Kedua, tunjukkanlah rasa duka yang mendalam. Orang yang takziah dianjurkan untuk tulus mengucapkan belasungkawa. Menampakkan raut duka.
Ketiga, jangan banyak bicara dalam suasana duka. Ajaklah pihak yang berduka bicara seperlunya. Begitupun kepada orang yang bertakziah lainnya.
Untuk Pratriot
Sejak kabar hilang kontak kapal selam Nanggala-402 di perairan Bali, 21 April lalu. Hingga Minggu, 25 April dinyatakan dari submiss menuju fase subsunk (submarine sunk). Atau dalam pemahaman saya, tenggelam di dasar lautan, saya tak putus mengheningkan cipta. Berdoa dan berharap 53 prajurit di dalamnya menemukan mukjizat.
Entah apa itu. Dari Nabi Hidir yang kerap saya denger ceritanya, menolong para pelaut saat kesulitan di tengah lautan. Atau semacam kisah Nabi Yunus yang diselamatkan dalam perut paus. Entahlah.
Namun kabar Minggu kemarin menghentikan harapan saya. Menyadarkan saya bahwa yang kuasa maha di atas segala. Segala harap manusia, tidak bisa melawan taqdirnya.
Dari lubuk hati terdalam, saya mengucapkan salam takziah kepada keluarga para prajutit KRI Nanggala-402. Belasungkawa saya sedalam-dalamnya. Seluruh prajurit yang gugur adalah pahlawan bangsa. Mereka meninggal saat menunaikan tugas negara. Mengamankan kedaulatan maritim Indonesia.
"Selamat berpatroli untuk selamanya Patriot Bangsa. Terimakasih telah menjaga kedaulatan laut Indonesia. Tabah sampai akhir" (kutipan pidato Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa)
Salam duka
Salam 13 Ramadhan 1442 H