjadi mempermudah. Kewajiban menyalurkan zakat hingga hewan kurban ke kampung halaman, masih terus jalan hingga sekarang.

Satu lagi kebiasaan orang Bawean adalah menyimpan emas. Bila emas-emas ini disimpan di Bawean, biasanya dititipkan ke orang tua atau saudara yang dipercaya. Maka wajib dikeluarkan zakatnya di Bawean. 

Sedekah untuk yatim piatu dan dhuafa dari Malaysia pun biasanya tersalur rutin juga ke kampung. Tugas ini kadang dijembatani oleh organisasi seperti PGBM. Tentu sasarannya adalah orang-orang terdekat yang masuk kategori layak menerima berdasar syariat agama.

Salam 23 Ramadhan 1442 H

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun