Mohon tunggu...
Ira Oemar
Ira Oemar Mohon Tunggu... lainnya -

Live your life in such a way so that you will never been afraid of tomorrow nor ashamed of yesterday.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mobil Hantu Mas Wawan (Puisi Pilu untuk Rakyat Banten)

28 Januari 2014   14:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:23 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_308775" align="aligncenter" width="460" caption="Rolls Royce Ghost milik Wawan adik Atut (foto : news.detik.com)"][/caption]

.

.

Pagi ini kubuka internet dan mataku terbelalak

Bulu kudukku merinding dan ludahku tersedak

Ada mobil hantu yang dibiarkan tergeletak

Di garasi rumah mewah yang tak sembarang orang boleh menginjak

.

Mas Wawan punya beberapa rumah mewah

Kalau mobil mewah jangan kau tanya soal jumlah

Mungkin Mas Wawan sendiri menghitungpun tak pernah

Memandang saja hatinya puaslah sudah

.

Mobil hantu...

di datangkan dari negeri sang Ratu

Harga di negara asalnya saja delapan belas milyar rupiah

Entah berapa yang harus dibayar setelah di garasi Mas Wawan si hantu singgah

.

Mas Wawan tak pernah tahu...

Anak SD di Banten berjibaku menyeberang jembatan lapuk

Kemarin musim banjir sebuah lagi jembatan di Serang ambruk

Beberapa orang pun jatuh tersuruk

.

Mas Wawan tak pernah melihat gedung-gedung sekolah yang runtuh

Siswa Madrasah nyawanya t’lah berlabuh

Karena tak ada dana ‘tuk benahi sekolah yang nyaris rubuh

Maka biarkan saja sekalian luruh...

.

Mas Wawan tak pernah dengar tangis bayi tetangga kakaknya...,

Bunda Ratu yang cantik jelita dan mempesona

Tak jauh dari rumah tinggalnya...,

Balita-balita menjerit menanggung derita

Ibunya tak punya makanan tersisa

Sang balita gizi buruk katanya

Sakit yang mendera terasa menyiksa

Hendak berobat tak sepeserpun ada biaya

[caption id="attachment_308782" align="aligncenter" width="640" caption="foto: dok-pri"]

13908937401915239167
13908937401915239167
[/caption]

.

.

Mas Wawan tak punya perasaan!!!

Ah..., kata siapa?!

Kau saja yang sirik padanya!

Tidakkah kau tahu Mas Wawan baik budinya?

Dia murah hati dan gemar berbagi

Mobil mewah tak dia punyai sendiri

Koleganya di parlemen semua dia beri

Agar pembahasan APBD tak ada onak duri

.

Mas Wawan tak punya hati nurani!!!

Ah..., kau cuma bisa mencaci!

Lihatlah itu pengacara gaek yang kondang

Dia saja merasa hutang budi tak terbilang

.

Semalam...,

Mobil hantu itu berjalan dalam kelam

Menuju gedung KPK membelah gelap malam

Belasan mobil mewah lainnya turut dibawa serta

Melengkapi barang bukti yang disita

.

Entah bagaimana rasanya punya mobil mewah sampai belasan

Hanya berderet di garasi tak dibawa ke jalanan

Sebab Jakarta macet, tak bisa ngebut dan jalanan rusak

Nanti tergores bodynya atau spionnya retak

.

Mungkin Mas Wawan cukup puas memandangnya saja

Bak bocah cilik yang puas melihat koleksi kelerengnya

Atau monyet yang nyengir gembira

Ketika kacang dan pisang tergenggam di kaki dan kedua tangannya

Puas karena egoisme diri bisa merasa punya

Bangga karena bisa menggenggam kuasa

.

Padahal itu semua tak akan dibawa ke pintu surga

Apalagi untuk menyuap malaikat penjaga neraka

Sang malaikat dengan cambuknya yang cetar membahana

Penuh gelegar ia bertanya :

“Mar-Robbuka?!”

Masihkah tuhanmu ALLAH?

Atau t’lah kauganti dengan mobil mewah?

.

KPK tolong jangan dilelang mobil hantu itu

Biarkan saja ia membatu disitu

Agar kelak jadi saksi bisu

Monumen bagi anak cucu

Bahwa sesungguhnya Fir’aun tak pernah mati

Selama manusia masih menuhankan materi

Selama itu pula nurani terkunci

Hakikat kemanusiaan pun mati

...

[caption id="attachment_308783" align="aligncenter" width="670" caption="foto : www.merdeka.com"]

13908938801345267217
13908938801345267217
[/caption]

.

.

(ditulis dengan penuh geram amarah, demi tahu Roll Royce Ghost milik Tubagus Chaery Wardana seharga Rp. 18 milyar hanyalah salah satu dari belasan mobil mewah Wawan yang disita KPK. Padahal, rakyat Banten tak meminta banyak, sekedar penuhi hak mereka untuk hidup layak.)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun