Mohon tunggu...
Ira Ardila
Ira Ardila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Artikel ini saya buat untuk berbagi pengalaman, ilmu pengetahuan, dan menuangkan rasa dalam kata. ingin menggunakan tinta yang sudah Allah sediakan untuk menulis ilmu pengetahuan yang tidak ada habis-habisnya. Saya bukan pengingat yang baik, maka setiap kata yang ditulis adalah alarm terbaik untuk saya.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mencari Jalan Pulang Terbaik

18 Oktober 2021   00:08 Diperbarui: 18 Oktober 2021   01:29 700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mencari Jalan Pulang Terbaik

Ira Ardila

 "Perjalanan panjang di dunia ini, apa yang kau cari?" tulisku sambil bersandar di kursi bus dan mataku menatap jendela ke arah jalan tol yang mulus dan lebar. Aku mengambil gambar dan menambahkan caption yang ku tulis tadi lalu ku unggah di whatsApp. Bus melaju dengan cepat dari Bitung Tangerang ke arah Pakupatan Serang.

Aku pergi dengan tujuan ke kampus ku karena ada kegiatan himpunan jurusan yaitu memeriahkan fun futsal dan membantu dekorasi untuk acara diesnatalis. Setelah kurang lebih 1 jam perjalanan aku sampai, "Kampus, kampus, kampus" teriak petugas bus, menandakan bahwa 5 menit lagi bus akan sampai, aku beranjak dari tempat duduk dan berdiri sambil memegang punggung kursi untuk mengatur keseimbangan tubuhku, akhirnya bus pun sampai di depan kampusku, dengan hati-hati aku keluar. 

Kegiatan dimulai pukul 09.00, namun ternyata aku datang terlalu pagi yaitu pukul 07.30 WIB, akhirnya aku menunggu temantemanku dulu, tidak ada rasa bosan menunggu hatiku dipenuhi rasa gembira karena akan bertemu dengan teman-temanku, maklum aku dan teman-teman adalah mahasiswa yang terdampak pandemi yang belajarnya harus di rumah masing-masing sejak semester 1.

Akhirnya temanku berdatangan, aku melempar senyum dan menyapa mereka sambil mengulurkan tangan, beberapa saat kami mengobrol lalu pergi ke stadion futsal Radar Banten, ternyata acara sudah berlangsung, aku langsung menyaksikan pertandingan bola tersebut dan terbawa oleh suasana pertandingan yang penuh semangat, teriakan teriakan dukungan dari temanku untuk para pemain semakin meramaikan acara tersebut.  

Aku menonton para pemain yang punya tujuan sama yaitu memenangkan pertandingan tersebut, layaknya seperti hidup. Hidup adalah persaingan dan kerjasama namun tujuannya tetap satu menang atas permainan yang ada di dunia ini, tentu tidak mudah untuk mencapai tujuan itu, setiap kita harus punya peran, tim yang dibentuk adalah tim yang bisa bekerjasama tentu kerjasama dalam hal kebaikan di dunia ini. 

"Dari jauh di kejar, kalo udah dekat ditendang" begitulah orang-orang memberikan perumpamaan. Namun, bagiku terkadang kita harus ditendang jauh agar lebih dekat dengan gawang". Itulah beberapa hal yang terlintas di benakku ketika menyaksikan pertandingan bola. 

Pertandingan selesai, dilanjut foto bersama dengan teman-teman dan meneriakkan motto jurusanku dan diakhiri dengan tepuk tangan yang sangat meriah. Aku melanjutkan kegiatanku yaitu dekorasi ruangan, hari sudah mulai petang dan menunjukkan pukul 17.00, aku bergegas pulang duluan dan tak lupa berpamitan.

Dengan diantar oleh temanku ke depan kampus utama yang biasanya dilewati bus. Biasanya aku selalu menaiki bus Murni jaya atau Asli Prima yang menurunkanku tepat di Bitung, namun sore itu aku tidak melihat bus tersebut lewat, akhirnya aku naik bus kurnia, yang kata petugasnya bus ini juga berhenti di Bitung. aku pun segera naik, dan duduk di kursi kedua dari depan, aku memilih duduk tempat favoritku yaitu dekat jendela. 

Aku langsung menyandarkkan punggungku ke kursi, hatiku tenang karena sudah duduk di bus yang akan mengantarkanku pulang. Beberapa saat bus pun melaju dengan cepat dan beberapa kali berhenti di tempat perhentiannya. 

Hari sudah petang dan menunjukkan pukul 07.00, biasanya aku sudah sampai Bitung, aku khawatir Bitung terlewat, aku pun bertanya kepada petugas "Pak punten, Bitung sudah terlewat belum ya?" petugas menjawab "belum dek", aku pun merasa tenang dan duduk kembali sambil main hp, tak lama dari situ, bus berhenti sekitar 20 menit, saat itu aku merasa lapar dan lemas, suara petugas bus pun yang ku dengan hanya "Garut, Garut", "ah mungkin ini bus tujuan akhir Garut" bisikku dalam hati, bus pun kembali melaju dengan cepat hingga pukul 07.50 masih belum sampai di Bitung, aku mulai membuka Google maps untuk tahu posisiku sekarang, namun hp ku tidak bisa membuka Gmaps, entahlah mungkin karena sinyalnya jelek. 

Aku mulai melihat ke arah jendela dan berusaha membaca setiap petunjuk di jalan, namun karena jalan lumayan gelap dan bus melaju dengan cepat aku tidak bisa menemukan apapun.

Aku bertanya lagi kepada petugas dengan sedikit bersusah payah, karena petugas bus tidak mendengar panggilanku, akhirnya setelah beerapa kali dipanggil petugas bus pun menoleh ke arahku "Pak Bitung kapan sampai ya?" tanyaku, "wah udah kelewat tadi, tadi kan bus singgah lama di Bitung" seketika aku lemas, tenggorokanku mendadak kering, aku berusaha untuk komnunikasi dengan baik walau dengan kata yang terbata bata karena aku mulai panik, tapi aku sebisa mungkin menngendalikan diriku "lalu sekarang ini di mana pak?" tanyaku kembali, "ini di Slipi, Jakarta Barat, udah jauh banget dari Bitung" dengan wajah yang sepertinya kasihan melihatku, "Ya Allah pak, lalu aku harus ke mana" kataku dengan kebingungan yang menguasaiku, "yaudah sekarang kamu turun di sini aja yak, itu ada jembatan, kamu naik kesana", kata petugas sambil menunjuk jembatan namun bus masih tetap berjalan dengan agak pelan, "ke arah mana pak, naik jembatan penyeberangan mulai dari mana pak naiknya" tanyaku yang masih belum paham dengan kata-kata yang dijelaskan petugas bus. 

Akhirnya aku diturunkan di jalan raya yang sibuk dengan lalu lalang kendaraan, aku tak tahu di mana aku diturunkan, apakah di tol ataukah di jalan raya biasa namun jalan itu sangat luas, penuh kebisingan kendaraan ramai sekali kendaraan, aku pun turun dari bus, aku melihat ke sekitarku, aku sama sekali tidak mengenali tempat ini, seingatku aku belum pernah lewat tempat ini.

Sampai saat aku menulis ini pun aku masih bingung, namun yang ku ingat aku turun dekat tempat pemberhentian trasnjakarta, tempat tunggu transjakarta agak atas dari jalan raya, namun aku diturunkan di jalan raya itu. 

Dalam kebingungan malam itu aku mencari jalan bagaimana caranya aku bisa naik ke atas JPO sedangkan tangga nya ada di seberang jalan, dan aku berada di pembatas jalan antara jalan di kananku dan jalan di kiriku, aku seperti ada di tengah-tengah jalan. 

Aku berjalan kedepan berharap ada tangga lain, ternyata tidak ada. Lumayan lama aku mondar-mandir mencari tangga dengan rasa takut dan kebingungan, dan aku tidak menemukan itu. 

Satu satunya jalan yaitu aku harus nyebrang jalan raya dengan kendaraan yang ramai sekali, aku melihat di seberang jalan ada beberapa pemuda jalanan, aku berteriak minta tolong "Abang, bang" aku berharap mereka dapat membantuku memberhentikan kendaraan agar aku bisa nyebrang, namun usahaku tak membuahkan hasil, suara kendaraan lebih kencang dari suara ku seorang perempuan yang berhijab dan bergamis yang berada di tengah jalan di malam hari. 

Saat itu aku ingin menangis karena rasa takut, cemas dan berbagai macam perasaan yang berkecamuk di hatiku, namun aku tetap menyemangati diriku sendiri aku berniat untuk menangis di rumah saja, saat itu yang aku pikirkan hanyalah bagaimana caranya pulang dan menjaga diriku sebagai seorang perempuan dari bahaya-bahaya yang ada di jalan yang tak ku kenal.

Dua hal yang aku pikirkan ketika menyebrang yaitu aku selamat atau aku tertabrak mengingat kendaraan di sana berjalan dengan sangat cepat, sambil berdzikir kepada Allah aku memohon agar diselamatkan, akhirnya aku beranikan diri melangkah dengan mawas dan penuh hati-hati dan aku harus bergerak cepat agar aku selamat, aku harus melewati jalan yang ramai dan kendaraan bergerak cepat, menunggu sambil mengingat Allah supaya kendaraan sedikit yang melintas namun tak sesuai yang aku harapkan, aku harus menunggu lagi, setelah agak sepi aku beranikan lagi namun sebelum nyebrang jalan itu aku bersyahadat terlebih dahulu, karena jika nanti aku tidak selamat atau aku meninggal tertabrak, kata-kata terakhir yang aku ucapkan adalah syahadat. 

Menurutmu mungkin terlalu berlebihan jika aku mengatakan meninggal, namun itulah yang terlintas di benakku di tengah rasa takutku. Kakiku melangkah dengan sedikit berlari, tangan yang memberikan symbol kepada kendaraan untuk berhenti, mata yang berjaga-jaga.

Akhirnya aku bisa menyebrang jalan itu, dan dengan rasa takut aku menghampiri pemuda jalanan itu dan beberapa pertanyaan aku lontarkan, aku masih belum bisa menemukan jawaban untuk jalan pulang yang terbaik, akhirnya aku pergi dan menaiki JPO, setelah itu aku menghampiri beberapa orang bapak-bapak dan tukang ojek online aku meminta untuk mengantarkan aku kembali ke Bitung, namun mereka tidak menyanggupi karena jauh dan hari sudah malam, akhirnya aku berjalan beberapa meter dari tempat itu dan ada seorang tukang ojek yang bertanya "mau ke mana de" sambil melambaikan tangannya ke arahku, sebagai isyarat agar aku mendekat ke arahnya, aku menjelaskan kronologi yang ku alami, dan bapak ojek pun sepertinya mengerti akan perasaan takut yang aku alami, lantas bapak ojek meyuruhku untuk duduk dan berisirahat terlebih dahulu sambil menenangkanku, dan aku bertanya tentang kendaraan yang bisa membawaku ke Bitung, dan aku mendapati jawabannya yaitu naik bus kembali,"nanti bapak bantu berhentiin busnya ya"kata bapak yang berusaha membuatku tenang, namun bus yang dimaksud belum juga melintas ke arahku. Sambil menunggu bus melintas aku bertanya lagi "pak selain bisa diakses dengan bus, bisa dengan kendaraan apa lagi ya?" kataku mencari alternatif lain jika bus tidak akan melintas malam itu. 

Aku pun bertanya, "pak kalo di sini tempat terdekat itu apa ya?" berharap ada tempat-tempat yang ku kenal, bapak pun menjawab "ke arah sana ada Tanah Abang" tangannya sambil menunjukkan arah yang dimaksud, "wah saya tahu Tanah Abang pak, saya sering lewat sana naik kereta" aku agak lega karena mendapat alternatif lain. "Oh begitu de, kalo gitu tahu Palmerah dong, di sini Palmerah lebih dekat, ayo bapak antarkan saja ke sana, kamu pulang naik kereta aja" kata bapak sambil mengisyaratkan bahwa aku harus segera pulang karena mengingat aku ini seorang perempuan, namun aku bingung lagi karena motor yang aku bawa dari rumah di titipkan di Bitung (jarak rumah ke Bitung itu 40 menit), dan jika aku naik kereta bagaimana aku pulang ke rumah dengan tidak membawa motor, pasti orangtuaku akan bertanya-tanya, akhirnya aku memutuskan untuk menunggu bus saja, dan akhirnya bus melintas, bapak ojek pun berteriak sambil melambaikan tangannya "Pak Bitung ya?", aku pun berpamitan dan mengucapkan terimakasih kepada bapak ojek yang sangat baik sekali entah aku harus mengatakan apa kepada beliau, di saat aku sedang sendiri dalam kebingungan, bapak ojek itu seperti malaikat untukku, aku percaya bahwa pertolongan Allah selalu ada dalam bentuk apapun.

Bus pun melaju dengan cepat meninggalkan bapak ojek yang sudah membantuku, dalam bus aku mengenang kebaikan bapak tadi dan berdo'a semoga bapak tadi diberikan kemudahan oleh Allah dalam segala urusannya, aku percaya orang yang membantu memudahkan urusan orang lain, maka Allah akan memudahkan urusannya pula". Di Bus itu aku duduk di samping bapak-bapak kemudian aku menyapanya dan memulai obrolan, terlihat bapak itu sangat baik sekali, aku baru ingat bahwa uangku 50 ribu-an, pasti jika dikasih semua ke petugasnya, ada dua kemungkinan, diambil semua atau bayarannya lebih mahal dari yang biasanya. Aku pun bertanya kepada bapak yang disampingku, "bapak mohon ma'af, bapak ada uang recehan 50 ribu, aku mau tuker pak?" kataku kepada bapak dengan nada yang pelan, "sebentar ya coba saya cari dulu" sambil berusaha merogoh kontong-kantong jelana dan bajunya, ternyata uang pecahan 50 ribuan pun ada, aku langsung menukarkannya dan mengucapkan terimakasih. Di jalan aku benar-benar fokus terhadap jalan yang aku lalui, aku tidak ingin tersesat kembali. Bus pun beberapa kali berhenti, aku bertanya kepada petugas bus "Pak, Bitung berapa lama lagi ya" kataku memastikan agar aku tidak tersesat lagi "oh bentar lagi paling 5 menit" kata petugas bus, "Alhamdulillah ya Allah" ucapku dalam hati. Setelah itu Bus berhenti di Bitung, aku langsung turun dan ternyata ada beberapa orang laki-laki yang juga turun dari bus itu, aku bertanya "ka arah RS. Hermina Bitung ke mana ya?" kataku kepada mereka untuk memastikan arah tampet parkir karena motorku di tempat parkir depan RS. Hermina Bitung, "oh, harus nyebrang, ayo bareng sama saya" kata salah satu pemuda, aku tidak berfikiran negatif karena aku dapat melihat dari raut wajahnya yang tulus, "oh iya boleh ka" jawabku setuju, akhirnya beberapa laki-laki tadi berjalan di depan dan aku sengaja berjalan di belakang mereka, karena sudah menjadi kebiasaanku, dari pemahamanku memang seperti itulah sehararusnya perempuan berjalan di belakang laki-laki, pemuda yang tadi mengajakku bareng nyebrang menoleh ke arahku untuk memastikan bahwa aku aman, dan dia berkata "hati-hati ya sekarang udah malam", "iya ka, terimakasih" jawabku, aku pun sampai di parkiran dengan badan yang terasa lelah, namun dengan hati yang merasa tenang.

Motorku langsung melaju untuk pulang, perjalanan dari Bitung ke rumah memakan waktu kurang lebih 40 menit, aku berharap semoga di jalan masih ramai, namun setelah melewati pasar Curug kendaraan mulai sedikit, semakin melaju jalanan semakin gelap di sisi kanan dan kiri jalan adalah persawahan, aku menambah kecepatan laju motorku karena aku ingat di jalanan ini sering terjadi begal, di tengah rasa takut mulutku terus beristighfar, karena di dalam Al qur'an dikatakan bahwa "hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tenang", dari kejauhan aku melihat cahaya kendaraan, aku pun lega, karena aku akan melewati jalan yang ramai dan terang lagi, setelah itu aku pun sampai di depan rumahku dengan mengucap rasa syukur kepada Allah karena menyelamatkanku dari berbagai bahaya.

Aku langsung mencium tangan ibuku sambil mengucap salam, hanya itu yang keluar dari mulutku, aku tidak menceritakan kejadian-kejadian yang aku alami hari ini karena jujur saja aku masih syok. Aku membuka kaos kaki dan ternyata kaos kakiku basah, entahlah mungkin karena keringat dingin dari kakiku, aku pun bersih-bersih setelah itu aku merebahkan badan di kasur kamarku, sangat lelah, aku mash tidak menyangka bisa berada di rumahku setelah beberapa jam lalu aku berada di tempat yang membingungkanku, masih terasa nyata di pikiranku ramainya kendaraan dan kebingunganku mondar-mandir mencari arah jalan pulang, aku ingat kesalahanku hari ini, ketika berangkat aku tidak berpamitan dan tidak mencium tangan orangtuaku karena ada beberapa hal, mungkin inilah cara Allah menegurku untuk kembali ke jalan yang benar. Seberapa pun jauhnya perjalanan, rumah adalah tujuan akhirnya. Bukan karena bangunannya, tapi dengan pulang aku menemui syurgaku, yaitu Ibu.

"Perjalanan panjang di dunia ini, apa yang kau cari?" seketika aku ingat caption ini yang ku tulis di snap WA tadi pagi ketika akan berangkat, dan sekarang aku menemukan jawaban dari pertanyaanku ini, bahwa perjalanan panjang di dunia ini hakikatnya mencari jalan pulang ke rumah-Nya dengan jalur yang sudah Allah tentukan, maka jangan keluar dari jalan Allah jika tidak ingin tersesat, fokus dalam menjalani perjalanan hidup ini, sedikit lengah akan membawamu tak tahu arah apalagi di akhir zaman sekarang ini. Manusia adalah tempatnya salah, kadang kita harus tersesat dahulu untuk tahu jalan mana yang terbaik untuk pulang. Kadang dalam perjalanan hidup, Allah menghadirkan badai, maka kita harus senantiasa mengingat Allah untuk mendapat ketenangan, karena ketenangan bukanlah kebebasan dari badai, tetapi ketenangan di tengah badai hingga Akhirnya Allah akan memanggil mu "wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhan mu dengan ridha dan diridhai" Q.S. Al Fajr: 27-28).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun